Liputan6.com, Jakarta - Roda hidup selalu berputar. Kadang kita di atas dan kadang di bawah.
Hal serupa turut hadir di sepak bola. Sejumlah klub sukses menjadi juara Eropa meski beberapa tahun sebelumnya berada di kasta rendah panggung domestik.
Namun, lapangan hijau juga menampilkan perubahan lebih drastis. Klub Liga Inggris Millwall merasakannya pada Divisi Championship 1995/1996. The Lions mengawali kampanye dengan meraih lima kemenangan dalam tujuh laga pembuka
Advertisement
Mereka melanjutkan kampanye dan selalu sukses di zona promosi otomatis pada sepertiga awal kompetisi.
Millwall bahkan tetap berada di puncak meski menderita tiga kekalahan beruntun memasuki Desember.
Cuma Menang 4 Kali
Semua kemudian berubah. Pada 9 Desember 1995, mereka mengunjungi Roker Park untuk menghadapi Sunderland yang berada di peringkat dua.
Millwall menderita kekalahan telak 0-6 dan harus merelakan posisi puncak ke The Black Cats. Setelah itu Mick McCarthy meninggalkan kursi pelatih untuk menangani Timnas Republik Irlandia.
Performa Millwall setelahnya menurun drastis. Mereka hanya meraih empat kemenangan pada sisa musim di bawah kepemimpinan Jimmy Nicholl.
Hasil imbang tanpa gol melawan Ipswich Town pada partai pamungkas pun memastikan Millwall turun kasta. Mereka menempati peringkat 22 dari 24 tim yang berkompetisi.
Meski memiliki poin sama dengan Portsmouth, The Lions kalah selisih gol karena buruknya performa.
Advertisement
Tergusur Meski Tidak Dihukum
Millwall terdegradasi walau tidak terkena pengurangan angka atau sanksi administrasi.
Di sisi lain, pesta gol melawan Millwall jadi pendorong untuk Sunderland. Mereka menjadi juara liga sekaligus merebut tiket promosi.