Liputan6.com, Jakarta Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia (Menpora RI), Zainudin Amali, masih berada di Bandung pasca tragedi Kanjuruhan, Malang yang menyebabkan sedikitnya 127 suporter meregang nyawa. Menpora Zainudin menyampaikan rasa prihatin dan duka mendalam terhadap korban yang meninggal dunia.Â
"Pertama saya sampaikan kepada yang meninggal dunia rasa duka yang mendalam. Saya prihatin terhadap kejadian ini," kata Menpora Amali usai melepas 1.500 peserta lomba lari PR Ignite Paramarta, Charity Run For Every Heart Bandung 2022, di Halaman Gedung Merdeka Bandung, Jawa Barat, Minggu (2/10) pagi.
Menpora Amali berharap kejadian serupa tak terjadi lagi dikemudian hari. Menpora juga berharap edukasi-edukasi yang baik terhadap suporter kembali dimasifkan.
Advertisement
"Seharusnya ini tidak boleh lagi terjadi. Karena begitu sudah kita bebaskan pertandingan sepakbola dengan boleh ada penonton yang tadinya tanpa penonton, kemudian ada permintaan masyarakat supaya ada penontonnya tapi tidak bisa dijaga dengan baik," urai Menpora Amali.
"Sehingga edukasi-edukasi kepada para suporter dan penonton itu harus lebih dilakukan lebih masif lagi, disadarkan bahwa pertandingan olahraga baik sepakbola atau cabang olahraga apapun pasti ada yang memang dan ada yang kalah, sehingga apapun itu harus diterima," tegas Menpora Amali.
Menpora Amali sangat menyayangkan dan prihatin karena penyebabnya adalah ketidak terimaan suporter karena tim kesayangan mengalami kekalahan.
"Tentu saya sangat prihatin atas kejadian ini, apalagi sementara penyebabnya karena tidak terima tim sepakbola kesayangannya kalah, tidak boleh seperti itu. Ini olahraga, ini pertandingan yang hari ini bisa menang, besok juga bisa kalah," tegas Menpora Amali lagi.
"Tidak ada satu timpun yang ingin kalah, jadi jangan menyalahkan timnya apalagi pemainnya, pasti mereka sudah berusaha hanya mungkin lawannya mungkin lebih baik," pungkasnya.
Â
Tragedi Kanjuruhan Malang
Tragedi Kanjuruhan, Malang, terjadi setelah pertandingan lanjutan Liga 1 antara Arema melawan musuh bebuyutan, Persebaya. Dalam duel ini, Arema kalah dengan skor tipis 2-3.
Kericuhan menyebabkan 127 orang meninggal dunia. Dua di antaranya diketahui adalah polisi.
PSSI telah menyatakan bakal mengusut insiden ini. Ketua Umum PSSI, Mochamad Iriawan atau akrab disapa Iwan Bule juga memutuskan untuk menghentikan kompetisi Liga 1 selama satu minggu. Selanjutnya, pihak PSSI juga bakal menurunkan tim untuk menginvestigasi kejadian tersebut.
Â
Advertisement
Bukan Bentrok Antarsuporter
Sementara itu, pemerintah menyampaikan kalau insiden Kanjuruhan bukan bentrok antara suporter Arema dan Persebaya. Hal ini seperti disampaikan oleh Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud Md. Dia menegaskan bahwa tragedi Kanjuruhan, Malang bukanlah peristiwa bentorkan antarsuporter. Sejauh ini, tercatat ada sebanyak 127 orang tewas dalam tragedi itu.
"Perlu saya tegaskan bahwa tragedi Kanjuruhan itu bukan bentrok antarsuporter Persebaya dengan Arema," tutur Mahfud kepada wartawan, Minggu (2/10/2022).
Menurut Mahfud, suporter Persebaya memang tidak boleh ikut menonton di Stadion Kanjuruhan. Kata dia, yang ada di lapangan saat itu hanya pendukung Arema.
"Oleh sebab itu para korban pada umumnya meninggal karena desak-desakan, saling himpit, dan terinjak-injak, serta sesak napas. Tak ada korban pemukulan atau penganiayaan antarsuporter," kata Mahfud menegaskan.
Hal yang sama sebelumnya juga disampaikan oleh Kapolda Jatim Irjen Pol Nico Afinta. Dia mengungkapkan, pihaknya serta instansi terkait sudah melaksanakan rapat beberapa kali sebelum pertandingan digelar. Pertandingan ini disepakati hanya dihadiri oleh supporter dari Arema saja. Sedangkan suporter Persebaya, hanya menonton bareng (nobar) di wilayah masing-masing.
"Proses pertandingan tidak ada permasalahan hingga selesai," ujar Irjen Nico, Minggu (2/10/2022).
Permasalahan terjadi pada saat pertandingan telah selesai, lantaran ada rasa kekecewaan dari penonton yang melihat tim kesayangannya kalah.
"Selama 23 tahun bertanding (Arema) tidak pernah kalah namun pada malam ini kalah dengan Persebaya," ucap Irjen Nico.
Kesaksikan Penonton
Jumlah korban tragedi Kanjuruhan, Malang, diperkirakan bakal meningkat. Sementara sejumlah suporter yang selamat dari insiden tersebut menjelaskan kronologi kejadian melalui akun media sosialnya.
Salah satunya akun Twitter @RezqiWahyu_05. Menurutnya, dari awal masuk ke stadion semua berjalan aman dan tertib hingga kick off pukul 20.00 WIB. Laga pun berjalan aman tanpa kericuhan sedikit pun.
"Yang ada hanya suporter Arema saling melontarkan psywar ke arah pemain Persebaya," katanya.
Namun saat babak pertama jefda istirahat, ada sekitar dua atau tiga kali kericuhan sedikit di tribun 12-13. Kericuhan tersebut segera diamankan pihak berwenang.
Babak kedua berlanjut dan tim Persebaya berhasil mencetak golnya yang ketiga. Arema FC semakin tampil menyerang menggempur gawang Persebaya, tapi tidak ada gol yang tercipta.
"Semakin banyak serangan, semakin gemas juga kita sebagai suporter yang menontonnya," katanya.
Hingga peluit akhir dibunyikan, Arema tidak bisa menambah golnya, dan harus menerima kekalahan. Di sinilah awal mula tragedi, setelah peluit dibunyikan, para pemain Arema tertunduk lesu dan kecewa. Sementara pelatih Arema dan manager tim mendekati tribbun timur dan menunjukan gestur minta maaf ke suporter.
"Di sisi lain ada satu orang suporter yang dari arah tribun selatan nekat masuk dan mendekati Sergio Silva dan Maringa. Terlihat seperti memberi kritik dan motivasi kepada mereka," katanya.
Dari situ, masuk beberapa orang lagi ke lapangan meluapkan kekecewaan kepada pemain Arema. Terlihat John Alfarizie mencoba memberi pengertian kepada oknum-oknum suporter tesebut. Namun semakin banyak mereka yang berdatangan masuk, semakin ricuh stadion karena dari berbagai sisi stadion juga ikut masuk untuk meluapkan kekecewaannya ke pemain.
Hal itu diikuti dengan lempar-lempar berbagai macam benda ke arah lapangan, para suporter semakin tidak terkendali. Akhirnya para pemain digiring masuk ke dalam ruang ganti dengan pengawalan polisi.
"Setelah pemain masuk, suporter makin tidak terkendali dan makin banyak yang masuk ke lapangan," katanya.
Pihak aparat melakukan berbagai upaya untuk memukul mundur para suporter. "Menurut saya perlakuannya sangat kejam dan sadis, dipentung dengan tongkat panjang, satu suporter dikeroyok aparat, dihantam tameng dan banyak tindakan lainnya," tulis akun tersebut.
Â
Advertisement