Ruang Jenazah Kerap Antre, Jepang Bangun Hotel untuk Mayat

para pebisnis di Jepang kini sedang mengembangkan jasa persewaan kamar hotel khusus mayat.

oleh Azwar Anas diperbarui 01 Mei 2016, 23:15 WIB
Diterbitkan 01 Mei 2016, 23:15 WIB
Ruang Jenazah Kerap Antre, Jepang Bangun Hotel untuk Mayat
para pebisnis di Jepang kini sedang mengembangkan jasa persewaan kamar hotel khusus mayat.

Citizen6, Jakarta - Tingkat kematian di Jepang disebut-sebut sedang melonjak tajam. Lebih dari 110.000 orang meninggal di Tokyo pada tahun 2014 dan terus meningkat pada tiap tahunnya. Akibatnya krematorium atau ruang persemayaman jenazah di Jepang penuh sesak bahkan dikabarkan antre.

Menjawab hal itu dilansir Mirror, Minggu (1/5/2016) para pebisnis di Jepang kini sedang mengembangkan jasa persewaan kamar hotel khusus mayat. Bisnis itu dikenal dengan istilah Sousou, yakni menyimpan mayat selama empat hari di kamar hotel dalam keadaan bersih.

Pengusaha Sousou, Hisao Takegishi, mengatakan bisnis Sousou sangat menjanjikan lantaran tidak adanya tempat yang lebih luas untuk membangun krematorium. Sekarang ini hanya 26 krematorium yang tercatat masih aktif di Jepang.

"Krematorium perlu dibuat, tapi nyaris tidak mungkin karena tidak ada ruang apapun. Keterbatasan itu menyebabkan 'mayat mengungsi' dan itu hanya akan menambah duka keluarga yang ditinggalkan," ujarnya.

Dengan fasilitas Sousou, kata Takegishi banyak hal yang didapatkan. Seperti akses ke hotel yang dekat dengan perkotaan. Ruangan nyaman dengan temperatur AC yang rendah agar jenazah tetap awet.

"Hotel ini berada di pinggiran kota dengan kondisi semua jendela ditutup tirai biru gelap," ujarnya.

Sousou menjadi bisnis yang menjanjikan, selain karena minimnya jumlah krematorium yang beroperasi, diperkirakan jumlah kematian di Jepang akan terus meningkat.


Perdana Menteri Jepang, Shnzo Abe mengatakan populasi Jepang diprediksi akan turun dari 100 juta menjadi 87 juta. Pasalnya pada tahun 2060, 40% warga Jepang berusia 65 tahun. Untuk itu pihaknya sedang menggencarkan angka kelahiran perempuan. "Negara maju biasanya membutuhkan tingkat kelahiran sekitar 2,1 anak perempuan hanya agar populasi stabil," ujarnya.

Untuk itu Takegishi berencana akan mengembangkan Sousou ke kota-kota lain seperti di Nagoya dan Tokyo. "Mekipun saya tahu rintangan utama adalah ruangan, tapi itu bisa disiasati," ujarnya.

(War)

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini.

**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya