Bola Ganjil: Pesta Gol Kemudian Tertendang, Jangan Tertipu Kesan Pertama

Publik mengenal dua sistem kompetisi sepak bola. Pertama memakai pola round robin dengan seluruh peserta bertemu satu sama lain. Format ini biasa dipakai pada kompetisi panjang seperti liga.

oleh Harley Ikhsan diperbarui 23 Agu 2023, 00:30 WIB
Diterbitkan 23 Agu 2023, 00:30 WIB
Lionel Messi - Argentina - Piala Dunia 2022 Qatar - 22 November 2022
Superstar Argentina Lionel Messi meninggalkan lapangan setelah timnya kalah 1-2 dari Arab Saudi pada pertandingan pembuka Grup C Piala Dunia 2022 Qatar di Stadion Lusail, Lusail, Selasa, 22 November 2022. (AP Photo/Natacha Pisarenko)

Liputan6.com, Jakarta - Publik mengenal dua sistem kompetisi sepak bola. Pertama memakai pola round robin dengan seluruh peserta bertemu satu sama lain. Format ini biasa dipakai pada kompetisi panjang seperti liga.

Ada juga turnamen yang menggunakan sistem gugur. Peserta langsung diadu sehingga menemukan satu pemenang yang melangkah ke putaran berikut. Eliminasi terjadi hingga muncul satu tim terbaik sebagai juara.

Ada juga kompetisi hibrid yang menerapkan dua sistem itu, termasuk dua ajang terpopuler di muka bumi yakni Piala Dunia dan Liga Champions.

Pemakaian dua pola itu memang krusial demi mengeliminir kelemahan yang ada di masing-masing sistem. Salah satunya menyangkut penilaian terhadap kualitas sebenarnya peserta.

Contoh tersebut terlihat di Piala Dunia 2022. Argentina takluk dari Arab Saudi di partai pembuka. Namun, Lionel Messi kemudian menjadi juara. Sedangkan Arab Saudi justru gagal lolos ke babak gugur.

 

Jerman Kandas usai Cukur Maroko di Piala Dunia Wanita 2023

ilustrasi bola ganjil
bola ganjil (Liputan6.com/Abdillah)

Di Piala Dunia Wanita 2023, fenomena serupa juga terlihat. Jerman menghancurkan Maroko 6-0 pada laga pembuka fase grup. Namun, Jerman gagal ke babak gugur dengan Maroko melaju ke putaran selanjutnya.

Pada persaingan Grup H, Jerman kemudian ditaklukkan Kolombia dan ditahan Korea Selatan. Sementara Maroko sukses mengalahkan Korea Selatan dan Kolombia.

Jerman akhirnya cuma memiliki empat poin meski produktivitas gol +5. Sementara Maroko punya enam angka dan gol -4.

 

Hungaria dan Tahiti Bernasib Sama seperti Tim yang Dipermalukan

ilustrasi BOLA GANJIL
BOLA GANJIL (Liputan6.com/Abdillah)

Namun, kemenangan besar di fase grup juga tidak menjamin kesuksesan melaju ke babak berikut. Ada dua negara yang bernasib serupa seperti tim yang dipermalukan yakni langsung kandas di fase grup.

Hungaria mencatat kemenangan terbesar sepanjang sejarah Piala Dunia ketika menghajar El Salvador 10-1 pada edisi 1982. Laszlo Kiss mencetak hattrick di laga tersebut meski tidak menjadi starter.

Dia hingga kini jadi satu-satunya pemain pengganti yang membuat hattrick di Piala Dunia. Kiss juga membukukan hattrick tercepat di Piala Dunia yakni dalam kurun tujuh menit.

Namun, Hungaria setelahnya dihajar Argentina dan ditahan Belgia. Mereka mengakhiri Grup C di posisi tiga.

Tahiti mencukur Guam 15-1 pada partai pertama Grup B South Pacific Games 1991. Seperti Hungaria, mereka gagal menggunakan kemenangan besar itu sebagai modal ke babak gugur.

Justru Tahiti takluk di dua partai selanjutnya melawan Kaledonia Baru dan Fiji.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya