Cerita 8 Pelatih Bulutangkis Indonesia yang Sukses di Luar Negeri

Berikut daftar pelatih bulutangkis asal Indonesia yang tengah dan pernah berkarier di luar negeri, kemudian meraih kesuksesan.

oleh Yus Mei Sawitri diperbarui 31 Okt 2019, 21:30 WIB
Diterbitkan 31 Okt 2019, 21:30 WIB
Rexy Mainaky. (Bola.com/Arief Bagus)
Legenda bulutangkis Indonesia, Rexy Mainaky. (Bola.com/Arief Bagus)

Jakarta - Indonesia menyandang status sebagai salah satu kekuatan tradisional bulutangkis dunia. Alhasil, Indonesia menjadi gudangnya pemain-pemain hebat dan bertalenta. 

Dari masa ke masa, Indonesia tak pernah kekurangan pemain mumpuni. Sejak zaman Rudy Hartono, Liem Swie King, Susy Susanti, Taufik Hidayat, hingga era Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon. Tim Merah Putih masih rajin naik podium tertinggi di berbagai ajang bergengsi, termasuk All England, Kejuaraan Dunia, hingga Olimpiade. 

Namun, Indonesia bukan hanya produsen pemain-pemain hebat. Kualitas pelatih Indonesia juga diakui di dunia. 

Tak heran, banyak pelatih Indonesia melanglangbuana ke berbagai negara. Mereka dipercaya memoles para pemain bulutangkis, seperti di India, Thailand, Jepang, hingga Singapura. 

Hebatnya, kiprah para pelatih itu hasilnya juga tak sembarangan. Mereka berhasil mendongkrak dan menyuguhkan prestasi bulutangkis di negara-negara tersebut. 

Siapa saja pelatih bulutangkis asal Indonesia yang tengah dan pernah berkiprah di mancanegara? Berikut ini delapan di antaranya. 

 

1. Mulyo Handoyo

Pelatih Tunggal putra India, Mulyo Handoyo
Pelatih Tunggal putra India, Mulyo Handoyo menyaksikan pertandingan antara Prannoy H.S melawan Chen Long, pada laga Indonesia Open 2017 di JCC, Kamis, (15/6/2017). (Bola.com/M Iqbal Ichsan)

Mulyo Handoyo saat ini berkiprah menjadi pelatih di tim nasional Singapura. Sebelumnya, dia menangani tim bulutangkis India. 

Prestasinya saat menangani India cukup moncer. Salah satu prestasinya mengdongkrak prestasi tunggal putra andalan India, Srikant Kidambi. 

Selama ditangani Mulyo,  Srikanth Kidambi, menjadi pebulutangkis yang meraih banyak kesuksesan sepanjang 2017.

Mulyo Handoyo, memulai tugas barunya sebagai pelatih kepala tim bulutangkis Singapura mulai Februari 2018. Kedatangan Mulyo mendapat sambutan hangat dari insan bulutangkis Singapura. 

Pelatih berusia 58 tahun tersebut sebelumnya pernah bekerja sama dengan beberapa pemain top Singapura, temasuk mantan pebulutangkis nomor enam dunia, Ronald Susilo dan peraih medali perak SEA Games 2007, Kendrick Lee. 

Tim nasional bulutangkis Singapura sulit berbicara banyak di kancah regional maupun internasional. Singapura hanya meraih dua medali perunggu dari cabang bulutangkis pada SEA Games 2017. Ronald Susilo berharap Mulyo bisa membangkitkan bulutangkis Singapura. 

Para pebulutangkis Singapura menunjukkan kemajuan sejak ditangani Mulyo, satu di antaranya Loh Kean Yew. Sang pemain pernah membuat Chou Tien Chen kerepotan di perempat final Chinese Taipei Terbuka 2019, serta pernah mengalahkan Lin Dan (China) di Thailand Masters. 

 

 

2. Rexy Mainaky

Rexy Mainaky. (Bola.com/Arief Bagus)
Rexy Mainaky. (Bola.com/Arief Bagus)

Karier Rexy Mainaky di luar negeri cukup panjang. Semasa menjadi pemain, Rexy meraih banyak prestasi di nomor ganda putra bersama Ricky Subagdja. Salah satu prestasi gemilang pasangan Ricky/Rexy ini adalah saat meraih medali emas Olimpiade Atlanta 1996.

Setelah pensiun, Rexy menekuni karier sebagai pelatih. Ia pernah melatih di Inggris. Hasilnya, ia mampu membawa Inggris menyabet medali perak Olimpiade 2004 lewat ganda campuran, Gail Emms/Nathan Robertson. 

kemudian dikontrak selama tujuh tahun oleh Badminton Association of Malaysia (BAM) sebagai pelatih ganda putra. Berkat polesan tangan dinginnya, Malaysia memiliki ganda kuat dunia, Koo Kien Keat/Tan Boon Heong. Ia menyelesaikan kontrak di tim Malaysia pada 2012.

Setelah itu Rexy menerima jabatan sebagai pelatih kepala selama setahun di tim bulutangkis Filipina. Pada awal 2014, Rexy memutuskan untuk pulang. Ia kemudian mengemban jabatan Kabid Pembinaan dan Prestasi Pelatnas PBSI. 

Setelah masa jabatannya di PBSI habis, Rexy kemudian menerima tawaran untuk melatih tim bulutangkis Thailand, hingga sekarang.  Di Thailand, Rexy mencetak banyak pemain hebat. Kini, Thailand punya pemain-pemain yang menembus papan atas seperti Ratchanok Intanon dan ganda campuran Dechapol Puavaranukroh/Sapsiree Taerattanachai. 

 

 

3. Rionny Mainaky

Reony Mainaky
Marleve Mainaky, Rexy Mainaky, Rionny Mainaky dan Richard Mainaky. (Dok Pribadi)

Rionny Mainaky pernah menjadi pelatih di Jepang. Ia adalah salah satu anggota keluarga Mainaky yang juga pernah menjadi pebulutangkis nasional.

Tiga saudaranya, yaitu Richard, Rexy, dan Marlev. Pada awal 2014, Riony sempat dikabarkan bakal pulang dan melatih di Cipayung, sama seperti saudara-saudaranya. Namun entah mengapa rencana tersebut batal dan hingga kini Reony masih betah melatih di Jepang.

Selain menangani klub, Rionny juga dikontrak oleh timnas bulutangkis Jepang. Kebangkitan bulutangkis Jepang belakangan ini tak lepas dari kerja keras Reony.   

Pada Maret 2019, Rionny Mainaky menerima tawaran PBSI untuk kembali ke Indonesia. Dia kini didapuk menjadi pelatih tunggal putri pelatnas.  

4. Tong Sin Fu

Tong Sin Fu
Tong Sin Fu. (Pbdjarum.org)

Tong Sin Fu pelatih legendaris Indonesia kelahiran Lampung yang akhirnya menyeberang pindah kewarganegaraan ke China. Pria yang kini berusia 78 tahun tersebut pindah ke China karena pengajuannya untuk menjadi WNI berulang kali ditolak. 

Padahal dari tangan dinginnya, lahir para pebulutangkis hebat bulutangkis. Beberapa pemain yang pernah merasakan polesan tangan dingin Tong adalah Ardy B. Wiranta, Hariyanto Arbi, Alan Budikusuma, dan Susy Susanti. Saat itu, Indonesia berhasil mendominasi sektor tunggal putra dan putri dunia. 

Setelah pindah ke China, Tong tak kehilangan sentuhan emasnya. Salah satu hasil polesan tangan dinginnya adalah legenda hidup bulutangkis, Lin Dan, dan ganda putra Cai Yun/Fu Haifeng. 

 

5. Hendrawan

Lee Chong Wei Pertahanan Terakhir Malaysia?
Lee Chong Wei saat ini menggunakan jasa mantan pemain Indonesia, Hendrawan untuk menjadi pelatihnya. (Bola.com/Nicklas Hanoatubun)

Hendrawan awalnya dipercaya menangani para pemain di Pelatnas Cipayung. Namun, pada 2010, dia menerima tawaran dari Asosiasi Bulutangkis Malaysia (BAM) untuk melatih di sana. 

Jadi, sudah sembilan tahun dia dipercaya memoles para pemain bulutangkis Malaysia. Dia pernah dipercaya melatih pemain legendaris Malaysia yang sudah pensiun, Lee Chong Wei. 

Hendrawan berperan besar dalam kebangkitan Lee Chong Wei setelah kena kasus doping. Peringkat Lee Chong sempat terjun bebas, namun perlahan bisa kembali menembus papan atas dunia. 

Selama berkiprah sebagai pemain, prestasi Hendrawan cukup gemilang. Dia meraih medali perak pada Olimpiade Sydney 2000 dan menjadi Juara Dunia 2001. 

 

6. Paulus Firman

Paulus Firman, Bulutangkis, BAM
Federasi Bulutangkis Malaysia (BAM) menunjuk Paulus Firman sebagai pelatih ganda putra. (Djarum Badminton)

Sama seperti Hendrawan, Paulus Firman juga menerima tawaran BAM untuk melatih tim bulutangkis Malaysia. BAM menggaet Firman dengan misi khusus untuk memperkuat sektor ganda putra.

Paulus Firman memulai kiprahnya di Malaysia mulai 1 April 2018 dan masih bertahan sampai sekarang.  

Sebelumnya, Paulus Firman juga pernah melatih di Negeri Jiran itu pada 2013, tapi hanya bertahan selama 10 bulan. Saat itu, dia kemudian menerima pinangan untuk melatih tim bulutangkis Filipina. 

 

 

7. Atik Jauhari

Atik Jauhari
Mantan bintang bulutangkis Indonesia, Atik Jauhari. (Istimewa)

Atik Jauhari juga merupakan pelatih bertangan dingin di Indonesia. Lihat saja deretan anak asuhnya pada era 1980, mulai Icuk Sugiarto, Hastomo Arby, Liem Swie King, serta ganda Tjun Tjun/Johan Wahyudi dan Bobby Ertanto/Hadibowo.

Atik Jauhari adalah pelatih nasional Indonesia dan memiliki sederet anak didik dengan catatan prestasi kelas dunia. Liem Swie King, Icuk Sugiarto, Hastomo Arbi dan Eddy Kurniawan pernah menjadi pemain asuhan Atik di era 80-an. Sementara pada nomor ganda, Atik pernah menangani Tjun Tjun/Johan Wahyudi dan Bobby Ertanto/Hadibowo.

Atik Jauhari mengundurkan diri dari pelatnas pada 2006 karena merasa gagal. Saat itu, anak asuhnya gagal berprestasi di SEA Games 2005 dan tak lolos kualifikasi Piala Uber. 

Atik Jauhari kemudian berpetualang ke mancanegara. Negara yang pernah merasakan tangan dinginnya antara lain Swedia, Thailand hingga India. Saat menjabat sebagai pelatih kepala India pada 2009-2010, Atik ikut andil dalam kesuksesan Saina Nehwal masuk ke jajaran elite sektor tunggal putri.

8. Flandy Limpele

Flandy Limpele
Flandy Limpele (dua dari kanan). (PBSI)

Flandy Limpele digaet oleh tim nasional bulutangkis India untuk memoles sektor ganda. Flandy Limpele yang kini menangani ganda India itu bukan sosok asing bagi publik Indonesia. Dia juga pernah merasakan tangan dingin pelatih ganda putra Indonesia, Herry Iman Pierngadi. 

Salah satu hasil polesan tangan dingin Flandy Limpele adalah runner Prancis Terbuka 2019, India, Satwiksairaj Rankireddy/Chirag Shetty. Mereka mencuri perhatian setelah melesat ke final Prancis Terbuka 2019, meski kalah dari ganda Indonesia, Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon.

Hasil di Prancis Terbuka menjadi pencapaian tertinggi Rankireddy/Shetty sebagai pasangan. Ini kali pertama mereka berhasil menembus final turnamen BWF Super 750. Bahkan, mereka menjadi ganda putra India pertama yang melakukannya.

Di balik pencapaian apik ganda India tersebut, ternyata ada sosok pelatih asal Indonesia, Flandy Limpele, yang berperan besar. 

Saat ditanya resep penampilan gemilang di Prancis Terbuka, mereka menyebut peran sang pelatih baru, Flandy Limpele. 

"Bukan berarti kami tak bermain bagus sebelum Prancis Terbuka. Kami kemudian tetap bekerja keras bersama pelatih baru (Flandy Limpele) dan segalanya berjalan bagus," kata Rankireddy. 

"Kami banyak memberi perhatian pada kebugaran sejak dia datang. Banyak sekali drill di luar lapangan. Itu semua sangat membantu kami," imbuh dia. 

Saat menjadi pemain, Flandy Limpele merupakan pemain spesialis ganda, baik putra maupun campuran. Dia pernah berpasangan dengan Minarti Timur hingga Vita Marissa. Sedangkan di ganda putra, pasangannya yang paling diingat adalah Eng Hian. 

Saat berpasangan dengan Eng Hian, dia berhasil menjuarai turnamen di Denmark (2000), Singapura (2000, 2006), Jepang (2002), Jerman (2003), dan Copenhagen Masters (2000, 2004). Gelar paling bergengsi bagi mereka adalah medali perunggu Olimpiade Athena 2004. 

Sedangkan di ganda campuran, prestasi terbaik Flandy diraih saat berpasangan dengan Vita Marissa sejak 2006. Mereka pernah juara di Jepang, Singapura, Prancis, hingga SEA Games. Mereka juga meraih medali perunggu pada Kejuaraan Dunia 2007 dan merebut medali emas di Kejuaraan Asia Bulutangkis pada 2008.

Disadur dari Bola.com (Yus Mei Sawitri/Yus Mei Sawitri, published 31/10/2019) 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya