Teco dan Simic Jadi Simbol Kebangkitan Persija

Stefano "Teco" Cugurra dan Marko Simic punya kontribusi besar untuk Persija di sepanjang Liga 1 2018 ini.

oleh Ario Yosia diperbarui 09 Des 2018, 14:50 WIB
Diterbitkan 09 Des 2018, 14:50 WIB
Persija Jakarta Logo
Persija Jakarta (Bola.com/Adreanus Titus)

Jakarta - Stefano "Teco" Cugurra dan Marko Simic jadi dua sosok penting di balik sukses Persija Jakarta musim ini. Ketika pertama kali mendarat di Persija jelang Liga 1 2017, banyak orang menyangsikan Teco bakal bisa sukses di Tim Macan Kemayoran.

Pelatih asal Brasil itu belum pernah teruji di pentas sepak bola Indonesia. Benar pada musim 2004-2005 ia sempat berkarier di Persebaya Surabaya. Nmun posisinya bukan sebagai pelatih kepala, melainkan pelatih fisik.

Sebelum di Indonesia ia sempat berkarier di Amerika (NSA Club), Brescia (Italia), Al Najmah (Arab Saudi) dan CPSA (Singapura). Semuanya sebagai pelatih fisik.

Debutnya sebagai nakhoda utama baru dimulai saat berkarir di Liga Thailand. Pada periode 2010-2016 ia menukangi Chiangrai United, Phuket, Osotspa, Royal Thai Navy. Tak ada prestasi spesial di Negeri Gajah Putih.

Namun, ada satu hal yang mendasari manajemen Persija ngebet mendatangkan Teco. Pelatih kelahiran 25 Juli 1974 itu dinilai kelebihan dalam hal bekerja sama dengan pemain belia. Di klub-klub Thailand yang ia mentori Teco banyak memaksimalkan pemain muda.

Persija beberapa tahun belakangan doyan mengontrak pemain muda, karena bujet belanja pemain yang terbatas. "Konsep kami tentang pembinaan nyambung. Kami butuh pelatih yang memahami kondisi tim dan bisa bekerja dalam situasi serba wah," ujar Ferry Paulus, sosok yang mendatangkan Teco ke Persija.

Pelatih Persija Jakarta, Stefano Cugurra Teco, saat pertandingan melawan Arema FC pada laga Liga 1 di SUGBK, Jakarta, Sabtu (31/3/2018). Persija menang 3-1 atas Arema FC. (Bola.com/M Iqbal Ichsan)

Dan benar saja di awal masa tugasnya, mantan patner kerja Jacksen F. Tiago di Persebaya itu, Teco sempat dibombardir kritik karena performa Persija yang terseok-seok di awal Liga 1 2017.

"Saya butuh waktu untuk menyatukan pemain. Saya berharap suporter bersabar," ujar Teco mencoba meredakan tekanan dari The Jakmania.

Nyatanya sang mentor membuktikan ucapannya. Perlahan Persija bangkit dan kemudian anteng di jajaran papan atas kompetisi kasta elite. Sebuah pencapaian yang dinilai luar biasa mengingat skuat Persija tak bisa dibilang kinclong bertabur bintang layaknya PSM Makassar atau Bali United. Di Liga 1 2018 Macan Kemayoran lebih bertaji llagi, bersaing sengit dengan PSM dalam berburuan gelar juara.

Teco menyebut kalau suporter ikut berjasa besar mengerek semangat juang pasukannya. Stadion selalu full saat Persija bertanding di manapun.

Musim ini kualitas Teco mengatur strategi terlihat. Persija melakukan belanja pemain yang cenderung biasa-biasa saja. Mereka merekrut pemain-pemain yang namanya tak masuk daftar elite, tapi kehadiran mereka membawa dampak menutupi kelemahan tim.

Contoh nyata kejelian Teco melihat potensi pemain adalah sosok Marko Simic. Striker asal Kroasia yang matang pengalaman di Malaysia dan Vietnam jadi sosok ikon baru di Persija.

Penyerang Idaman yang Dinanti Lama

Kehadiran Simic seolah menjawab kerinduan Persija akan sosok penyerang yang tajam di kotak penalti lawan. Maklum, Macan Kemayoran menjadi kesebelasan dengan jumlah gol paling sedikit di antara penghuni enam peringkat teratas Liga 1 2017.

Pada musim lalu, pencetak gol terbanyak Persija adalah Bruno Lopes. Namun, penyerang asal Brasil tersebut hanya membukukan 10 gol dari 29 pertandingan. Ketajaman jadi problem yang tak juga terselesaikan beberapa musim terakhir.

Persija masih menggunakan tenaga Bambang Pamungkas (38 tahun), yang ketajamannya terus menurun karena dimakan usia. Upaya mereka mencari sosok predator asing haus gol tak pernah berending bagus.

Pedro Javier (Paraguay), Lai Sun Cheung (Hong Kong), Ivan Bosnjak (Kroasia) menjadi contoh deretan striker impor yang gagal unjuk gigi. Sempat mencuat figur Emmanuel Kenmogne memesona lewat gol-golnya pada musim 2013. Namun, ia hanya berkarier pendek di tim ibu kota. Selain itu performa trengginas Pacho tak menolong prestasi tim.

Pemain Persija Jakarta, Marko Simic saat melawan Johor Darul Ta’zim pada laga Piala AFC 2018 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Selasa (10/4/2018). Persija Jakarta menang 4-0.  (Bola.com/Nick Hanoatubun)

Marco Simic mengingatkan The Jakmania pada sosok striker asing top yang pernah dimiliki Persija, layaknya: Emmanuel de Porras (Argentina), Roger Batoum (Kamerun), serta Greg Nwokolo (kini dinaturalisasi).

Baru beberapa bulan memperkuat Persija torehan golnya di atas rata-rata. Jelang Gojek Liga 1 2018 bersama Bukalapak Simic mengoleksi 14 gol.

Rinciannya, Marko Simic mencetak 2 gol di Suramadu Super Cup, 1 gol di Boost SportsFix Super Cup, 11 gol di Piala Presiden 2018.

Rekor ketajaman kian memesona dengan torehan 7 gol di ajang Piala AFC yang dihelat di awal-awal kompetisi kasta tertinggi berputar.

Penyerang Super

Pemain yang dijuluki Super Simic ini memang penyerang super. Tak hanya tajam mengoyak gawang lawan, ia juga mampu mengerek permainan timnya.

"Saya haus gelar bersama Persija. Saya berharap memenangi sebanyak mungkin gelar di klub ini. Bermain di Persija menjadi sesuatu yang luar biasa, klub ini punya suporter fanatik yang menyemangati saya untuk memberikan yang terbaik," ujar Marco Simic.

Di Liga 1 2018 Simic bersaing di jajaran atas daftar pencetak gol. Sang bomber kini sudah mengoleksi 16 gol, tertinggal empat gol dari striker Persebaya Surabaya, David da Silva yang sementara ada di posisi puncak top scorer.

Jadi bisa dibilang tak terbantahkan jika Stefano Cugurra Teco dan Marko Simic adalah sosok kunci di balik kebangkitan Macan Kemayoran. Sekalipun Persija tak juara, keduanya sukses kembali menempatkan klub kebanggaan ibu kota di peredaran elite, hal yang tak terjadi beberapa tahun belakangan, terutama setelah Persija dilanda krisis keuangan berkepanjangan.

Sumber: Bola.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya