YouTube akan Hapus Konten Antivaksin

Sejak 2020 lalu, YouTube sudah menghapus 130.000 video dan melarang konten hoaks tentang vaksin Covid-19 sejak tahun lalu.

oleh Hanz Jimenez Salim diperbarui 01 Okt 2021, 19:00 WIB
Diterbitkan 01 Okt 2021, 19:00 WIB
Banner Infografis Cek Fakta: Waspada Terpapar Hoaks Vaksin Covid-19 (Liputan6.com/Abdillah).
Banner Infografis Cek Fakta: Waspada Terpapar Hoaks Vaksin Covid-19 (Liputan6.com/Abdillah).

Liputan6.com, Jakarta - Platform berbagi video, YouTube akan menghapus semua konten yang menyebarkan misinformasi tentang vaksin dan memperluas larangan klaim palsu terkait vaksin Covid-19.

Dilansir dari bbc.com, beberapa video yang dihapus berisi klaim vaksin merupakan hal yang berbahaya dan bisa menyebabkan autisme, kanker, atau infertilitas akan dihapus. Tidak hanya video, YouTube juga akan menghapus akun influencer yang menyebarkan hoaks tentang vaksin Covid-19.

Pada Juli 2021, Presiden Amerika Serikat, Joe Biden mengatakan, platform media sosial sebagian besar bertanggung jawab atas ketidakpercayaan orang dalam mendapatkan vaksinasi dengan menyebarkan informasi yang salah, dan meminta mereka untuk mengatasi masalah tersebut.

Platform YouTube, yang dimiliki oleh Google ini sebenarnya sudah menghapus 130.000 video dan melarang konten hoaks tentang vaksin Covid-19 sejak tahun lalu.

Dalam sebuah unggahan di blog, perusahaan tersebut mengatakan telah melihat klaim palsu tentang Covid-19 "bertumpah menjadi informasi yang salah tentang vaksin secara umum". Kebijakan baru ini mencakup vaksin yang sudah lama disetujui, seperti vaksin campak atau hepatitis B.

"Kami memperluas kebijakan misinformasi medis kami di YouTube dengan pedoman baru tentang vaksin yang saat ini diberikan yang disetujui dan dikonfirmasi aman dan efektif oleh otoritas kesehatan setempat dan WHO," demikian pernyataan YouTube.

YouTube juga akan memperluas konten positif mengenai vaksin, misalnya adanya kesaksian pribadi yang berkaitan dengan vaksin, konten tentang kebijakan vaksin, uji coba vaksin baru, dan video historis tentang keberhasilan atau kegagalan vaksin akan tetap ada di situs tersebut.

Hal ini mengikuti larangan serupa yang dilakukan oleh Facebook pada Februari lalu terkait menargetkan klaim palsu bahwa vaksin tidak efektif atau menyebabkan autisme. Sementara itu, Twitter mengumumkan bahwa pengguna yang berulang kali menyebarkan misinformasi yang salah tentang vaksin akan dilarang dari platform.

 

Penulis: Geiska Vatikan Isdy

 

*** Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi patner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya