Fakta di Balik Pengkhianatan Van Persie dari Arsenal ke MU

Ternyata, bagi Robin van Persie, kepindahan dari Arsenal ke Manchester United itu menyisakan sebuah cerita pahit.

oleh Yus Mei Sawitri diperbarui 22 Apr 2020, 19:05 WIB
Diterbitkan 22 Apr 2020, 19:05 WIB
Liga Inggris
Robin Van Persie (Photo by IAN KINGTON / AFP)

London - Robin van Persie tahu benar rasanya berubah status dari pemain pujaan menjadi dicap pengkhianat dalam sekejap. Cap baru itu melekat pada Van Persie ketika memutuskan meninggalkan Arsenal dan hijrah ke Manchester United pada 2012. 

Kepindahan Van Persie saat itu benar-benar membuat marah suporter The Gunners. Bagaimana juga, Van Persie merupakan kapten tim dan menjadi satu di antara pemain andalan Arsenal. 

Pilihan klub yang dituju memperkeruh masalah. Manchester United merupakan salah satu seteru berat Arsenal. Meskipun rivalitas kedua klub tak sekental MU-Liverpool, tetap saja fans The Gunners tak rela pemain kesayangan mereka pindah ke klub rival. Van Persie langsung dicap pengkhianat. 

Seperti diketahui, Robin van Persie mengawali karier di Feyenoord pada 2001, sebelum direkrut Arsenal pada 2004. Eks striker Tim Nasional Belanda periode 2005-2017 itu menghabiskan sebagian besar kariernya di sana.

Van Persie memperkuat Arsenal selama delapan musim, dan menjadi salah satu idola para pendukung Arsenal. Dia bahkan dipercaya mengenakan ban kapten untuk musim 2011-2012, menyusul kepindahan Cesc Fabregas ke Barcelona.

Namun, musim itu ternyata menjadi musim terakhir Van Persie memakai seragam The Gunners. Van Persie kemudian pindah ke Manchester United dengan nilai transfer £22,5 juta pada Agustus 2012. Transfer itu terbilang cukup mengejutkan, karena dua klub ini merupakan rival.

Ternyata, bagi Robin van Persie, kepindahan ke Manchester United itu menyisakan sebuah cerita pahit. Dia mengungkapkan kepindahan itu ada kaitannya dengan chief executive Arsenal waktu itu, yakni Ivan Gazidis. Dia mengaku tak mendapat tawaran kontrak baru sehingga memilih hengkang ke Manchester United. 

 

Surat Terbuka

Manchester United, Premier League, Arsenal
(AFP/Paul Ellis)

Waktu itu, kontrak van Persie hanya tersisa satu tahun di Arsenal. Para pendukung Arsenal mendesak agar Van Persie segera menandatangani perpanjangan kontrak di klub. Namun, van Persie mengungkapkan bukan begitu ceritanya.

Dia bukannya tak mau memperpanjang kontrak di Arsenal. Kenyataannya adalah Arsenal saat itu memang tak menawarinya kontrak anyar.

Jadilah dia dibajak Manchester United.

Van Persie bahkan langsung menjuarai Premier League pada musim pertamanya di Manchester United (2012/13). Van Persie juga mempertahankan gelar top scorer Premier League.

Setelah menjadi top scorer Premier League dengan 30 gol untuk Arsenal pada musim 2011-2012, Van Persie kembali jadi yang tertajam dengan 26 gol untuk Manchester United pada musim 2012-2013.

Van Persie memperkuat Manchester United periode 2012-2015, lalu pindah ke Fenerbahce, sebelum akhirnya pensiun di Feyenoord pada akhir musim 2018-2019.

Sebelum pindah ke Manchester United, van Persie menulis sebuah surat terbuka untuk para pendukung Arsenal.

"Saya sudah memikirkan ini lama dan dengan matang, tapi saya memutuskan untuk tidak memperpanjang kontrak saya." Itulah sebagian kutipan isi surat terbuka Van Persie .

Kepada The High Performance Podcast, Senin (20/4/2020), Van Persie bicara panjang lebar tentang situasinya di Arsenal waktu itu.

"Ini bukan cuma antara saya dan (manajer Arsenal waktu itu) Arsene Wenger," kata Van Persie, seperti dikutip Mirror. "Ini lebih ke Ivan, dan bagaimana dia bersikap serta caranya menangani situasi."

"Jika saya ingat lagi situasinya waktu itu, saya juga harus melihat ke dalam diri, apa yang seharusnya saya lakukan dengan lebih baik atau berbeda. Jika saya lihat ke belakang, surat terbuka itu tak seharusnya saya buat."

Menurut van Persie, meninggalkan Arsenal setelah begitu lama di sana adalah keputusan sulit baginya. Namun, dia menegaskan bahwa itu bukan murni keinginannya.

Itu lebih karena Arsenal, khususnya Gazidis, memang tak menawarinya perpanjangan kontrak.

"Saya menerima semua (kritikan) itu. Namun, saya berani bersumpah demi anak-anak saya, jika ada orang yang bisa memberi bukti kalau Arsenal menawari saya kontrak baru, saya akan memberinya satu juta [pounds] sekarang, hari ini," lanjut Van Persie.

"Itu keputusan Arsenal untuk tidak menawari saya kontrak baru, dan itu terserah mereka. Setelah melalui banyak pembicaraan, jadi jelas bahwa kami punya pandangan berbeda tentang klub."

 

Tak Marah

Robin Van Persie
(AFP/Ian Kington)

"Saya mengutarakan tujuh poin yang saya pikir bisa membuat Arsenal jadi lebih baik. Menurut saya, mereka perlu segera melakukan tujuh poin itu jika ingin bisa kembali bersaing dengan tim-tim top," tutur van Persie.

"Apa saja tujuh poin itu tidak penting sekarang. Yang penting adalah fakta bahwa tak satu pun (dari tujuh poin itu) yang disetujui oleh Ivan. Saya rasa itu cukup fair."

"Setelah dia membawa informasi itu ke direksi, Arsenal tak menawari saya kontrak baru. Mereka tak setuju dengan pandangan saya."

"Padahal saya hanya ingin membantu. Itu pendapat jujur saya tentang bagaimana agar klub bisa maju. Saya menyampaikannya dengan sangat jelas."

"Bagi saya, itu sudah bukan masalah. Inilah kehidupan," lanjut van Persie.

"Begitulah kehidupan di klub top. Keputusan, juga nasib para pemain, diambil berdasarkan keperluan bisnis."

"Saya senang dengan akhirnya. Saya ke Manchester United, kami menjuarai liga, jadi benar-benar tak masalah bagi saya."

"Saya tak marah pada Ivan. Saya bersyukur bisa bekerja delapan tahun dengan Arsene. Dia berperan besar dalam karier saya. Tanpa pengaruhnya, saya tak mungkin jadi pemain yang seperti ini. Saya senang. Saya bersyukur. Namun, tetap saja ada fakta-fakta yang tak bisa Anda kesampingkan."

"Ivan dan saya tidak benar-benar cocok. Itu bisa terjadi di mana saja. Namun, ini dunia yang keras, dan ada momen-momen di mana kita harus bisa move on," pungkasnya.

Gazidis menjadi chief executive di Arsenal sampai 2018, sebelum kemudian gabung dengan AC Milan di Italia.

Pada musim pertamanya sebagai CEO Milan, sejumlah kebijakannya seputar transfer dipertanyakan. Musim itu, Milan finis peringkat lima di Serie A.

Sumber: Mirror

Disadur dari: Bola.net (Penulis Gia Yudha Pradana, published: 21/4/2020)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya