Noda Piala Kemerdekaan, dari Flare sampai Pemain Tendang Wasit

Beberapa wasit yang memimpin Piala Kemerdekaan terbilang kontroversial.

oleh Windi Wicaksono diperbarui 20 Agu 2015, 16:42 WIB
Diterbitkan 20 Agu 2015, 16:42 WIB
Piala Kemerdekaan Madiun
Penyerang Persepam Madura United, Sirvi Arfani (belakang) menendang kearah gawang PSS Sleman pada laga Piala Kemerdekaan di Stadion Wilis, Madiun, Sabtu (15/08/2015). Persepam berhasil taklukan PSS 2-0. (Bola.com/Robby Firly)

Liputan6.com, Jakarta - Sejak awal, Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi, mendengungkan perbaikan tata kelola sepak bola Indonesia. Hasrat itu pun diperlihatkan Menpora dengan membekukan PSSI yang menyebabkan sepak bola Indonesia diganjar sanksi FIFA.

Demi menunjukkan contoh tata kelola sepak bola yang baik, Kemenpora menggelar turnamen Piala Kemerdekaan. Cataluna Sportindo yang lebih sering mengurus turnamen futsal ditunjuk event organizer Piala Kemerdekaan.

Namun, tercatat banyak kekurangan yang masih terjadi di Piala Kemerdekaan yang dikedepankan oleh Tim Transisi bentukan Kemenpora, yang diusung oleh Kemenpora. Dari mulai penataan tempat untuk fotografer, hingga wasit yang kontroversial, hingga pemain yang malah menendang wasit.

Padahal, sebagian masyarakat pencinta sepak bola Indonesia tadinya berharap pada kebijakan dan gerakan yang diambil Menpora untuk perbaikan sepak bola tanah air. Sayangnya, hingga saat ini, Piala Kemerdekaan yang diminta menjadi contoh tata kelola sepak bola yang baik dari Kemenpora belum membuktikannya.   


Kekurangan di Piala Kemerdekaan

Piala Kemerdekaan 2015
Logo Piala Kemerdekaan 2015 (istimewa)

Penataan tempat untuk fotografer dalam mengambil gambar pertandingan juga sangat memprihatinkan, karena banyak penonton umum yang berada di pinggir lapangan menjadi fotografer amatiran. Padahal, fotografer seharusnya diberikan lokasi yang memudahkan pekerjaan mereka mengambil gambar pertandingan.  

Dalam laga tersebut juga tidak ditiketkan alias gratis. Padahal pihak klub sudah menyiapkan tiket, dan itu membuat klub meradang karena rugi terhadap beban biaya pembuatan tiket. Belum lagi masalah menyalakan flare masih ada dalam laga perdana di kota-kota lainnya seperti Persiba Bantul vs PSIR Rembang (Stadion Sultang Agung Bantul), Persika vs Yahukimo FC (Stadion Krakatau Steel Cilegon), PSMS Medan vs Persitara (Stadion Teladan Medan).
 
Pada laga antara Cilegon United dan PSMP, Sabtu (15/8) di Stadion Krakatau Steel Cilegon, ada aksi mogok pemain tim tamu selama lima menit sebelum laga berakhir. Pemain PSMP memprotes hadiah penalti kepada tuan rumah. Penalti diberikan, karena wasit menganggap pemain PSMP melakukan pelanggaran handball.

Yang paling parah di Piala Kemerdekaan, tentu saja tindakan tak terpuji dalam pertandingan Persekap Pasuruan kontra Persebo Bondowoso, Rabu (19/8/2015). Dalam laga yang berakhir dengan kemenangan Persekap 3-2 tersebut, pemain Persebo menyerang wasit Masagus yang memberikan penalti untuk tim asal Pasuruan.


Pemain Tendang Wasit

Persis vs PPSM
Supporter Persis Solo, Pasoepati membuat koreografi saat berlangsungnya pertandingan melawan PPSM Magelang pada laga perdana grup C Piala Kemerdekaan di Solo, Jateng, Sabtu (15/8/2015). Persis takluk 2-3 dari PPSM. (Bola.com/Vincensius Sarwono)

Di lapangan, para pemain Persebo kecewa dengan keputusan wasit Masagus dan protes dengan menendang dan menarik baju wasit. Sayangnya, sang wasit malah tak bersikap tegas dan membiarkan ulah pemain Persebo.

Tentu saja, tak salah kiranya banyak yang mempertanyakan keseriusan Menpora Imam Nahrawi bersama Tim Transisi dalam memperbaiki tata kelola sepak bola Indonesia. Bila untuk turnamen dengan 24 klub saja berjalan jauh dari yang diharapkan, bagaimana dengan menjalankan kompetisi berjenjang, dari usia dini hingga senior? (Win/Ary) 

Baca Juga:

Bek Portugal Gabung Liverpool Bukan untuk Liburan

Rossi Dapat Penghargaan Istimewa di Inggris

Profil Real Madrid: Beban Juara untuk Rafael Benitez

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya