Liputan6.com, Jakarta "Mimpi adalah kunci, untuk kita menaklukkan dunia berlarilah tanpa lelah sampai engkau meraihnya...," petikan lagu Laskar Pelangi itu barangkali tepat untuk melukiskan kisah anak pemulung Muhammad Wiskha Al Hafiidh Sukalanggeng.
Baca Juga
Pasalnya, ayah Whiska, Permana Suskalanggeng meskipun hanya bekerja sebagai pemulung memunyai mimpi menyekolahkan anaknya hingga menjadi dokter. Ia sebut itu sebagai mimpi lantaran, tempat tinggal saja Sus tak punya. Ia tergolong sebagai keluarga kurang mampu yang menempati rumah pinjaman saudaranya yang ditinggal merantau di Kalimantan.
Namun dilansir dari laman resmi ugm.ac.id, mimpi menyekolahkan anaknya agar menjadi dokter bisa dibilang sudah keturutan. Whiska kini tercatat sebagai mahasiswa kedokteran UGM yang lolos lewat seleksi ketat program SBMPTN.
Usaha untuk mewujudkan mimpi ini memang tidak mudah, Sus selama 8 tahun lebih berkeliling mencari sampah untuk dipulung lalu dijual demi menyekolahkan anaknya dari SD, SMP, dan hingga keluar SMA dengan predikat nilai paling tinggi se-SMA 1 Sleman dan sekaligus menjadi murid dengan peringkat nilai tertinggi ke-4 se provinsi DIY.
Penghasilan Sus dari memulung itu tak sampai satu juta per bulan, tetapi ia bertekad menyisihkan uang itu untuk mencerdaskan anaknya. Terbukti, Wiskha kerap menjuarai berbagai macam olimpiade. Ia bahkan tercatat sebagai Juara 2 Olimpiade Fisika Paket Hari Ilmiah se-Jawa Bali pada Oktober 2015. Sus benar-benar telah menyiapkan masa depan anaknya.
Meskipun sudah resmi menjadi mahasiswa kedokteran UGM, bukan berarti mimpi Sus telah tuntas. Whiska dikabarkan kini sedang menyiapkan diri untuk berkompetisi mendapatkan beasiswa Bidikmisi agar dibebaskan dari biaya perkuliahan. Pasalnya, dengan penghasilan yang ayahnya dapat sekarang, jangankan untuk biaya kuliah, untuk biaya sehari-hari saja sudah pas-pasan.
“Saya sedang mengumpulkan berkas-berkas yang dibutuhkan untuk persyaratan beasiswa bidikmisi. Semoga saya dapat diterima sehingga meringankan beban orang tua,” ujar Whiska.
Ibu Whiska, Dwi Asih Prihati yang menggantang mimpi serupa, berharap anaknya mendapat beasiswa itu. Asih menuturkan, niat Whiska menjadi dokter lantaran ia memunyai adik yang menderita penyakit saraf di perut dan memerlukan pengobatan jangka panjang.
“Semoga kelak Whiska dapat merawat adiknya yang selama ini sakit dengan ilmu yang ia dapatkan,” ungkap Dwi.
Sementara Sus, hanya ingin kelak anaknya menjadi pribadi yang berguna bagi keluarga dan banyak orang yang membutuhkan serta mengubah derajat keluarganya dengan ilmu. "Tapi yang paling penting, anak saya berguna bagi banyak orang. Itu saja sudah cukup," ujar Sus menambahkan.
(War)
Advertisement
**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini.
**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6.