Liputan6.com, Jakarta - Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi, mencabut SK (Surat Keputusan) Pembekuan PSSI dan langsung mengirimkan laporannya ke FIFA pada 10 Mei 2016. Namun, laporan ke FIFA tersebut tidak ditembuskan oleh Kemenpora ke PSSI.
Menpora menunjukkan surat pencabutan pembekuan terhadap PSSI di Kantor Kemenpora, Jakarta, Rabu (11/5/2016). Imam menjelaskan, pemulihan fungsi induk organisasi sepak bola tanah air itu terkait dengan putusan MA yang menolak ajuan kasasi Kemenpora.
Baca Juga
- 8 Fakta Menarik Liverpool Vs Chelsea
- Tragedi Berdarah Terbesar dalam Sejarah Sepak Bola
- Terpilih Sebagai MVP Lagi, Stephen Curry Bikin Rekor
SK Menpora No. 14 Tahun 2016 telah dikirim langsung ke FIFA tanpa tembusan ke PSSI pada 10 Mei kemarin pukul 17.00 WIB. Namun, tak dijelaskan dalam surat tersebut tanggung jawab Tim Transisi yang sebelumnya mendapat mandat sebagai pelaksana kegiatan sepak bola nasional pengganti PSSI.
FIFA sendiri pada 12 Mei 2016 akan menggelar kongres yang salah satu pembahasannya mengenai masa depan sepak bola Indonesia. Jika SK Pembekuan Kemenpora terhadap PSSI tidak dicabut, sanksi FIFA terhadap Indonesia diperpanjang hingga kongres FIFA tahun depan.
"Terimakasih pada Tim Transisi, BOPI, suporter yang saya cintai. Alhamdulillah saya bisa menjelaskan secara terbuka atas keputusan yang diambil pemerintah ini. Kami harus taat putusan MA, di mana pemerintah sesegera mungkin mencabut SK tak diakuinya PSSI," tutur Menpora dalam jumpa pers, Rabu (11/5/2016) di Kantor Kemenpora, Jakarta.
Advertisement
Tujuh Klub
Dalam kesempatan yang sama, Imam menambahkan, tujuh klub yang sempat dicoret sebagai anggota PSSI diharapkan agar diakui kembali oleh PSSI. Tujuh klub tersebut adalah, Arema Indonesia, Persebaya 1927, Persipasi Bekasi, Persibo Bojonegoro, Persema Malang, Lampung FC, dan Persewangi Banyuwangi.
"Kami langsung kirim surat ini ke FIFA agar jadi perhatian penting, FIFA percaya pemerintah, percaya PSSI, sampai pemilik suara. Ayo jaga komitmen ini," ungkap politisi Partai Kebangkitan Bangsa ini. Â
"Tentu kita tak berhenti sampai di sini, karena perubahan ini harus nyata. Misalnya juga diakuinya beberapa klub yang sempat tak diakui. Semuanya harus mengawal," ujar Imam.
Advertisement