Liputan6.com, Jakarta Duel Semen Padang kontra Persipura Jayapura di babak penyisihan grup B, Selasa (17/11/2015) sempat memanas. Keputusan wasit Najamudin Aspiran memberikan penalti pada Persipura jelang akhir babak kedua disambut protes keras Semen Padang.
Kontroversi bermula ketika pemain bertahan Semen Padang, Mamadou dianggap melakukan handsball. Bola tendangan Lukas Mandowen dilihat wasit mengenai tangan Mamadou. Semen Padang merasa keputusan Najamudin salah.
Pelatih Nil Maizar bahkan sempat memanggill anak asuhnya ke pinggir lapangan. Tampak, Kabau Sirah menunjukkan gelagat ingin walked over (WO). Namun Hendra Adi Bayau dan kawan-kawan kembali bermain. Penalti yang dilepaskan Ian Louis Kabes akhirnya membuat kedudukan berubah menjadi 2-2.Â
Advertisement
Hingga waktu normal usai, tidak ada tambahan gol tercipta. Kedudukan imbang membuat pertandingan ditentukan melalui adu penalti. Di babak tos-tosan, Persipura akhirnya memetik kemenangan dengan skor 5-3.
Selepas pertandingan, pelatih Semen Padang, Nil Maizar sempat menumpahkan kekecewaanya. Dia sempat berpikir meminta pemain untuk meninggalkan lapangan. Namun dia mengurungkan niat itu."Kami masih punya hati. Kalau saya walk-out nanti tidak bagus untuk turnamen. Cuma wasit harus diperbaiki. Ini tidak bagus," tegas Nil usai pertandingan di Stadion I Wayan Dipta, Gianyar, Selasa (17/11/2015).
Menurut mantan pelatih Timnas Indonesia  ini, keputusan wasit memberikan penalti pada Persipura  menjadi titik balik timnya  "Masa kayak gitu kok pinalti. Nanti silahkan lihat siaran ulangnya. Itu sangat tidak bagus untuk Sepakbola Indonesia,"
Nil mengaku menyerahkan semua kepada managemen untuk menindaklanjuti kepemimpinan wasit yang merugikannya tersebut. ‎"Itu urusan manajemen. Kami tetap fight ke pertandingan selanjutnya. Kita belum habis. Matahari masih bersinar."
Dalam kesempatan itu, pelatih asal Sumatra Barat ini juga membeberkan fakta kepemimpinan wasit Najamudin yang kerap bermasalah. Di ajang ISL Musim lalu, Najamudin menjadi perhatian lantaran tidak memberikan kartu terhadap kedua kubu. Padahal, pertandingan keras menjurus kasar.
"November 2015 pada laga Semen Padang vs Perspiura Jayapura, ada juga Persipura kontra Arema Cronus pada Apri. Saya ada datanya dan silakan dibrowsing di internet," beber Nil.
Takut Denda
Mahaka selaku promotor Piala Jendral Sudirman memang membatasi ruang gerak tim dalam upaya melindungi wasit. Setiap tim yang berani menyentuh wasit bakal dikenai denda Rp 5 juta.
Selain itu, bagi tim yang meninggalkan pertandingan bakal mendapat sanksi berat berupa denda Rp 500 juta. Hukuman ini berkaca dari kasus Bonek FC (Persebaya United) yang mundur karena merasa kepemimpinan wasit berat sebelah ketika menghadapi Sriwijaya di babak perempat final.
Mengingat besarnya denda yang bakal didapat Semen Padang bila berani menyentuh wasit atau meninggalkan lapangan, tidak heran bila akhirnya Kabau Sirah memilih "bermain aman" dengan kembali melanjutkan pertandingan. (Rjp/Def)
Advertisement