5 Rekan Setim yang Tak Pernah Akur, Ibrahimovic Paling Sering

5 rekan setim ini tak pernah bisa akur karena berbagai hal, Ibrahimovic paling sering berkonflik.

oleh Liputan6 diperbarui 21 Feb 2017, 19:30 WIB
Diterbitkan 21 Feb 2017, 19:30 WIB

Liputan6.com, Jakarta - Zlatan Ibrahimovic yang sudah berpindah-pindah tim dikenal paling gahar saat bertengkar dengan rekan setim. Ini kerap terjadi dalam sebuah tim.

Tak semua hal bisa berjalan dengan semestinya. Kadang, ada percikan kecil yang menjadi sumbu tak terkoordinasinya ruang ganti. Bahkan, 5 rekan setim ini terkenal tak pernah akur.

Ada satu contoh, yakni di Arsenal antara Jens Lehmann dan Manuel Almunia. Lehman sebenarnya sangat ingin tetap menjaga kariernya meski sudah berusia 40 tahun kala itu. Namun, kehadiran Almunia mengubur semuanya.

Arsene Wenger bahkan mengaku tak bisa memberi pengertian kepada Lehmann setelah digantikan Almunia. Keduanya akhirnya terlibat perang dingin tanpa bertegur sapa.

Selain kedua pemain itu, masih ada 5 contoh lainnya. Berikut Liputan6.com mencoba menyajikan dikutip dari Sportskeeda:

5. Zlatan Ibrahimovic and Oguchi Onyewu

Zlatan ternyata punya musuh saat memperkuat AC Milan, Tak lain, dia pernah berselisih paham dengan Oguchi Onyewu. Keduanya pernah sama-sama membela AC Milan pada musim 2010/2011 lalu.

Pernah seketika dalam sebuah latihan, keduanya terlibat perkelahian. Ini diawali saat Ibra melancarkan tekel keras kepada Onyewu. Onyewu pun bereaksi keras.

Dia tersulut emosi dan akhirnya terlibat baku pukul. Keduanya sama-sama terluka. Hampir 10 pemain dan pelatih memisahkan keduanya dan setelah itu, Onyewu akhirnya cabut dari Milan pada 2011.

Pertengkaran gara-gara latihan sering terjadi di beberapa klub. Namun pertengkaran yang berujung perkelahian seperti Ibrahimovic dan Onyewu jarang terjadi.

4. Kolo Toure dan William Gallas

Kolo Toure pernah terang-terangan menyebut ada permasalahan antara dirinya dan William Gallas. Retaknya hubungan antara Toure dan Gallas ini semakin mempertegas kekurangharmonisan di kubu Arsenal.

"Kami tidak pernah jalan bareng. Lihat, aku berteman dengan Djourou, (Emmanuel) Eboue, dan Gael (Clichy), tapi lain halnya dengan William. Sama seperti orang lain, Anda tak bisa berteman dengan semua orang," ujar Kolo Toure kala itu.

Toure bahkan sempat ingin cabut dari tim. Namun, itu ditolak oleh klub. Toure akhirnya bertahan, sedangkan Gallas cabut ke klub seteru, Tottenham Hotspur.

3. Mauro Icardi dan Maxi Lopez

Kedua pemain ini memang terkenal punya dendam membara sejak sama-sama memperkuat Sampdoria. Maxi Lopez geram dan sangat kesal karena Icardi merebut istrinya, yakni Wanda Nara.

Gemilang Icardi tampaknya bikin Wanda Nara kepincut. Ya, pada akhirnya Wanda memilih Icardi daripada Maxi. Dia kemudia menggugat cerai Maxi pada 2013 lalu.

Setelah keduanya berpisah, Wanda pun akhirnya menikah dengan Icardi. Oleh karena kejadian ini, Maxi hingga kini sama sekali enggan berjabat tangan ataupun berbicara dengan Icardi bila bertemu dalam sebuah pertandingan.

Nasib Icardi jauh lebih baik daripada Maxi Lopez. Icardi masih bermain di tim elite seperti Inter Milan, sedangkan Maxi Lopez terus terlempar ke tim kecil seperti Torino.

2. Zlatan Ibrahimovic dan Rafael van der Vaart

Dalam pertandingan persahabatan saat Belanda melawan Swedia pada 18 Agustus 2004, Zlatan Ibrahimovic mencederai rekan setimnya di Ajax, Rafael van der Vaart. Van der Vaart saat itu menuduh Ibra melakukan perbuatan tersebut dengan sengaja.

Pelatih Ajax saat itu, Ronald Koeman lantas memanggil keduanya untuk meredakan situasi.
Dalam pertemuan, van der Vaart terus-terusan ngotot kalau Ibra memang sengaja membuatnya cedera.

Kengototan van der Vaart dibalas Ibra. "Tutup mulutmu, saya tidak punya maksud, kalau kamu menuduhku lagi, akan kupatahkan kedua kakimu dan saat itu baru ada kesengajaan."

1. Igor Stimac dan Sinisa Mihajlovic

Stimac dan Mihajlovic sebenarnya sudah lama bersama. Bahkan, keduanya sempat bermain bersama di Piala Dunia 1987 untuk Yugoslavia.

Namun demikian, ketika bertemu sebagai lawan kala Yugoslavia terpecah.  Mihajlovic kemudian memilih untuk Serbia dan Stimac membela Kroasia.

Hal serupa saat keuanya bersua di final Piala Yugoslavia kala Igor bermain untuk Hajduk Split dan Mihajlovic uuntuk Red Star Belgrade.' Sebelum kick-off, Stimac membisik kepada Mihajlovic: "Saya berharap kami di Kroasia bisa membunuh seluruh keluarga Anda di Borovo." (I. Eka Setiawan)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya