Liputan6.com, Jakarta - Seleksi alam di Piala Dunia 2022 terus berlanjut. Turnamen di Qatar tinggal menyisakan delapan tim, dengan Maroko menjadi satu-satunya anomali.
Maroko sukses melewati berbagai cobaan untuk bertahan di tengah gempuran dua kiblat utama sepak bola dunia: Eropa dan Amerika Selatan.
Teranyar mereka menaklukkan Spanyol 3-0 (0-0) melalui adu penalti di Education City Stadium, Al Rayyan, Rabu (7/12/2022) dini hari WIB. Kiper Yassine Bounou bersinar usai menggagalkan dua algojo lawan, Carlos Soler dan Sergio Busquets.
Advertisement
Baca Juga
Sebelumnya Singa Atlas, julukan Maroko, sudah menciptakan kejutan. Mereka menduduki peringkat teratas Grup F yang berisi peringkat dua FIFA Belgia dan runner-up 2018 Kroasia. Pasukan Walid Regragui tidak terkalahkan untuk mengoleksi tujuh poin berkat kemenangan atas Belgia (2-0) dan Kanada (2-1), plus mengimbangi Kroasia tanpa gol.
Performa di empat pertandingan itu berbuah sejarah. Maroko tercatat sebagai tim Afrika keempat yang mencapai 8 besar Piala Dunia. Hakim Ziyech dan kawan-kawan mengikuti jejak Kamerun (1990), Senegal (2002), dan Ghana (2010).
Mereka kini berpeluang menjadi wakil Afrika pertama yang mencapai semifinal Piala Dunia atau bahkan menduduki takhta. Untuk itu, mereka harus menyingkirkan dahulu rintangan selanjutnya. Maroko dijadwalkan bertemu Portugal pada laga perempat final di Al Thumama Stadium, Doha, Sabtu (10/12/2022) malam WIB.
Prospek sejarah tersebut merupakan kebanggaan bagi masyarakat Maroko, Afrika, dan juga Bangsa Arab. Terlebih Piala Dunia Qatar merupakan ajang pertama yang berlangsung di kawasan Timur Tengah.
"Kami membuat sepak bola Arab dan Afrika bangga dan dihormati," kata bek Maroko Jawad El Yamiq, dilansir ESPN.
"Saat ini adalah momen spesial bagi seluruh Afrika, negara-negara Arab, dan juga muslim di seluruh dunia. Kami mencoba membuat mereka dan diri sendiri bangga. Saya rasa kami sudah melakukannya," sambung gelandang Azzedine Ounahi.
Wujudkan Prediksi Pele
Piala Dunia 2022 dibuka dengan salah satu kejutan terbesar sepanjang sejarah, ketika Arab Saudi menaklukkan juara dua kali Argentina pada hari ketiga penyelenggaraan. Sayang hasil tersebut tidak cukup bagi mereka untuk lolos ke 16 besar. Qatar dan Tunisia turut tersisih di fase grup, sehingga Maroko jadi pengibar bendera Arab tersisa di kompetisi.
"Saya sangat bangga dengan dukungan suporter, dari masyarakat Maroko dan juga orang Arab. Ada orang Qatar di sini, dan mungkin warga Aljazair, Tunisia, Arab, serta Afrika," ungkap Regragui.
Dukungan besar terhadap Maroko sudah terlihat di stadion. Pada duel kontra Spanyol, mayoritas penonton yang hadir di Education City Stadium menyemangati Ziyech dan kawan-kawan. Dukungan yang mereka berikan mampu membakar semangat pemain hingga akhirnya meraih kemenangan.
"Pendukung Maroko adalah yang terbaik di turnamen ini. Mereka memberi kami kekuatan dan jadi pemain ke-12," ujar winger Sofiane Boufal.
Prestasi Maroko di Qatar memang di luar ekspektasi. Terlebih jika melihat kondisi tim jelang turnamen. Vahid Halilhodzic, sosok yang membawa Maroko lolos ke Piala Dunia 2022, dipecat hanya tiga bulan sebelum kompetisi dimulai. Saat itu tim dilanda perpecahan dengan Ziyech dan Noussair Mazraoui menolak tampil selama Halilhodzic berkuasa.
Federasi Sepak Bola Maroko semula mendukung Halilhodzic, sebelum mengambil keputusan 180 derajat dan memecat sosok asal Bosnia tersebut karena perbedaan visi. Regragui lalu ditunjuk dan Ziyech kembali menerima panggilan tugas membela negara.
Pemain asal Chelsea itu kini jadi salah satu motor serangan Maroko. Dia sudah mencetak satu gol dan satu assist sepanjang Piala Dunia Qatar.
Ziyech akan memainkan peran penting pada perjalanan Maroko di pertandingan-pertandingan selanjutnya, sembari menanti apakah prediksi Pele bakal terwujud. Legenda Brasil itu pernah menyebut wakil Afrika bakal memenangkan Piala Dunia pada abad ke-20. Hingga kini ramalannya tersebut sudah molor 23 tahun.
Advertisement
Skenario Duel Pamungkas Messi vs Ronaldo
Perempat final Piala Dunia 2022 juga menghadirkan skenario spektakuler. Jika alam semesta mendukung, Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo bakal beradu di final Piala Dunia 2022 demi gelar juara.
Messi dan Ronaldo sudah terlibat rivalitas sejak 2008. Puncak persaingan terjadi ketika Ronaldo pindah ke Spanyol dan membela Real Madrid mulai 2009. Di sana dia beberapa kali berduel kontra Messi yang memperkuat Barcelona.
Mereka menginspirasi satu sama lain sehingga berbagai rekor pecah, mulai raihan trofi, penghargaan pemain terbaik, hingga jumlah gol. Koleksi trofi keduanya juga nyaris lengkap, baik di level klub maupun tim nasional.
Kini Messi dan Ronaldo sudah di penghujung karier dan merasakan peran berbeda. Messi tetap memainkan peran penting di Argentina. Sementara Ronaldo sedang mengalami gejolak.
Usai melakukan wawancara yang membuat dirinya bercerai dengan Manchester United (MU), Ronaldo kembali bereaksi negatif ketika diganti pada partai pamungkas Grup H kontra Korea Selatan.
Dia pun tergusur ke bangku cadangan pada laga 16 besar kontra Swiss. Keputusan pelatih Portugal Fernando Santos ini menciptakan tanda tanya besar terhadap peran Ronaldo di laga-laga selanjutnya. "Itu akan ditentukan. Saya tetap menganggap Cristiano sebagai bagian penting skuad," ungkap Santos.
Jika Argentina dan Portugal benar-benar sukses melaju hingga final Piala Dunia 2022, ada kemungkinan Messi dan Ronaldo akan bertarung untuk terakhir kalinya. Messi mengindikasikan bakal meninggalkan Argentina selepas turnamen di Qatar.
Tidak ada yang tahu ke mana Ronaldo berlabuh usai meninggalkan MU. Ada rumor eks Juventus itu dipinang klub Arab Saudi, sehingga skenario pertemuan melawan Messi semakin mengecil.
Maka final Piala Dunia 2022 pun jadi panggung ideal untuk pertarungan keduanya, sekaligus mengakhiri perdebatan mengenai siapa yang lebih baik di antara mereka. Sebab, tidak ada panggung lebih besar selain laga tersebut.
Brasil Menari Samba ke 8 Besar
Ada enam tim lain yang berusaha merusak skenario Messi vs Ronaldo di final. Salah satunya adalah kolektor gelar terbanyak Brasil.
Selecao sempat terpincang akibat badai cedera yang menyerang Danilo, Neymar, Gabriel Jesus, hingga Alex Telles. Meski Gabriel Jesus dan Alex Telles diprediksi tidak bisa tampil lagi di Qatar, pasukan Tite mampu melewati cobaan dan menunjukkan kualitasnya. Kemenangan meyakinkan 4-1 atas Korea Selatan merupakan bukti terakhir.
Banyak yang yakin Brasil bakal juara Piala Dunia 2022. Selain skuad berkualitas, mereka merupakan salah satu tim dengan performa terbaik pada beberapa tahun belakangan.
Setelah dikalahkan Argentina pada final Copa America 2021, Selecao cuma sekali lagi menderita hasil negatif. Itu dirasakan saat mereka dikejutkan Kamerun pada partai penutup Grup G. Brasil tidak punya banyak kepentingan di pertandingan tersebut karena sudah mengamankan tiket ke 16 besar.
Brasil juga punya kenangan bagus. Mereka menguasai Piala Dunia pertama di Asia demi merebut gelar kelima sepanjang sejarah dua dekade silam.
Bermain dengan gembira, Brasil juga mengabaikan nada-nada miring yang mengiringi. Banyak yang menggugat selebrasi pemain dengan berdansa setelah mencetak gol. Apalagi Tite turut dilibatkan saat mereka menghajar Korea Selatan.
Pihak luar menganggap perilaku tersebut tidak menghormati lawan. Selecao langsung menepis anggapan tersebut dan menyatakan hanya mengekspresikan kegembiraan.
Brasil siap terus menari Samba dalam perjalanan menuju gelar juara.
Advertisement
Ambisi Prancis
Jangan lupakan pula perjuangan Belanda, Inggris, Kroasia, hingga juara bertahan Prancis. Setelah tiga kali kalah di final, Belanda tidak akan menyerah memburu sejarah Piala Dunia. Begitu pula Inggris, yang masih mencari gelar kedua menyusul kesuksesan tunggal lebih dari lima dekade lalu.
Kroasia masih bermimpi usai menembus final edisi sebelumnya di Kroasia. Sementara Prancis mencoba jadi negara pertama yang sukses mempertahankan gelar Piala Dunia sejak Brasil melakukannya pada 1962.