Liputan6.com, Jakarta - Tidak mudah mencetak gol melalui penalti. Bola Ganjil pernah membahas berbagai anomali terkait hal ini.
Crystal Palace memiliki rekor dengan gagal mengeksekusi penalti dalam 154 pertandingan beruntun di seluruh kompetisi. Periode kering ini berawal pada 5 Oktober 1946 hingga 11 Maret 1950.
Situasi tersebut tidak terjadi sekali. The Eagles kembali gagal membuat gol penalti dalam 128 pertandingan pada September 1964-Agustus 1967 dan 119 partai pada Oktober 1967-Februari 1970.
Advertisement
Ada juga terciptanya hasil adu penalti yang lebih rendah ketimbang skor pertandingan. Padahal, dalam tendangan 12 pas, pemain 'hanya' perlu adu mental melawan kiper lawan.
Berbeda dengan mencetak gol lewat proses biasa. Meski mendapat bantuan dari rekan, gol tidak gampang diciptakan karena rival juga punya 11 pemain. Belum lagi mempertimbangkan strategi pelatih lawan yang membuat permainan sendiri tidak berkembang.
Salah satu anomali terjadi pada final Piala Finlandia 1985. HJK meladeni Haka dan bermain 2-2 hingga perpanjangan waktu. Namun, cuma tercipta tiga gol di adu penalti untuk kemenangan Haka 2-1. Haka membawa pulang trofi meski empat algojo awal mereka gagal menunaikan tugas.
Laga puncak Piala Liga Afrika Selatan 1998 antara Kaizer Chiefs kontra Mamelodi Sundowns juga menghasilkan skor serupa. Partai terkunci di 2-2 selama 120 menit sebelum eksekutor kedua tim tampil buruk di adu penalti. Setelah 12 tendangan diambil, Kaizer akhirnya berjaya 2-1.
Piawai Cetak Gol Penalti
Di sisi lain, kepiawaian mengeksekusi tendangan 12 pas bisa membantu pemain menambah pundi gol sehingga jadi top skor. Beberapa nama bahkan mencetak gol penalti lebih banyak ketimbang melalui situasi lain.
Jose Luis Zalazar sukses mengkonversi 17 tendangan penalti dan total mendulang 23 gol bagi Tecos dari Meksiko pada musim 1986/1987. Kepiawaian tersebut meyakinkan klub Spanyol Cadiz untuk merekrutnya.
Dia kemudian melanjutkan karier di Negeri Matador bersama Espanyol, Albacete, dan Racing Santander.
Advertisement
Mario Jardel
Mario Jardel lebih oportunis lagi. Sebanyak 20 gol penalti dilesakkannya pada musim 2001/2002 bersama Sporting Lisbon. Total pemain asal Brasil itu menghasilkan 55 gol pada kampanye tersebut.
Sayang, edisi tersebut jadi kali terakhir Jardel bersinar. Mencuat bersama FC Porto, dia lalu menjalani periode ketidakpastian dengan berkali-kali pindah klub.
Bolton Wanderers, Ancona, Newell's Old Boys,Goias, Beira-Mar, Anorthosis Famagusta, Newcastle Jets, Criciuma, Ferroviario, America, Flamengo, Cherno More, dan Rio Negro adalah deretan klub yang diperkuat Jardel sampai akhirnya gantung sepatu pada 2011.