KOLOM: Ketika Wenger Bersua Mourinho

Wenger dan Mourinho jumpa lagi saat Arsenal bertempur lawan MU akhir pekan ini di Liga Inggris.

oleh Liputan6 diperbarui 05 Mei 2017, 08:12 WIB
Diterbitkan 05 Mei 2017, 08:12 WIB
Kolom Bola Asep Ginanjar
Kolom Bola Asep Ginanjar (Liputan6.com/Abdillah)

Liputan6.com, Jakarta - Dua manajer. Sama-sama berprestasi, sama-sama disegani, sama-sama pula pandai berkonfrontasi. Satu dari Prancis, satunya lagi asal Portugal. Satu berjuluk The Professor, satunya lagi The Special One. Si Prancis bernama Arsene Wenger, sementara si Portugal bernama Jose Mourinho.

Di sepak bola ada banyak rivalitas. Biasanya melibatkan klub atau pemain tertentu. Namun, rasanya Wenger versus Mourinho adalah rivalitas terpanas dan mungkin paling abadi. Setidaknya dalam satu dekade terakhir ini. Kebencian terhadap satu sama lain sepertinya tertanam sedemikian kuat.

Ketika Wenger bertemu Mourinho, hawa panas pastilah menjalar. Ketika Wenger bersua Mourinho, selalu muncul satu tanya, "Apakah mereka akan bersalaman?" Memang benar, dalam beberapa perjumpaan, mereka berjabat tangan. Tapi, mereka tidak saling menatap.

Saling sindir, saling cibir, saling serang. Itu sudah biasa bagi Wenger dan Mourinho. Wenger pernah menyindir Mourinho yang tak bisa mempromosikan pemain dari akademi klub yang ditanganinya. Dia juga pernah mengkritik gaya main The Special One yang dinilainya tak mau mengambil risiko. Bagi Wenger, Mourinho adalah penakut.

Manajer Manchester United, Jose Mourinho (kiri) dan manajer Arsenal, Arsene Wenger. (Mirror).

Serangan Mourinho kepada Wenger tak kalah kencang. Lebih sadis malahan. Dia sempat menyebut Wenger sebagai voyeur, pria yang selalu sibuk mengamati rumah tetangganya. Dia pun pernah melabeli The Professor dengan sebutan ahli soal kegagalan.

Dalam perseteruan dengan Wenger, Mourinho selalu membanggakan deretan trofi yang diraihnya. Dia selalu mengungkit-ungkit kegagalan The Professor meraih trofi Premier League dalam satu dekade terakhir. "Finis di 4-besar bukanlah prestasi," cibir dia.

Soal trofi liga, Wenger memang kalah dari Mourinho. Selama The Professor "berpuasa", The Special One merebut enam gelar di tiga liga. Dua scudetti bersama Internazionale, sekali menjadi yang terbaik di La Liga bersama Real Madrid, dan tiga kali juara Premier League bersama Chelsea.

Penentuan Nasib

Jose Mourinho
Manajer Manchester United, Jose Mourinho (kiri) dan manajer Arsenal, Arsene Wenger. (Mirror).

Menariknya, pada perjumpaan akhir pekan ini, Wenger dan Mourinho justru punya target yang sama. Itu adalah memelihara asa finis di top four. Bagi Wenger, ini hal biasa. Sebaliknya, bagi Mourinho, ini tentu sebuah ironi karena biasanya dia bersaing meraih trofi saat kompetisi mendekati akhir.

Saat ini, Manchester United yang diasuh Mourinho berada di peringkat ke-5 dengan koleksi 65 poin dari 34 pertandingan. Mereka hanya terpaut satu angka dari Manchester City yang berada di posisi ke-4. Sementara itu, Arsenal tepat berada di bawah MU dengan koleksi 60 angka dari 33 pertandingan.

Dalam persaingan merebut tempat di top four, pertemuan Arsenal dan MU adalah salah satu final. Khusus bagi The Gunners yang pekan lalu kalah 0-2 dari Tottenham Hotspur, kekalahan dari Red Devils sangat diharamkan. Bila terjadi, kans finis di 4-besar akan makin menipis, setipis kulit ari. Bahkan, kemenangan saja tak akan jadi modal besar karena mereka harus berharap Man. City dan Liverpool terpeleset juga.

Prediksi Arsenal vs Manchester United

Bagi Wenger, kegagalan finis di 4-besar akan menambah coreng di muka dan memperbesar tekanan publik yang lantang menyerukannya mundur. Musim ini, The Gunners telah menelan dua pil pahit. Pertama, mereka menjadi klub Inggris dengan kekalahan agregat terbesar di Liga Champions karena dua kali dihajar Bayern Muenchen dengan skor 1-5 pada babak 16-besar. Lalu, kekalahan pada pekan lalu memastikan The Gunners finis di bawah Tottenham untuk kali pertama sejak 1994-95.

Tentu saja tak akan mudah meraup tiga angka dari MU meski laga nanti digelar di Emirates. Di Premier League musim ini, Arsenal memang hanya kalah dari Liverpool dan Watford saat menjalani laga kandang. Namun, MU saat ini adalah tim yang paling sulit dikalahkan. Wayne Rooney cs. tak terkalahkan dalam 25 laga terakhir di Premier League. Itu rekor tersendiri bagi Red Devils, melewati prestasi musim 2010-11 yang hanya tak terkalahkan dalam 24 pertandingan secara beruntun.

Sudah begitu, The Professor tak punya rekor bagus saat melawan Mourinho. Dalam 16 perjumpaan, hanya sekali dia menang. Sisanya, tujuh kali imbang dan delapan kali kalah. Satu-satunya kemenangan itu pun diperoleh di Community Shield, ajang yang tak begitu berarti dan kerap disebut sebagai laga pemanasan belaka.

Jose Mourinho dalam jumpa pers Manchester United (MU) melawan Celta Vigo. (MIGUEL RIOPA / AFP)

Jikapun ada harapan bagi Arsenal, itu adalah kemungkinan The Special One fokus ke laga semifinal Liga Europa melawan Celta Vigo, tengah pekan nanti. Demi melengkapi koleksi trofi Red Devils, Mou siap menyimpan para pilar. Maklum, Celta bukan lawan sembarangan. Tim asuhan Eduardo Berizzo ini sempat menaklukkan Barcelona di La Liga dan menyingkirkan Real Madrid dari percaturan Copa del Rey.

Jalan Lain

Dua pemain MU, Marcus Rashford dan Juan Mata (Liputan6)
Suasana kala Arsenal melawan MU, tampak Marcus Rashford (kedua dari kanan) saat cetak gol pertama

Sangat beralasan bila Mourinho memprioritaskan laga melawan Celta. Bagaimanapun, Liga Europa adalah jalan lain bagi Red Devils. Juara di ajang ini secara otomatis akan membawa mereka ke Liga Champions musim depan.

Jalan alternatif itu pun lebih pasti. Berbeda dengan di Premier League yang harus bersandar pula pada hasil yang diraih Man. City dan Liverpool, nasib MU di Liga Europa ada di tangan sendiri. Mereka hanya perlu melewati Celta, lalu menaklukkan sang finalis lain di partai puncak.

Menjuarai Liga Europa sebenarnya tak begitu diinginkan Mourinho. Dia sempat mengatakan, tak ingin para pemainnya merasa Liga Europa sebagai kompetisi mereka. Namun, kali ini, urgensinya jauh lebih tinggi. Juara di ajang ini akan membawa Mou dan anak-anak asuhnya kembali ke kompetisi yang jadi habitat utama.

Manchester United (MU), Marouane Fellaini kala diganjar kartu merah wasit di markas Manchester City, Jumat 28 April 2017. (Foto: BBC) (

Sebaliknya, gagal juara akan memastikan mereka kembali berlaga di Liga Europa musim depan. Sebagai juara Piala Liga, MU bahkan sudah mengantongi tiket ke ajang ini. Mourinho tentu saja tak akan mau menerima hal itu. Dua musim beruntun berlaga di kasta kedua adalah aib bagi seseorang yang mengklaim sebagai The Special One.

Lebih dari itu, gelar juara Liga Europa juga memiliki arti penting lain. Itu akan menjadi pembeda dirinya dari Louis van Gaal yang musim lalu hanya mempersembahkan gelar juara Piala FA. Hanya menjuarai Piala Liga bisa disebut lebih buruk dari pelatih asal Belanda tersebut. Beda halnya jika trofi Liga Europa menjadi pelengkap. Dua trofi akan membungkam para pengkritik yang menyebut MU menjalani musim sangat buruk meski memiliki pemain termahal dunia.

Mourinho menyadari, juara Liga Europa di tengah pelbagai masalah yang dihadapi timnya sepanjang musim ini akan jadi prestasi tersendiri. Jejak ini pun akan jadi modal bagus bagi MU ke depan. Dua piala akan menebalkan keyakinan untuk juara di dada para pemainnya. Sementara rekor tak terkalahkan adalah fondasi bagus untuk kembali menjadi tim pemenang.

Manajer Manchester United asal Portugal, Jose Mourinho. (AFP/Oli Scarff)

Akan tetapi, apakah Mourinho akan sudi melepas tiga angka kepada Wenger, akhir pekan ini? Sungguh sulit membayangkan hal itu. Rasanya, tak mungkin The Special One membiarkan The Professor mengalahkannya. Apalagi jika kemenangan itu akan jadi amunisi baru bagi Wenger untuk menyerangnya suatu saat nanti.

*Penulis adalah komentator dan pengamat sepak bola. Tanggapi kolom ini @seppginz.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya