Bola Ganjil: Gol Penalti Tidak Semudah Seperti Disangka

Mencetak gol lewat titik penalti semestinya lebih mudah ketimbang cara konvensional. Dalam tendangan 12 pas, pemain 'hanya' perlu kuat mental melawan kiper lawan.

oleh Harley Ikhsan diperbarui 13 Sep 2022, 15:18 WIB
Diterbitkan 13 Nov 2021, 00:30 WIB
Foto: Jerman Pesta Sembilan Gol Tanpa Balas, Pablo Sarabia jadi Kunci Kemenangan La Furia Roja di Laga Lanjutan Kualifikasi Piala Dunia 2022
Ilkay Gundogan sukses membuka keunggulan lewat eksekusi tendangan penalti sekaligus membuka rentetan empat gol di babak pertama. Tiga gol lainnya tercipta dari gol bunuh diri Kaufmann di menit ke-20, Leroy Sane di menit ke-22, dan Marco Reus di menit ke-23. (AFP/Odd Andersen)

Liputan6.com, Jakarta - Mencetak gol lewat titik penalti semestinya lebih mudah ketimbang cara konvensional. Namun, sejumlah laga menunjukkan hal sebaliknya.

Dalam tendangan 12 pas, pemain 'hanya' perlu kuat mental melawan kiper lawan.

Berbeda dengan proses biasa. Meski mendapat bantuan dari rekan, gol tidak gampang diciptakan karena rival juga punya 11 pemain. Belum lagi mempertimbangkan strategi pelatih lawan yang membuat permainan sendiri tidak berkembang.

Alhasil, skor pertandingan sepak bola biasanya kecil. Tidak seperti cabang olahraga tim lain yang memasukkan bola lainnya seperti basket atau hoki.

Meski begitu, anomali tetap saja terjadi. Sejumlah laga menghasilkan skor terbalik yakni adu penalti lebih kecil ketika laga berlangsung 120 menit.

Banjir Gol di Senta

ilustrasi BOLA GANJIL
ilustrasi BOLA GANJIL (Liputan6.com/Abdillah)

Pada babak kualifikasi Liga Europa 2021/2022, Steaua Bucharest dari Rumania menghadapi Backa Topola asal Serbia untuk memperebutkan tempat di putaran selanjutnya. Laga hanya berlangsung sekali karena pandemi Covid-19 masih menghantui.

Banjir gol tercipta dengan masing-masing tim mencetak empat gol di waktu normal pada laga di Senta, Serbia. Steaua dan Backa kemudian menghasilkan empat gol tambahan untuk menghasilkan skor 6-6 selepas perpanjangan waktu.

Dengan total 12 gol, angka itu tanpa kesulitan mengalahkan skor 5-4 pada adu penalti bagi kemenangan Steaua. Mihajlo Banjac jadi satu-satu pesakitan di babak tos-tosan.

Tidak jauh berbeda, klub Divisi III Chemnitzer mengimbangi Mainz 5-5 pada babak pertama DFB Pokal 2014/2015. Mereka lalu membuat kejutan dengan menang 5-4 di adu penalti.

Di babak IV Piala FA 2019/2020, Liverpool dan Arsenal bermain 5-5. The Reds berjaya 5-4 dengan Curtis Jones mencetak gol penentu di adu penalti.

 

Lebih Kecil Lagi

ilustrasi bola ganjil
bola ganjil (Liputan6.com/Abdillah)

Momen lebih unik terjadi pada beberapa kesempatan karena gol di pertandingan sudah sedikit. Namun, skor adu penalti lebih kecil lagi.

Pada final Piala Finlandia 1985. HJK meladeni Haka dan bermain 2-2 hingga perpanjangan waktu. Namun, cuma tercipta tiga gol di adu penalti untuk kemenangan Haka 2-1. Haka membawa pulang trofi meski empat algojo awal mereka gagal menunaikan tugas.

Laga puncak Piala Liga Afrika Selatan 1998 antara Kaizer Chiefs kontra Mamelodi Sundowns juga menghasilkan skor serupa. Partai terkunci di 2-2 selama 120 menit sebelum eksekutor kedua tim tampil buruk di adu penalti. Setelah 12 tendangan diambil, Kaizer akhirnya berjaya 2-1.

 

Final Liga Champions

ilustrasi BOLA GANJIL
BOLA GANJIL (Liputan6.com/Abdillah)

Kasus serupa hadir di final Liga Champions 2005. Liverpool menaklukkan AC Milan 3-2 melalui adu penalti setelah bermain 3-3 selama 120 menit.

Sementara di semifinal Copa Libertadores 1990, Atletico Nacional (Kolombia) dan Olimpia (Paraguay) terkunci dalam skor 4-4 secara agregat di dua laga. Olimpia kemudian menang 2-1 melalui adu penalti meski Atletico ketika itu diperkuat kiper legendaris Rene Higuita.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya