Liputan6.com, Jakarta - Roller coaster menjadi analogi ideal untuk mendeskripsikan kinerja tim sepak bola dengan perfoma turun naik. Namun, tidak ada yang lebih pas mengadopsi istilah tersebut selain Sunderland pada 2006/2007.
Bagaimana tidak, The Black Cats menempati setiap peringkat di klasemen pada edisi tersebut.
Sunderland kala itu berkompetisi di Divisi II alias Championship pada sistem kompetisi sepak bola Inggris. Mereka mengawali kampanye bersama legenda klub Niall Quinn yang pernah memperkuat tim pada periode 1996 hingga 2002.
Advertisement
Sayang Quinn gagal memberi kontribusi positif. Sunderland menderita kekalahan pada empat pertandingan pembuka musim sehingga terdampar di dasar tabel alias posisi 24.
Juga menjabat sebagai direktur umum klub, Quinn lalu menunjuk Roy Keane sebagai manajer. Keputusannya terbukti efektif. Keane sukses membawa Sunderland menguasai puncak pada akhir musim sekaligus promosi ke kasta tertinggi Liga Inggris.
Tapi sebelum itu The Black Cats merasakan pengalaman menjajaki setiap posisi.
Terbantu 111 Matchday
Perubahan posisi Sunderland pada setiap posisi klasemen terjadi tidak hanya ketika mereka bertanding. Peringkat mereka juga bergeser seiring kinerja rival.
Guardian mencatat, urutan The Black Cats jika dirunut berdasar transisi adalah 16, 20, 21, 24, 23, 21, 22, 14, 17, 14, 15, 17, 19, 17, 13, 14, 15, 17, 18, 19, 15, 16, 14, 13, 11, 12, 11, 12, 10, 9, 7, 8, 9, 7, 6, 5, 6, 4, 3, 2, 3, 2, 3, 2, 1, 2, 1, 2, dan 1.
Fleksibilitas ini turut terbantu panjangnya kompetisi. Ada 111 hari pertandingan di Championship 2006/2007 sehingga membuat Sunderland mudah naik atau turun.
Â
Advertisement
Faktor Roy Keane
Progres Sunderland tidak lepas dari pengaruh Keane. Dia langsung memberi efek positif dengan mempersembahkan kemenangan pada debut melawan Derby County.
Merangkak naik, mereka menduduki posisi teratas untuk kali pertama pada 9 April 2007. Sunderland akhirnya mengamankan status juara setelah hanya sekali kalah di 20 laga terakhir Championship musim tersebut.