Liputan6.com, Kompetisi ISL resmi dihentikan oleh penyelenggara, PT Liga Indonesia imbas dari konflik yang terjadi antara PSSI dan Kementrian Pemuda dan Olahraga.
PT Liga dan PSSI memilih tidak melanjutkan kompetisi karena alasan force majeur menyusul keputusan Menpora Imam Nahrawi membekukan PSSI.
Sejatinya, pemerintah melalui Menpora telah meminta PSSI kembali menggulirkan kompetisi pada 9 Mei 2015. Tapi PSSI dan PT Liga bersikeras tidak bisa melakukan kickoff. Jadwal menjadi pertimbangan utama dua institusi tersebut ogah memutar kompetisi.
Advertisement
Sebenarnya, bagaimana jadwal pertandingan disusun sedemikian rupa agar efisien?
Menghemat biaya operasional klub menjadi fokus utama dan kata kunci regulator. Namun tetap mempertimbangkan berbagai macam agenda seperti pemusatan latihan Tim Nasional, pertandingan internasional dan dua tim yang berlaga di AFC Cup, Persib Bandung dan Persipura Jayapura.
Menyusun jadwal kompetisi di Indonesia sangat rumit dan berbeda, termasuk bila dibandingan negara-negara sepakbola yang telah maju seperti di Eropa
Lebih jauh berikut sistem penjelasan lengkap sistem penjadwalan liga Indonesia.
1
Tantangan PT Liga Indonesia
Penetapan slot waktu penyelenggaraan kompetisi semusim penuh idealnya dijalankan dalam rentang waktu kurang dari satu tahun. Liga-liga Eropa pada umumnya menjalani kompetisi liga selama 8 hingga 10 bulan kalender.
Bila dalam satu tahun terdapat 52 pekan, kompetisi liga dengan 18 klub peserta sejatinya dijalankan selama 34 pekan. Sisa 18 pekan menjadi jatah agenda sepak bola internasional juga libur off season.
Tapi di Indonesia berbeda, banyak agenda lain di luar lapangan hijau yang membuat kompetisi terhenti seperti bulan ramadan, pemilu Kepala Daerah. Bahkan tidak jarang, Polisi tidak mengeluarkan izin keamanan menggelar pertandingan di daerah tertentu demi menjaga stabilitas keamanan.
Tantangan tidak sampai di situ, PT Liga juga harus mempertimbangkan biaya operasional klub di Indonesia yang belum sepenuhnya profesional. Jangan sampai, jadwal tidak efisien dan memakan banyak biaya.
Berkaca dari masalah utama itu, guna mengurangi beban pengeluaran klub peserta dalam menjalani partai kandang, PT. Liga Indonesia (LI) selaku penyelenggara kompetisi memberlakukan sistem penjadwalan yang didasarkan letak geografis klub peserta ISL.
Dengan luas geografis Indonesia yang mencapai 1.919.400 km2, PT Liga membagi kompetisi menjadi tiga zona waktu Barat, Tengah dan Timur. Ini berkaitan dengan siaran langsung televisi pemegang lisensi.
Advertisement
2
Disusun berdasarkan letak Geografis
Guna mengurangi beban pengeluaran klub peserta dalam menjalani partai kandang, PT. Liga Indonesia (LI) selaku penyelenggara kompetisi memberlakukan sistem penjadwalan yang didasarkan atas letak geografis klub peserta ISL.
Klub-klub dari di penjuru Tanah Air disusun berdasarkan letak dan kedekatan geografis masing-masing. Mengambil contoh, ISL 2015, terdapat 5 blok yang terdiri dari Blok Sumatera, Blok DKI-Jawa Barat, Blok Jawa-Bali, Blok Kalimantan, dan Blok Sulawesi-Papua.
Blok Sumatera terdiri dari Semen Padang dan Sriwijaya FC. Blok DKI-Jawa Barat berisi Persija, Persib, dan Pelita Bandung Raya. Blok Jawa-Bali ditempati klub-klub asal Jawa Timur yakni Arema, Persela, Gresik United, dan Persebaya. Persiram masuk ke Blok Jawa-Bali karena klub asal Raja Ampat tersebut terpaksa menggunakan Stadion Maguwoharjo, Sleman,
Kemudian, Bali United akan kembali memeriahkan gairah sepak bola di Pulau Dewata, yang juga menjadi anggota Blok Jawa-Bali.
Blok Kalimantan diisi oleh 3 tim asal Kalimantan Timur, yakni Persiba (BPN), Pusamania Borneo FC, dan Mitra Kukar, dan 1 tim asal Banjarmasin, yaitu Barito Putera. Terakhir, Blok Sulawesi-Papua diisi PSM, Perseru, dan Persipura.
3
Metode "pairing" 2 klub untuk tur tandang
Lantas muncul pertanyaan, bagaimana menyusun jadwal partai tandang masing-masing klub?
Setelah dibagi berdasarkan Blok, klub peserta akan dipasangkan dengan klub lain dari blok yang sama untuk menjalani partai tandang. Metode ini cukup sering disebut dengan istilah "pairing," di mana dua klub dari blok yang sama menjalani tur ke blok lain yang jarak geografisnya jauh untuk melakoni 2 partai tandang sekaligus.
Umumnya, tur dilangsungkan dalam kurun waktu paling lama 1 minggu. Artinya, dalam rentang 7 hari atau sepekan, klub-klub yang menjalani tur akan bertanding sebanyak 2 kali.
Lawan-lawan yang dihadapi oleh 2 klub yang menjalani tur jarak jauh umumnya saling-silang. Contoh, dari jadwal yang disusun PT Liga (sebelum kompetisi dihentikan), Bali United dan Persiram yang berada di Blok Jawa-Bali akan menjalani tur ke Blok Papua dari tanggal 4 hingga 8 April.
Pada tanggal 4 April, Bali United akan dijamu Perseru, sementara Persiram menghadapi tuan rumah Persipura. Lalu pada 8 April, Persiram yang akan dijamu Perseru, lalu Bali United bertandang ke Stadion Mandala, Jayapura.
Kombinasi pengelompokkan 2 klub untuk tur jarak jauh disusun secermat mungkin sehingga klub dapat menekan pengeluaran ketika laga away.
Kombinasi kelompok tur tandang dipadukan dengan jadwal-jadwal yang mempertemukan klub dari blok yang sama, serta tidak membutuhkan perjalanan jauh.
Bila terpaksa mengubah jadwal karena berbagai macam kasus, PT Liga tetap mempertimbangkan faktor geografis dan jarak tempuh dalam menyusun ulang jadwal. Sebab, efektivitas dan efisiensi perjalanan bagi tiap klub peserta tetap menjadi perhatian utama.
Sistem penjadwalan liga yang berbeda dengan negara-negara lain menjadi keunikan tersendiri bagi sepak bola Indonesia. Tanpa adanya sistem penjadwalan seperti yang telah disampaikan, roda kompetisi sepak bola di Tanah Air akan sulit bergulir.
Advertisement
4
Grafis
Berkaca dari penjelasan di atas, rasanya sulit menyusun jadwal kompetisi di Indonesia. Terutama memperhantikan luas wilayah geografisnya.
Tidak heran bila akhirnya, PT Liga sulit merealisasikan permintaan Menpora bila kompetisi harus diputar lagi pada 9 Mei setelah mengalami penundaan cukup panjang.
(Pramuaji/Labbola)