Mohammad Ahsan: Kami Diperlakukan Seperti Orang Sakit di All England

Usai bertanding, Hendra Setiawan / Mohammad Ahsan dan tim Indonesia harus meninggalkan tempat bertanding All England 2021 ke hotel dengan berjalan kaki.

oleh Bogi Triyadi diperbarui 19 Mar 2021, 08:05 WIB
Diterbitkan 19 Mar 2021, 07:30 WIB
Hendra Setiawan / Mohammad Ahsan - All England
Ganda putra Indonesia Hendra Setiawan / Mohammad Ahsan mengalahkan Ben Lane / Sean Vendy pada babak pertama All England 2021 di Utilita Arena Birmingham, Inggris, Rabu, 17 Maret. (foto: BWF-limited acces)

Liputan6.com, Jakarta - Mohammad Ahsan terlihat bingung melihat muka pelatih kepala ganda putra Herry Iman Pierngadi setelah laga babak 32 besar All England 2021. Padahal, dia dan pasangannya Hendra Setiawan memenangkan laga itu.

Hendra Setiawan / Mohammad Ahsan lolos ke babak 16 besar All England setelah mengalahkan wakil Inggris Ben Lane / Sean Vendy. Pasangan yang dijuluki The Daddies itu menang 21-18, 19-21, 21-19 di Utilita Arena Birmingham, Inggris, Rabu, 17 Maret lalu, dalam waktu 56 menit.

"Kita pas selesai main biasa ketemu pelatih dan kebetulan ada Kak Rionny (Mainaky) dan Koh Herry (Iman Pierngadi), tapi saya lihat wajah mereka kok enggak enak, padahal kan saya menang?" kata Ahsan saat live di Instagram, Kamis (18/3/2021) malam WIB.

Hendra / Ahsan semakin bingung karena dipaksa mundur dari All England usai mendapat peringatan dari pemerintah Inggris. Pasalnya, tim Indonesia berada satu pesawat dengan seorang penumpang yang terdeteksi positif Covid-19 dalam penerbangan dari Istanbul ke Birmingham, 13 Maret lalu.

"Pastinya sangat terkejut karena dikasih tahunya pas banget selesai saya main," ucap Ahsan.

 

 

Saksikan Video All England di Bawah Ini

Kembali ke hotel

Hendra Setiawan / Mohammad Ahsan - All England
Ganda putra Indonesia Hendra Setiawan / Mohammad Ahsan saat berlaga pada babak pertama All England 2021 di Utilita Arena Birmingham, Inggris, Rabu, 17 Maret. (foto: BWF-limited acces)

Keterkejutan Ahsan berlanjut karena dia dan Hendra harus segera meninggalkan tempat pertandingan. "Setelah main itu biasanya kami diskusi dulu soal permainan, stretching. Tapi, mereka bilang kita semua harus pulang, besok enggak boleh main lagi," ucap juara All England 2014 dan 2019 ini.

Kembali ke Crowne Plaza Birmingham City Center, tempat menginap tim Indonesia, mereka tidak bisa naik bus. "Kami harus berjalan kaki ke hotel. Begitu sampai di hotel, pihak hotel melarang kami naik lift dan harus lewat tangga untuk sampai ke kamar," papar Ahsan.

"Kami diperlakukan seperti orang sakit," katanya.

Sekadar informasi, jarak Utilita Arena Birmingham ke Crowne Plaza Birmingham City Center sekitar 800 meter. Jarak ini bisa ditempuh sekitar 11 menit dengan berjalan kaki.

Tidak dapat e-mail

All England 2020
Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan bicara mengenai peluang mempertahankan gelar All England. (PBSI)

Ahsan dan Hendra yang kini berstatus pemain profesional mengaku tidak percaya harus angkat koper dari All England dengan cara seperti ini. "Kami sama-sama bertanya-tanya, kenapa bisa terjadi seperti ini, apa alasannya kami harus mundur. Ini memang berurusan langsung sama pemerintah Inggris, dan saya rasa semuanya enggak bisa berbuat apa-apa," ujar Ahsan.

Berbeda dengan Hendra, Ahsan justru tak mendapat e-mail dari National Health Service (NHS) Inggris yang menyatakan ada kontak dengan penumpang yang terdeteksi Covid-19. "Saya tidak dapat e-mail, padahal di pesawat, saya duduk di sebelahnya Koh Hendra," ungkapnya.

 

BWF lalai

Logo BWF
Logo BWF. (BWF)

Menurut Ahsan, ada kelalaian dari Federasi Bulu Tangkis Dunia atau BWF terkait dipaksanya mundur tim Indonesia dari All England. Dia dan Hendra tidak mendapat pemberitahuan adanya aturan yang ketat untuk masuk ke Inggris menyusul pandemi Covid-19.

Sejak 15 Februari 2021, semua orang yang akan masuk Inggris wajib melakukan 10 hari karantina. "Kami tidak diberitahu, jadi kami bisa datang hanya beberapa hari sebelum pertandingan," kata Hendra.

"Jika ada aturan ketat seperti ini, para pemain tidak akan datang. Apalagi, ada varian baru Covid-19 B117 dari Inggris," tambahnya.

Hal ini sangat berbeda dengan pelaksanaan Yonex Thailand Open dan Toyota Thailand Open 2021 pada Januari lalu. Selain mewajibkan peserta hadir sebelum tujuh hari digelarnya turnamen, BWF dan Asosiasi Bulu Tangkis Thailand dengan dukungan pemerintah Thailand memberlakukan sistem gelembung.

Dengan sistem ini, peserta hanya berada dalam satu lingkungan tertentu bersama dengan orang-orang yang sama dalam periode waktu 14 hari karantina. Sistem seperti ini sudah dipakai, satu di antaranya oleh penyelenggara NBA.

Ahsan dan Hendra berharap tim Indonesia bisa segera pulang ke Indonesia ketimbang harus menjalani isolasi selama 10 hari di Birmingham. "Lebih baik pulang secepatnya," katanya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya