5 Kiper Hebat tapi Diremehkan, Andalan Inter Milan Salah Satunya

Sudah lama Samir Handanovic menjadi kiper nomor satu di Inter Milan.

oleh Liputan6.com diperbarui 21 Nov 2017, 19:00 WIB
Diterbitkan 21 Nov 2017, 19:00 WIB
Samir Handanovic
Samir Handanovic harus meningkatkan kemampuan mengolah bola jika mau bertahan bersama Inter Milan. (AFP/Fredrik Von Erichsen)

Liputan6.com, Jakarta - Menjadi seorang pemain yang diremehkan, sebenarnya punya sisi positif. Si pemain akan tampil tanpa beban dan punya motivasi untuk buktikan kemampuan dia sesungguhnya.

Hal itulah yang dilakukan beberapa kiper di bawah. Mereka jarang  sekali disorot, apalagi dilirik untuk bisa bermain di klub papan atas. Namun, nyatanya sekarang bisa membuktikan dirinya.

Beberapa kiper kehilangan sorotan karena mereka bermain di liga yang tidak selalu memiliki reputasi tertinggi atau perhatian media. Padahal, sebenarnya sang kiper punya potensi besar dan bisa bicara banyak bila diberi kesempatan.

Ada juga kiper yang bermain di liga besar, klub besar, namun tertutup bayang-bayang nama kiper lain yang lebih besar. Salah satunya, kiper Inter Milan, Samir Handanovic.

Di Serie A, orang lebih banyak membicarakan Gianluigi Buffon (Juventus) atau the rising star Gianluigi Donnarumma (AC Milan). Padahal, kemampuan Handanonvic, tak kalah dibanding keduanya.

Berikut lima kiper yang kerap diremehkan, namun memiliki kemampuan di atas rata-rata, seperti dikutip dari Sportskeeda:

 

5. Steve Mandanda (Marseille)

Mandada sebenarnya sukses gabung klub Liga Inggris, Crystal Palace, tapi gagal bersinar karena cedera. Dia kembali ke Marseille untuk mendapatkan kesempatan kedua di klub.

Tapi, semua itu tak mengadangnya untuk bersinar. Mandanda telah terkesan sepanjang kariernya, dan bahkan sukses mewakili Prancis dalam empat turnamen internasional. Dia memulai kariernya di Le Havre dan bergabung Marseille dengan status pinjaman pada 2007-08 sebelum pindah secara permanen serta bermain 300 kali untuk tim Prancis itu.

Steve Mandanda lahir di Zaire (Kongo). Saat masih belia, Mandanda dan keluarganya mengungsi ke Prancis dari kekejaman rezim Mobutu Sese Seko yang menguasai Kongo. (AFP/Jean-Christophe Verhaegen)

Dijuluki 'Frenchie', Mandanda juga punya ketenangan dalam menahan bola meski ditekan striker lawan. Konsistensi di dalam gawangnya berarti Olympique de Marseille tidak khawatir dengan tempat kiper selama bertahun-tahun.

Musim ini, kiper 32 tahun itu sudah melakukan tiga cleansheets dalam sembilan laga. Dia rata-rata melakukan 2,89 saves per pertandingan/

 

4. Stephane Ruffier (AS Saint-Étienne)

Ruffier memulai karier mudanya di Bayonne, tingkat keempat sepak bola Prancis. Dia kemudian menandatangani kesepakatan profesional dengan AS Monaco pada tahun 2005.

Stephane Ruffier  (AFP Photo / Andreas Solaro phe Verhaegen)

Awalnya Ruffier cuma pilihan kedua di klub dan masuk ke tim utama saat kiper pilihan pertama, Flavio Roma cedera. Penampilan mengesankannya membawanya ke slot kiper pertama dan membuktikan dirinya kuat di sana selama tiga tahun.

Ruffier sendiri sempat menolak pindah ke Manchester City dan Saint-Etienne. Dia memilih tetap setia kepada klub tersebut meski mendapat minat dari banyak sumber lainnya.

Konsistensi Ruffier kurang dihargai oleh banyak penonton yang sangat disayangkan karena bakatnya tak diragukan lagi. Dia juga tak bisa masuk ke tim nasional Prancis karena kinerja yang sangat baik dari Hugo Lloris.

 

3. Danijel Subasic (AS Monaco)

Subasic adalah kiper nomor satu Monaco sejak di Ligue 2. Ia bergabung dengan klub tersebut dari Hadjuk Split pada 2012.

Danijel Subasic (AFP)

Subasic menjadi anggota integral Monaco yang promosi dan menjadi istimewa akhir-akhir ini. Subasic prnah dianugerahi penghargaan untuk Best Keeper Ligue 1 musim lalu.

Pada 2014-15, ia berhasil capai 842 menit berturut-turut tanpa kebobolan. Hingga saat ini, dia telah tampil untuk Monaco dalam 203 pertandingan liga. Sayang sekali tidak banyak di luar Prancis yang mengenal kecemerlangan kipernomor 1 Kroasia itu.

 

2. Roman Weidenfeller (Borussia Dortmund)

Mantan pemain internasional Jerman ini sudah lama memperkuat Borussia Dortmund, meski akhir-akhir ini cuma jadi cadangan kiper Swiss, Roman Burki. Weidenfeller bergabung dengan klub tersebut dari FC Kaiserslautern pada tahun 2002, dan pernah berada di klub saat Jurgen Klopp bergabung selama beberapa tahun.

Roman Weidenfeller

Weidenfeller sudah bermain 5 kali untuk Timnas Jerman dan sangat disayangkan karena satu generasi dengan Oliver Kahn pada awal kariernya. Setelah Kahn pensiun, kemudian Jens Lehmann yang menghalanginya untuk cemerlang.

Weidenfeller mulai mencapai puncak kekuatannya dpada 2010, saat Dortmund berada di posisi terbaik memenangkan dua gelar Bundesliga. Namun, ledatangan Thomas Tuchel menghancurkan status Weidenfeller di tim utama Dortmund hingga berdampak sampai sekarang.

 

1. Samir Handanovic (Inter Milan)

Samir Handanovic membuat 111 saves dan 15 cleansheets dala, 36 pertandingan untuk Inter pada 2015-16. Meskipun demikian, namanya jarang muncul saat mendiskusikan yang terbaik pada posisinya.

Penggemar Inter, Slovenia dan Italia mengakui kualitas Handanovic. Buktinya dia sukses raih 81 caps bersama Slovenia, dan total telah tampil 410 laga di Italia.

Samir Handanovic  (OLIVIER MORIN / AFP)

Menjadi nomor 1 dengan begitu banyak perubahan di dan penyesuaian manajer di Inter bukanlah hal mudah. Handanovic menjalankan bisnisnya dengan begitu tenang sehingga posisinya tak tergantikan.

Handananovic tentu layak dinilai bersama beberapa kiper terbaik di Eropa saat ini. Dia dianggap secara konsisten menjadi pemain terbaik Inter Milan untuk beberapa tahun terakhir bersama Mauro Icardi.

Eka Setiawan

Saksikan video pilihan di bawah ini

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya