Liputan6.com, Jakarta - Beredar di media sosial postingan artikel berjudul warga Arab Saudi heran sandal dan rambut Nabi Muhammad SAW bisa berada di Indonesia. Postingan itu beredar sejak pekan lalu.
Salah satu akun ada yang mengunggahnya di Facebook. Akun itu mempostingnya pada 15 Januari 2024.
Advertisement
Dalam postingannya terdapat artikel dari IndeksNews berjudul:
Advertisement
"Warga Arab Saudi Sebut: Kami Heran Sendal Dan Rambut Nabi Muhammas Swt, Bisa Berada di Indonesia"
Akun itu menambahkan narasi:
"Sayapun heran,siapa yang membawa rambut dan sandal beliau? Atau waktu jumatan.sandal ketukar sampai Indonesia"
Lalu benarkah postingan artikel berjudul warga Arab Saudi heran sandal dan rambut Nabi Muhammad SAW bisa berada di Indonesia?
Ikuti Kuis Cek Fakta Liputan6.com di Aplikasi Youniverse dan menangkan saldo e-money jutaan rupiah.
Caranya mudah:
* Gabung ke Room Cek Fakta di aplikasi Youniverse
* Scroll tab ke samping, klik tab “Campaign”
* Klik Campaign “Kuis Cek Fakta”
* Klik “Check It Out” untuk mengikuti kuisnya
Penelusuran Fakta
Cek Fakta Liputan6.com menelusuri dengan mengunjungi situs berita Indeksnews.com seperti dalam postingan. Di dalam kolom pencarian kami memasukkan kata kunci "Arab Saudi".
Hasilnya terdapat artikel yang identik dengan postingan. Artikel itu diunggah pada 10 Juli 2023 dan ditulis oleh "Redaksi".
Kesamaan juga terdapat dalam foto artikel. Namun dalam artikel asli berjudul "242 Warga Arab Saudi Klaim Diri Jadi Atheis" bukan seperti dalam postingan.
Berikut isi artikelnya:
"Warga Arab Saudi kini semakin moderat, bahkan mereka berbondong-bondong mengklaim diri jadi Atheis. Fenomena di balik semua itu kini tengah menjadi sorotan.
Banyaknya warga Arab Saudi memilih untuk menjadi Atheis atau agnostik disebut-sebut karena kecewa terkait tentang aturan di tempat mereka tinggal. Bersumber dari data yang dihimpun, terlihat tren peningkatan jumlah warga atheis di Arab Saudi.
Berdasarkan Data Agama Dunia pada 2020 dari Universitas Boston, populasi di Arab Saudi mencakup sekitar 31,5 juta Muslim, 2,1 juta Kristen, 708 ribu Hindu, 242 ribu atheis atau agnostik, 114 ribu Buddha, dan 67 ribu Sikh.
Data tersebut tertuang dalam laporan berjudul “2021 Report on International Religious Freedom: Saudi Arabia” yang dirilis di situs Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat pada Juni 2022 lalu.
Atheisme yang menjalari warga Arab Saudi sebetulnya sudah terlihat sejak satu dekade lalu. Menurut jajak pendapat Gallup International pada 2012 yang dikutip, sekitar 5 persen warga Saudi menganggap diri mereka atheis, dan 19 persen lainnya tidak beragama.
Walaupun jumlah warga atheis di Arab Saudi relatif tak terlalu tinggi, angka ini dianggap signifikan, lantaran negara itu menerapkan hukuman ketat bagi orang yang menentang agama.
Mereka bisa dijerat hukuman fisik, penjara, atau bahkan eksekusi mati. Biasanya, mereka yang murtad dari Islam juga mendapat hukuman penjara dalam waktu lama.
Berdasarkan Undang-undang Dasar Pemerintahan Saudi tahun 1992, agama resmi negara adalah Islam, dan konstitusinya berdasarkan Al Quran serta Sunnah atau tindakan dan hukum yang dilakukan zaman Nabi Muhammad.
UU itu juga melarang promosi ideologi atheisme dalam bentuk apapun dan melarang upaya untuk meragukan dasar-dasar Islam.
Menurut artikel di lembaga Think Tank Secular Humanism, banyak warga Arab Saudi mengaku atheis karena kecewa atas aturan pemerintah yang dianggap kaku dan terlampau ketat.
Selain itu, warga juga kecewa atas represi dari Arab Saudi. Pemerintah membatasi akses ke situs dan media sosial yang dianggap subversif.
Di tengah tekanan itu, diskusi soal atheisme di Saudi justru lebih intensif dalam beberapa tahun terakhir.
Beberapa memilih anonim, sebagian lagi mempertaruhkan kebebasan mereka untuk meningkatkan kesadaran mengenai sekularisme dan atheisme melalui situs, video, dan media sosial."
Sumber:
https://indeksnews.com/242-warga-arab-saudi-klaim-diri-jadi-atheis/
Advertisement
Kesimpulan
Postingan artikel berjudul warga Arab Saudi heran sandal dan rambut Nabi Muhammad SAW bisa berada di Indonesia adalah hoaks.
Tentang Cek Fakta Liputan6.com
Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.
Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi partner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.
Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.
Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.
Advertisement