Liputan6.com, Jakarta - Pertandingan lanjutan Kualifikasi Piala Eropa 2016 antara Serbia menjamu Albania terpaksa dihentikan di tengah jalan oleh wasit Martin Atkinson menyusul terjadi tawuran massal di tengah lapangan, Rabu (15/10/2014) dinihari WIB. Tawuran melibatkan pemain, ofisial dan suporter.
Laga antara Serbia dan Albania memang sudah diprediksi akan berlangsung panas dengan bumbu politik. Kedua negara tengah dilanda ketegangan menyusul kemerdekaan Kosovo. Albania sendiri tidak pernah berkunjung ke Belgrade sejak 1967. Tujuh dari 23 pemain Albania kebetulan lahir di Kosovo.
Di penghujung babak pertama saat skor masih berimbang tanpa gol, ada penonton tim tamu yang iseng menerbangkan sebuah drone yang membawa bendera Albania dengan gambar peta Kosovo dan tulisan autochthonous melintas di tengah lapangan.
Seorang pemain Serbia, Stefan Mitrovic, kemudian berinisiatif menangkap bendera tersebut dan merobeknya. Aksi Mitrovic ini malah membuat situasi memanas. Beberapa pemain Albania marah dengan ulah Mitrovic. Selanjutnya terjadi kerusuhan di tengah lapangan antara pemain dan staf pelatih. Beberapa penonton juga masuk ke lapangan.
Situasi yang memburuk memaksa Atkinson menghentikan pertandingan. UEFA akhirnya memutuskan menangguhkan laga ini.
Seperti diketahui Kosovo merupakan bekas provinsi Serbia yang mayoritas didiami orang Albania. Kosovo menyatakan menjadi negara merdeka tahun 2008. Namun Serbia tidak mengakuinya.
UEFA sebenarnya sudah mengantisipasi kericuhan dengan melarang suporter tim tamu datang. Akan tetapi masih saja ada yang nekat hadir.
Pihak kepolisian setempat menahan Olsi Rama yang merupakan saudara dari Perdana Menteri Albania Edi Rama. Dia ditahan di tribun VIP karena diduga merupakan otak dibalik drone yang melintas di atas lapangan. Dari tangan Olsi ditemukan sebuah remote.
Lihat videonya di bawah ini: