Liputan6.com, Amsterdam - Piala Dunia 1990 yang mempertemukan Jerman Barat melawan Belanda punya kisah tersendiri. Tentunya, ludah bintang Frank Rijkaard kepada Rudi Voeller menjadi bumbu di tengah gemerlapnya pesta besar sepak bola di Italia.
Perseteruan Jerman Barat dengan Belanda memang sudah panas sejak Piala Dunia 1974 di Jerman. Ludah Rijkaard ke Voeller pun semakin memperkeruh persaingan dua negara ini.
Advertisement
Baca Juga
Di Piala Dunia 1990, Jerman mengandalkan Voeller dan Juergen Klinsmann. Sementara Belanda menugaskan Rijkaard mematikan pergerakan kedua pemain tersebut.
Kelincahan Voeller memaksa Rijkaard menjatuhkan sang pemain. Rijkaard pun mendapat kartu kuning atas perbuataanya tersebut.
Sambil berlari, eks Barcelona itu meludahi kepala bagian belakang Voeller. Tentunya, aksi Rijkaard itu membuat Voeller naik pitam dan dia pun mengadu kepada wasit.
Juan Carlos Loustau, wasit yang memimpin pertandingan malah memberi Voeller kartu kuning. Juan Carlos menganggap Voeller berlebihan menanggapi masalah yang dinilai sang pengadil sepele.
Aksi pertama Rijkaard kepada Voeller luput dari pandangan wasit. Merasa tak terlihat, Rijkaard terus melakukan perbuatan tercela untuk memprovokasi Voeller.
Tarikan Telinga Rijkaard
Voeller mencoba menenangkan diri dan berusaha mencetak gol ke gawang Belanda. Saat tendangan bebas, Voeller mencoba mengejar bola yang mengarah ke gawang.
Namun kiper Belanda, Hans van Breukelen lebih dahulu menangkap bola sebelum disundul Voeller. Untuk mengindari tabrakan, Voeller mencoba melompat.
Rijkaard dan Van Breukelen pun marah. Di sini, Rijkaard kembali berulah. Dia menjewer telinga Voeller. Adu mulut pun terjadi. Voeller tak terima dengan aksi Rijkaard, sementara Rijkaard menuduh Voeller melakukan diving.
Sial bagi Voeller, Rijkaard memenangkan aksi provokasinya. Voeller mendapat kartu kuning kedua dari Juan Carlos dan harus meninggalkan lapangan.
"Saya tidak tahu kenapa wasit mengusir saya dari lapangan. Mungkin alasan itu tidak akan terungkap dan dia bawa sampai ke lubang kubur," kata Voeller.
Advertisement
Ludahan Kedua
Ketika Voeller berjalan ke luar lapangan, sambil tertunduk atas keputusan wasit, Rijkaard kembali melakukan aksi tercela. Dia kembali meludahi kepala bagian belakang Voeller.
Kali ini, aksi Rijkaard tak luput dari pandangan Juan Carlos. Rijkaard pun mendapat kartu merah. Keluarnya Rijkaard menjadi berkah untuk Jerman.
Jerman memenangkan pertandingan atas Belanda dengan skor 2-1. Jerman pun melaju hingga menjuarai Piala Dunia 1990.
Rijkaard menolak berhenti berulah. Saat berjalan memasuki ruang ganti, dia melakukan aksi yang sama kepada Voeller. Beruntung, Voeller dapat menahan diri. Bentrokan tak terjadi di lorong stadion, Voeller memasuki ruang ganti tanpa membalas.
Insiden itu juga terus dikenang sebagai bumbu permusuhan Jerman dan Belanda. Beberapa bulan kemudian, Rijkaard meminta maaf kepada Voeller. Dia mengaku sedang kehilangan akal sehat karena tekanan pertandingan dan stres akibat pernikahannya hancur.
"Hari itu saya salah. Tidak ada penghinaan (untuk Rudi Voeller). Saya selalu sangat menghormati dia. Tapi saya mengamuk ketika melihat kartu merah itu. Saya berbicara dengannya setelah pertandingan dan minta maaf. Saya sangat senang dia menerimanya. Saya tidak punya firasat buruk tentang dia sekarang. Kami bahkan berpose untuk iklan yang sangat lucu bersama beberapa tahun kemudian," ujar Rijkaard.
Fragmen konyol kadang menjadi ciri khas sepak bola. Bertahun-tahun setelah permaafan itu, keduanya kembali bertemu. Bukan dalam pertandingan, tapi di proyek iklan mentega keluaran Belanda. Keduanya didapuk sebagai bintang iklan. Konon, mentega itu menggunakan tagline, 'Everything in Butter Again.'