Liputan6.com, Jakarta - Kiper Argentina Emiliano Martinez menjadi pahlawan Tim Tango saat menjadi juara Piala Dunia 2022 setelah mengalahkan Prancis 4-2 lewat drama adu penalti, usai skor 3-3 bertahan sampai 120 menit. Emi Martinez mampu menggagalkan tendangan Kingsley Coman dengan eksekusi Aurelien Tchouameni melebar.
Meski Lionel Messi menjadi Man of The Match di final dan merebut penghargaan pemain terbaik Piala Dunia 2022 Qatar, Martinez tetap mendapat sorotan atas penampilan gemilang dan mental kuat dalam psy-war. Martinez pun dinobatkan sebagai kiper terbaik di Piala Dunia 2022 ini.
Baca Juga
Aksi Martinez sampai jadi bahan penelitian. Profesor di Sekolah Ilmu Olahraga Norwegia Geir Jordet menganalisa penampilan Martinez di bawah mistar saat adu penalti pada final Piala Dunia 2022. Menurutnya, kunci utama Martinez bisa tenang membaca arah bola karena dia sudah menenangkan mental sejak sebelum adu penalti dimulai.
Advertisement
"Inti dari kemenangan Argentina adalah adu psikologis yang dimainkan oleh kiper Emiliano Martinez. Dia mendominasi penendang penalti Prancis dan sampai mereka membuat dua kesalahan krusial," ujar Jordet dikutip dari The Telegraph.
Pada saat sebelum tendangan pertama, Martinez langsung pergi ke arah gawang dan menguasai area penalti. Harapannya agar bisa lebih tenang dan menyatu dengan situasi lapangan pada saat itu, terlebih di tribun penuh suporter Argentina.
Sementara Hugo Lloris, kiper sekaligus kapten Prancis, masih harus menyelesaikan lemparan koin di garis tengah. Maka dia datang terlambat dan berada di belakang Martinez, hal ini membuat secara psikologis Martinez sudah menang sejak awal.
"Saat Lloris menuju kotak penalti, Martinez seperti sedang menyambut tamu di rumahnya sendiri," sambung Jordet.
Ramah di Awal
Geir Jordet yang memang menjadi peneliti psikologis adu penalti menjelaskan, Martinez juga melakukan pendekatan bersikap hangat dan ramah kepada lawan-lawannya pada awalnya. Dia memulai jabat tangan Lloris dan Kylian Mbappe.
Menurut dia, situasi ini bisa membuat lawannya lengah dan membuat mereka lebih rentan saat menyerang nanti. Ambiguitas itu sendiri sebenarnya kasar, dan itu semua adalah bagian dari strategi Martinez.
"Martinez bersikap sopan dan ramah terhadap lawannya di awal adu penalti," ucap Jordet.
Sebelum penalti pertama Prancis yang ditendang Mbappe, Emi Martinez berupaya mengganggu dengan tenang dan halus. Dia ingin melihat seberapa jauh bisa memengaruhi mental lawan.
Salah satu cara dengan meminta wasit untuk mengecek bola sudah ditempatkan dengan benar di tempatnya. Namun, Mbappe lebih tenang dan mengeksekusi bola, pada tahap ini Martinez gagal walaupun sudah benar menebak arah bola.
Â
Advertisement
Selebrasi Berdampak Besar
Untuk penalti kedua, Martinez menilai bola ditempatkan lebih jauh dan kembali berhasil memaksa wasit untuk mengecek penempatan bola. Itu semua menambah kesan bahwa kiper Aston Villa ini sudah menguasai penuh area penalti.
Kali ini dia berhasil, Martinez menepis tendangan Coman. Setelah itu, dia selebrasi dengan berjoget di hadapan Coman dan fans Argentina yang berada di tribun belakang gawang Martinez.
Menurut Jordet, dalam penelitian memang menunjukkan bahwa selebrasi yang intens dapat berdampak signifikan pada adu penalti. Selebrasi itu memiliki dampak positif pada rekan satu tim dan berdampak negatif pada lawan.
Selebrasi Martinez itu menandakan kepercayaan diri, dominasi dan superioritas, dan Martinez bereaksi dengan gembira meninju ke udara dan merentangkan tangannya setelah menyelamatkan upaya Coman.
Menahan Bola
Pada saat tendangan ketiga Prancia, Tchouameni melangkah untuk mengambil penalti. Pada saat ini, Martinez yakin dengan kemampuannya. Dia tidak lagi tertarik untuk memberikan psy-war secara halus.
Martinez memegang dan menahan bola dengan genggamannya sampai wasit meminta memberikannya ke Tchouameni. Dengan begini, Martinez menambah waktu pendukung Argentina untuk membuat keributan sebanyak mungkin.
"Alih-alih memberikan bola kepada Tchouameni, ia malah membuangnya, memaksa gelandang Prancis itu untuk mengambilnya," beber Jordet.
Beruntungnya Martinez tidak mendapatkan sanksi dari wasit. Hal ini membuktikan kembali perasaan bahwa Martinez yang bertanggung jawab. Saat Tchouaméni akhirnya siap, Martinez memberinya senyuman. Tembakannya melebar.
Psy-war Martinez kali ini sudah terang-terangan, dia memutuskan membuang bola dan lari menuju Tchouaméni yang sudah gagal mengeksekusi tendangan penalti ketiga.
Advertisement
Dapat Kartu Kuning
Untuk mencegah Lloris melakukan pendekatan serupa kepada para pemain Argentina yang akan menendang, Martinez dengan cepat merebut bola dan menyerahkannya kepada Leandro Paredes, rekan setimnya. Sekali lagi, itu adalah bukti pemikiran proaktif kiper Aston Villa.
Jelang penalti Prancis keempat, yang dilakukan oleh Randal Kolo Muani, Martinez tampak berkomunikasi dan memberi isyarat dengan anggota staf di pinggir lapangan. Beberapa kali dia mencondongkan tubuh ke arah Kolo Muani, mengatakan kepadanya: "Aku telah memperhatikanmu!"
Untuk aksi ini, kiper Argentina mendapat kartu kuning.
Meski Kolo Muani akhirnya sukses membobol gawang, semuanya terlambat bagi Prancis. Eksekutor keempat Argentina Gonzalo Montiel memastikan kemenangan tim. La Albiceleste pun sukses meraih gelar Piala Dunia yang ketiga.