Liputan6.com, Jakarta Diego Maradona berduka atas meninggalnya Fidel Castro. Legenda sepak bola Argentina ini tak hanya menganggap pemimpin Kuba itu sebagai idola dan teman, tapi sudah seperti ayah keduanya.
Baca Juga
Advertisement
Ia mengatakan, kematian Castro bagai pukulan Juan Martin del Potro (petenis Argentina) tepat mengenai dadanya. "Saya menangis tidak terkendali," kata Maradona di sela-sela partai final Piala Davis antara Argentina dan Kroasia seperti dari dikutip Reuters, Minggu (27/11/2-016).
"Setelah ayah saya, itu adalah kesedihan terdalam yang saya tahu," ia menambahkan.
Maradona bertemu Castro pada 1987, setahun setelah membawa Argentina juara Piala Dunia di Meksiko. Pertemuan itu terjadi empat tahun sebelum jatuhnya Uni Soviet yang membawa masa-masa sulit ekonomi bagi negara-negara komunis.
Castro mengembuskan napas terakhir di usia 90 tahun, Sabtu (26/11/2016) kemarin. Selain pernah menjabat sebagai presiden, Catro adalah pemimpin revolusi komunis Kuba. Keterangan mengenai meninggalnya Castro disampaikan TV Nasional Kuba.
Bagi para pendukungnya, Castro dinilai sebagai pahlawan. Sebab lewat jasanya, kekuasan Kuba dikembalikan pada rakyat. Namun untuk lawan-lawan politik dan penentangnya, Castro disebut tak ubahnya dengan pemimpin Kuba sebelumnya. Ia memerintah dengan tangan besi dan represif.