Cara Mengidentifikasi Disinformasi dan Misinformasi di Media Sosial, Simak Biar Tak Terkecoh

Peneliti Andrew Chadwick dan Cristian Vaccari mengatakan, orang-orang pasti setiap hari menemukan informasi palsu dan menyesatkan di media sosial. Perbedaan antara berita yang dapat dipercaya dan tidak di forum publik, telah menjadi topik yang sering dibicarakan dan terkadang berkembang selama beberapa tahun terakhir.

oleh Nabila Lutvia Tanjung diperbarui 15 Apr 2024, 19:00 WIB
Diterbitkan 15 Apr 2024, 19:00 WIB
ilustrasi Cek Fakta
ilustrasi Cek Fakta (Liputan6.com/Trie yas)

Liputan6.com, Jakarta- Peneliti Andrew Chadwick dan Cristian Vaccari mengatakan, orang-orang pasti menemukan informasi palsu dan menyesatkan di media sosial setiap hari. Perbedaan antara berita yang dapat dipercaya dan tidak telah menjadi topik yang sering dibicarakan dan terkadang berkembang selama beberapa tahun terakhir di forum publik.

Para peneliti di Indiana University menemukan bahwa, disinformasi dan misinformasi sering kali menjadi viral di media sosial karena media sosial adalah platform publik, siapapun termasuk outlet berita dapat memposting apapun tanpa harus bertanggung jawab untuk melakukan pengecekan fakta.

Ada beberapa cara mengidentifikasi berita palsu, agar kita bisa mendapatkan informasi yang akurat di media sosial.

Keterangan yang Salah

Yang membedakan misinformasi dengan disinformasi adalah niat orang atau media yang menyebarkannya. Dalam studi yang dikutip dari Indiana University, misinformasi diklarifikasikan sebagai konten palsu atau menyesatkan termasuk hoaks, teori konspirasi, laporan palsu, headline yang bersifat clickbait dan bahkan sindiran. Hal ini bertujuan untuk membentuk atau mengubah opini publik mengenai suatu topik tertentu.

Disinformasi dapat disebarkan dengan menggunakan taktik yang sama seperti misinformasi. Disinformasi diciptakan untuk menipu. Studi Chadwick dan Vaccari menemukan bahwa 24,8% responden berbagai berita yang mereka anggap dibuat-buat ketika mereka melihat dan tahu berita tersebut dilebih-lebihkan.

Ada berbagai alasan mengapa akun media sosial seseorang bahkan akun bisnis dapat menyebarkan disinformasi. Karena untuk meningkatkan efektivitas pemasaran media sosial, meningkatkan lalu lintas online, membangun lebih banyak pengikut dan memicu respon emosional seseorang.

Menjaga Agar Tetap Nyata

Jika ingin lebih paham media dan mampu mengidentifikasi berita palsu. Ada beberapa pertanyaan yang bisa kalian ajukan pada diri sendiri ketika melihat suatu informasi di media sosial.

Seperti apakah akun yang membagikan postingan tersebut memiliki kepentingan emosional dalam klaim ini, apakah informasi ini masuk akal, apakah informasi ini memiliki reputasi baik dan mengutip dari sumber yang terpercaya dan Kenapa informasi ini penting dibagikan oleh akun yang membagikannya.

Menjadi korban misinformasi dan disinformasi dapat menimbulkan konsekuensi serius, jadi bersikap teliti dan berhati-hati sebelum memposting atau mempercayai suatu berita.

Kekuatan Media Sosial

Memerangi berita palsu di media sosial harus dilakukan dengan memahami tujuan sesama pembuat poster dan platform itu sendiri. Platform media sosial menghasilkan uang dengan menjual data pengguna ke perusahaan iklan, itulah sebabnya kita akan sering melihat iklan yang disesuaikan dengan minat atau riwayat pencarian kita.

hal ini penting untuk diketahui sesuai konteksnya. Sebagai individu, menyadari bahwa berita yang kita lihat di feed difilter berdasarkan data yang dikumpulkan sebelumnya. Jika kalian mewakili bisnis menggunakan media sosial sebagai platform pemasaran, penting untuk menjaga postingan agar tetap konsisten dengan merk produk kalian dan membangun hal-hal di timeline untuk membangun hubungan ke pelanggan.

Berita palsu di media sosial mungkin tidak bisa dihindari. Namun kalian dapat membantu menghentikan penyebarannya dengan berfikir kritis. Pertahankan tingkat keingintahuan yang sehat terhadap apa yang kalian baca di feed media sosial masing-masing. Pahami bagaimana platform media sosial mengatur apa yang kalian liat dan sering-seringlah menggunakan praktik investigasi terhadap berita yang tersebar.

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi partner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya