Liputan6.com, Jakarta- Anggota Komite Etik FIFAÂ periode 2007-2011 Dali Tahir menilai ada ada kejanggalan dalam surat balasan FIFA kepada PSSI soal jadwal Kongres Luar Biasa atau KLB.
FIFA sudah memberikan surat balasan kepada PSSI soal jadwal Kongres Luar Biasa atau KLB. Namun surat balasan tersebut dinilai ada kejanggalan oleh Anggota Komite Etik FIFA periode 2007-2011 Dali Tahir.
Kejanggalan yang dimaksud oleh Dali Tahir adalah surat tersebut ditandatangani Chief Member Association Officer, Kenny Jean Marie yang bermarkas di Paris. Menurut Dali Tahir, bukan wewenang Kenny membalas surat PSSI soal KLB.
Advertisement
Seperti diketahui surat balasan FIFA yang ditandatangani Kenny menyatakan bahwa FIFA menginginkan Kongres Biasa untuk pemilihan Komite Pemilihan (KP) dan Komite Banding Pemilihan dilakukan pada 14 Januari 2023.
Selain itu, PSSI juga diminta menetapokan 16 Februari 2023 Kongres Luar Biasa untuk Pemilihan Eksekutif Komite (Ketua, Waketum, anggota Komite Eksekutif).
"PSSI mengirimkan surat permintaan KLB itu langsung ke Sekjen FIFA yang bermarkas di Zurich, eh kok malah Chief Member Association yang bermarkas di Paris yang bukan wewenangnya membalas surat PSSI tersebut. Harusnya Sekjen PSSI, Yunus Nusi menanyakan kejelasan surat dari Chief Member Association itu dengan mengirimkan surat resmi ke Sekjen FIFA kembali. Ini suatu kejanggalan yang harus dicermati dan jangan langsung dijadikan bahan untuk memaksa KLB dengan melanggar statuta FIFA," kata Dali Tahir.
"Perlu diketahui dari Kongres Biasa itu persiapan 3 bulan untuk menggelar KLB untuk pemilihan Ketua Umum, Waketum dan juga anggota Komite Eksekutif. Tidak seperti yang disebut dalam surat dari Chief Member Association itu," jelasnya lagi.
FIFA
Dali juga mengingatkan soal KLB yang harus mendapatkan persetujuan dari Anggota Komite Eksekutif FIFA dan jangan sampai di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo dimana Indonesia terkena sanksi FIFA.
"Perlu dicatat juga bahwa menggelar KLB itu harus mendapat persetujuan dalam rapat 37 Anggota Komite Eksekutif FIFA termasuk Gianni Infantino. Dan, saya juga mengingatkan jangan sampai di era Presiden Jokowi tercatat PSSI dua kali terkena sanksi FIFA," pungkasnya.
Dali Tahir juga merasa prihatin dengan berbagai manuver yang dilakukan dalam upaya menggoyang posisi Ketua Umum PSSI, Mochamad Iriawan dengan mempolitisasi Tragedi Kanjuruhan untuk mendorong adanya Kongres Luar Biasa (KLB). Padahal, Iwan Bule, panggilan akrabnya, sudah menunjukkan keberhasilan dalam menjalankan misinya dalam memimpin organisasi sepakbola Tanah Air dengan mengukir prestasi.
Advertisement
Tabrak Aturan
"Sebenarnya tidak ada alasan untuk menggiring PSSI untuk menggelar KLB. Karena, ukuran keberhasilan dalam olahraga itu prestasi dan itu telah dihasilkan PSSI di bawah kepemimpinan Iwan Bule. Makanya, saya prihatin dengan adanya manuver-manuver dari pihak di luar sepakbola untuk menggiring terjadinya KLB yang sebenarnya tidak sesuai dengan statuta FIFA. Kalau ini sampai terjadi boleh dibilang Iwan Bule itu jelas jadi korban "tabrak aturan"," kata Dali Tahir saat ditemui di Jakarta, Senin (14/11/2022).
"Saya sih tidak alergi dengan KLB atau menggantikan posisi Iwan Bule sebagai Ketua Umum PSSI. Atau ada yang berambisi menggantikannya. Tapi, tunggulah saat kepengurusan berakhir atau dilakukan dengan mengikuti statuta yang ada," tambahnya.
Â
Bergandengan Tangan
Apa yang diungkapkan Dali Tahir itu cukup beralasan. Pasalnya, prestasi sepak bola Indonesia menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Di bawah kepemimpinan Iwan Bule, Timnas U-16 Indonesia mampu merebut gelar juara Piala AFF 2022, Timnas U-20 dan Timnas Senior mampu lolos ke Piala Asia 2023. Bahkan, Timnas Putri Indonesia melaju ke perempat final Piala Asia 2022 sebelum dikalahkan Jepang.
"Ini fakta yang tidak terbantahkan dan harus diakui, dimana belum pernah dicapai kepengurusan sebelumnya. Karena, tolok ukur keberhasilan dalam memimpin induk organisasi olahraga itu adalah prestasi. Soal tragedi Kanjuruhan itu kan musibah dan penyebab kematian suporter Arema itu jelas disebutkan gas air mata. Emangnya PSSI punya gas air mata," kata Dali Tahir.
"Saya tidak menolak adanya transformasi sepakbola yang direkomendasikan Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) pimpinan Menkopolhukam, Mahfud MD dalam upaya perbaikan pengelolaan kompetisi sepakbola Tanah Air. Apalagi, Indonesia telah ditunjuk FIFA menggelar Piala Dunia U-20 tahun 2023. Ayolah kita sama-sama bergandengan tangan demi nama baik bangsa dan negara," imbuh Dali Tahir.
Advertisement