2 Senjata Ampuh Arsenal Saat Lawan Chelsea di Final Liga Europa

Arsenal dinilai memiliki dua pemain yang bisa menjadi kunci menjuarai Liga Europa saat menghadapi Chelsea di Olympic Stadium, Baku, Azerbaijan.

oleh Yus Mei Sawitri diperbarui 29 Mei 2019, 21:40 WIB
Diterbitkan 29 Mei 2019, 21:40 WIB
Alexandre Lacazette - Pierre Emerick Aubameyang
Alexandre Lacazette dan Pierre-Emerick Aubameyang. (AFP/Glyn Kirk)

Jakarta - Arsenal punya dua senjata ampuh yang bisa diandalkan untuk memenangkan duel final Liga Europa melawan Chelsea. Kedua tim bentrok di laga final di Baku Olympic Stadium di Baku, Azerbaijan, Kamis (30/5/2019) dini hari WIB. 

Kedua pemain tersebut pernah menjadi rival selama bertahun-tahun. Yang pertama ketika bersaing memperebutkan penghargaaan Sepatu Emas Ligue 1. Selain itu, mereka menjadi bagian dari dua derbi terbesar di sepak bola Prancis, Lyon Vs Saint-Etienne. 

Kedua pemain tersebut yaitu Pierre-Emerick Aubameyang versus Alexandre Lacazette. Mereka bisa menjadi rival yang sengit di lapangan, tapi bisa berhubungan baik di luar lapangan. "Selalu ada respek yang besar di antara kami," kata Lacazette, seperti dilansir ESPN, Selasa (28/5/2019).

Setelah bertahun-tahun menjadi rival, Aubameyang dan Lacazette akhirnya bermain bersama di Arsenal. Mereka menjadi alasan besar The Gunners sedang mempersiapkan diri menyambut laga final di Baku. Kedua pemain itu juga dinilai bisa menjadi kunci Arsenal memboyong trofi Liga Europa pulang ke London Utara. 

Manajer Arsenal, Unai Emery, musim ini berhasil menemukan cara tepat membuat mereka tampil bersama secara apik di lini depan. Pada awal musim, Emery menempatkan Aubemayang bermain meleber ke kiri, sedangkan Lacazette sendirian di depan. Sedikit demi sedikit, Emery mulai meramu cara mendapatkan strategi yang tepat untuk membuat mereka bermain bersama dan berada di sekitar kotak penalti. 

Semuanya berkat formasi 3-4-1-2 yang dipilih Emery, terbukti efektif membawa Arsenal melaju, termasuk di Liga Europa. Sejak 1 Januari, Lacazette membukukan 11 gol dan lima assist di semua kompetisi. Adapun Aubemayang menggelontorkan 16 gol dan empat assist. Total, mereka mengukur 50 gol di semua kompetisi. 

Ketika Arsenal menghadapi lawan terberat, Napoli di perempat final dan Valencia di semifinal, duo pemain tersebut praktis mendepak tim lawan sendirian. 

"Itu hanya masalah waktu. Mereka cepat klik satu sama lain ketika bertemu di ruang ganti 19 bulan lalu. Mereka juga sangat baik dalam berhubungan di kehidupan sosial, jadi hanya masalah waktu ketika mereka jadi kompak di lapangan," ujar kapten Arsenal, Laurent Koscielny, tentang duet Aubemayang dan Lacazette.

"Mereka selalu tertawa. Anda bisa melihat betapa alamiahnya hubungan mereka. Mereka teman yang luar biasa di luar lapangan dan saling memahami dengans sangat baik di lapangan. Mereka saling melengkapi," kata gelandang Arsenal, Matteo Guendouzi. 

 

Tak Terpisahkan

Lacazette lebih sering berperan sebagai second striker. Dia kerap turun lebih ke dalam dan ikut membangun serangan. Aubemayang sering menjadi ujung tombak, bermain membayangi bek terakhir lawan. 

Lacazette lebih muda daripada Aubemayang (20 tahun berbanding 30), serta lebih pendek. Namun, dia bisa melakukan beberapa hal yang tak dapat dipraktikkan Aubemayang. 

Mereka bahkan bisa menemukan satu sama lain dengan mata tertutup di lapangan, seperti saat melawan Valencia. Dari 11 gol yang disumbangkan Lacazette musim ini, lima di antaranya berkat kerja sama dengan Aubemayang. Sebaliknya, Aubemayang mengarsiteki tiga gol untuk sahabat terbaiknya itu. 

Selain itu, meski tidak terlalu sering bersama dalam kehidupan pribadi, mereka hampir tak terpisahkan saat menjalankan tugas untuk Arsenal. Mereka tak pernah jauh saat di pesawat, hotel, atau ruang ganti.

"Mereka seperti dua bersaudara. Mereka sempurna untuk satu sama lain. Mereka selalu memiliki spirit yang bagus dan memberikan banyak untuk klub, serta tampil bagus di lapangan," kata Guendouzi. 

Kini, harapan besar tersamping di pundak Lacazette dan Auemayang. Mereka dibebani misi membantu Arsenal menjuarai Liga Europa pada laga kontra Chelsea. Itu akan menjadi trofi Eropa pertama bagi Chelsea setelah bertahun-tahun. 

"Sudah lama sekali sejak 1994 (terakhir kali Arsenal menjuarai gelar di Eropa). Kami ingin sekarang menjadi giliran kami. Kami ingin membantu tim (meraih trofi)," tegas Lacazette. 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya