Cek Fakta: Tidak Benar Informasi Penemuan Singapura Autopsi Jenazah Covid-19

Cek Fakta Liputan6.com menelusuri klaim penemuan Singapura negara pertama outopsi jenazah Covid-19

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 31 Jul 2021, 19:00 WIB
Diterbitkan 31 Jul 2021, 19:00 WIB
Cek Fakta Liputan6.com menelusuri klaim penemuan Singapura negara pertama outopsi jenazah Covid-19
Cek Fakta Liputan6.com menelusuri klaim penemuan Singapura negara pertama outopsi jenazah Covid-19

Liputan6.com, Jakarta- Cek Fakta Liputan6.com mendapati klaim penemuan Singapura negara pertama outopsi jenazah Covid-19. Klaim klaim Singapura negara pertama outopsi jenazah Covid-19 dan penyakit tersebut berasal dari bakteri beredar lewat aplikasi percakapan WhatsApp.

Berikut klaim penemuan Singapura negara pertama outopsi jenazah Covid-19 tersebut:

"() Singapura menjadi negara pertama di dunia yang melakukan otopsi (post-mortem) untuk jenazah Covid-19. Setelah penyelidikan menyeluruh, ditemukan bahwa Covid-19 tidak ada sebagai virus, melainkan bakteri yang telah terpapar radiasi dan menyebabkan kematian manusia dengan pembekuan dalam darah. Penyakit Covid-19 ditemukan menyebabkan pembekuan darah, yang menyebabkan pembekuan darah pada manusia dan menyebabkan pembekuan darah di pembuluh darah, yang membuat seseorang sulit bernapas karena otak, jantung, dan paru-paru tidak dapat menerima oksigen sehingga menyebabkan orang meninggal. dengan cepat.

Untuk mengetahui penyebab kekurangan energi pernapasan, dokter di Singapura tidak mendengarkan protokol WHO dan melakukan otopsi pada COVID-19. Setelah dokter membuka lengan, kaki, dan bagian tubuh lainnya dan memeriksanya dengan cermat, mereka melihat bahwa pembuluh darah melebar dan dipenuhi gumpalan darah, yang menghambat aliran darah dan juga mengurangi aliran oksigen. Di dalam tubuh itu menyebabkan kematian pasien. Setelah mengetahui penelitian ini, Kementerian Kesehatan Singapura langsung mengubah protokol pengobatan Covid-19 dan memberikan aspirin kepada pasien positifnya. Saya mulai mengonsumsi 100 mg dan Imromac. Hasilnya, pasien mulai pulih dan kesehatannya mulai membaik. Kementerian Kesehatan Singapura mengevakuasi lebih dari 14.000 pasien dalam satu hari dan memulangkan mereka. Setelah periode penemuan ilmiah, dokter di Singapura menjelaskan metode pengobatan dengan mengatakan bahwa penyakit ini adalah trik global, “Ini tidak lain adalah koagulasi di dalam pembuluh darah (bekuan darah) dan metode pengobatan. Tablet antibiotik Anti inflamasi dan Minum antikoagulan (aspirin). Ini menunjukkan bahwa adalah mungkin untuk mengobati penyakit. Menurut ilmuwan Singapura lainnya, ventilator dan unit perawatan intensif (ICU) tidak pernah diperlukan. Protokol untuk efek ini telah diterbitkan di Singapura China sudah mengetahui hal ini, tetapi tidak pernah merilis laporannya. Bagikan informasi ini kepada keluarga, tetangga, kenalan, teman, dan kolega Anda agar dapat menghilangkan rasa takut akan Covid-19 dan menyadari bahwa ini bukan virus, melainkan bakteri yang hanya terpapar radiasi. Hanya orang dengan kekebalan yang sangat rendah yang harus berhati-hati. Radiasi ini juga menyebabkan peradangan dan hipoksia. Korban harus mengonsumsi Asprin-100mg dan Apronik atau Paracetamol 650mg.

Sumber: Kementerian Kesehatan Singapura"

Benarkah klaim penemuan Singapura negara pertama outopsi jenazah Covid-19? Simak Penelusuran Cek Fakta Liputan6.com.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Penelusuran Fakta

Cek Fakta Liputan6.com menelusuri klaim penemuan Singapura negara pertama outopsi jenazah Covid-19, dalam artikel berjudul "Marak Hoaks Jadi Negara Pertama Lakukan Autopsi Jenazah Covid-19, Singapura Berikan Bantahan Resmi" yang dimuat liputan6.com, pada 8 Juni 2021. Kementerian Kesehatan Singapura memberikan bantahan resmi atas munculnya hoaks yang mencatut nama Singapura dan covid-19. Mereka berharap masyarakat tidak ikut menyebarkan hoaks tersebut.

Dalam postingan di akun Facebook resmi Kementerian Kesehatan Singapura, @sghealthministry yang sudah bercentang biru atau terverikasi terdapat penjelasan terkait pesan berantai hoaks itu.

"Kami mengetahui adanya pesan yang beredar bahwa Singapura telah melakukan otopsi pada pasien covid-19, dan dugaan perubahan protokol pengobatan. Konten tersebut dikaitkan dengan Kementerian Kesehatan, Singapura. Ini tidak benar.

FAKTA – Singapura belum melakukan otopsi seperti itu. Pesan tersebut menyatakan informasi palsu mengenai patofisiologi infeksi covid-19, yang tidak didukung oleh bukti saat ini. Versi sebelumnya dari pesan yang beredar ini, yang menyebutkan Rusia dan bukan Singapura, juga telah terungkap sebagai tidak benar.

Kami menghimbau kepada masyarakat untuk tidak menyebarkan informasi yang tidak berdasar yang dapat menimbulkan keresahan masyarakat. Silakan kunjungi www.moh.gov.sg untuk informasi terbaru tentang situasi COVID-19."

Terkait informasi Covid-19 bukan virus melainkan bakteri yang teradiasi dan dapat diobati dengan aspirin, Sebelumnya informasi tentang Covid-19 berasal dari bakteri bukan virus dan bisa disembuhkan dengan antibiotik, dalam artikel berjudul "Cek Fakta: Tidak Benar Dokter Italia Temukan Penyebab Covid-19 dari Bakteri Terpapar 5G Bisa Sembuh dengan Antibiotik" . Hasil penelusuran Cek Fakta Liputan6.com, klaim penyebab Covid-19 dari bakteri terpapar 5G bisa sembuh dengan antibiotik tidak benar.

 

Kesimpulan

Hasil penelusuran Cek Fakta Liputan6.com klaim penemuan Singapura negara pertama outopsi jenazah Covid-19  tidak benar.

Kementerian Kesehatan Singapura telah membantah informasi tersebut, karena belum pernah melakukan autopsi jenazah Covid-19.

 

Banner Cek Fakta: Salah
Banner Cek Fakta: Salah (Liputan6.com/Triyasni)

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi patner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya