Liputan6.com, Jakarta Saham emiten ritel PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) atau Alfamart dan PT Indoritel Makmur Internasional Tbk (DNET) selaku induk Indomaret, terpantau mengalami pergerakan berlawanan pada perdagangan Kamis 20 Februari 2025.
Sempat bertahan di atas harga pembukaan, DNET akhirnya ditutup turun 4,25 persen ke posisi 9.575. DNET dibuka pada posisi 10.000 dan bergerak pada rentang 9.000,00-10.475,00. Meski begitu, DNET mencatatkan kenaikan 4,64 persen dalam sepekan dan naik 6,39 persen sejak awal tahun (year to date/YTD).
Baca Juga
Sebaliknya, saham AMRT sempat terkoreksi usai dibuka, namun berhasil naik 2,42 persen saat penutupan, menuju posisi 2.540. Saham AMRT dibuka pada posisi 2.450 dan bergerak pada rentang 2.290-2.540. Sayangnya, saham AMRT terkoreksi 11,50 persen dalam sepekan dan turun 9,93 persen YTD.
Advertisement
Sementara, pengelola jaringan Alfamidi, PT Midi Utama Indonesia Tbk (MIDI) mengalami tekanan. Pada perdagangan hari ini, saham MIDI turun 3,20 persen ke posisi 386. Dalam sepekan, MIDI stagnan atau mengalami perubahan 0,00 persen. Sejak awal tahun, MIDI telah terkoreksi 8,53 persen.
Ketiga emiten itu belum menyampaikan laporan keuangan tahun buku 2024. Namun berdasarkan laporan terakhirnya, yakni untuk periode sembilan bulan yang berakhir pada 31 September 2024. DI mana masing-masing mengalami pertumbuhan pendapatan dan laba yang positif dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Pada sektor kebutuhan primer (staples retail) pemain utama seperti Alfamart dan Indomaret kompak mencatatkan pertumbuhan positif. Hingga kuartal III September 2024, PT Indoritel Makmur Internasional Tbk (DNET) selaku pengelola jaringan gerai Indomaret mencatat pendapatan sebesar Rp 1,05 triliun, naik 2,61 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 1,03 triliun. Laba hingga kuartal III 2024 Rp 745,07 miliar, meningkat signifikan sebesar 24,9 persen dari Rp 596,12 miliar pada kuartal III 2023.
Jaringan Gerai
Pengelola jaringan gerai Alfamart, PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) membukukan pendapatan Rp 88,21 triliun, naik 10,24 persen yoy. Dari raihan itu, perseroan membukukan laba bersih Rp 2,4 triliun atau naik 9,52 persen yoy.
Smenetara pengelola jaringan gerai Alfamidi, PT Midi Utama Indonesia Tbk (MIDI) membukukan pendapatan Rp 14,7 triliun hingga kuartal III 2024, atau naik 13,1 persen yoy. Dari raihan itu, perseroan membukukan laba bersih Rp 466,84 miliar, naik 19,55 persen yoy.
Advertisement
Bos Ritel Sebut Pola Konsumsi Masyarakat Kelas Menengah Berubah, Dampaknya?
Sebelumnya, Ketua Umum Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia, Budihardjo Iduansjah mengatakan ada perubahan pola konsumsi masyarakat kelas menengah. Alur penyaluran (stok) barang yang dilakukan peritel pun ikut berubah.
Dia mengatakan, ada perbedaan signifikan pada kelompok kelas menengah yang berbelanja menjadi lebih sedikit. Padahal, sebelumnya kerap membeli barang untuk stok bulanan. "Sudah (ada perubahan), jadi kelas menengah itu waktu tidak banyak, sekarang mereka lebih fast and grab, kalau beli barang itu enggak ada waktu muter-muter karena mereka sibuk kerja," kata Budi, di Jakarta, dikutip Jumat (30/8/2024).
Dia mengatakan saat ini kalangan kelas menengah itu cenderung belanja di antara selingan menjalankan pekerjaannya. Misalnya, ketika menjalankan pekerjaan di kafe-kafe, dan menyelanginya dengan belanja kebutuhan harian.
Budihadjo juga menyadari kalau saat ini kelas menengah terdampak kondisi ekonomi global. Sehingga berpengaruh pada pola belanja mereka.
"Dulu belanja bulanan sekarang itu pakainya belanja harian atau 2 harian. Kalau dulu sebulan ditumpuk di rumah sekarang enggak," katanya.
Dengan perubahan pola belanja kelas menengah itu, pemasukan ke toko ritel pun ikut terpengaruh. Sebelumnya ada nominal transaksi dalam satu kali belanja, kini angkanya menjadi lebih kecil.
Dengan penjualan yang juga berkurang setiap harinya, pengusaha ritel turut menyesuaikan pasokan dari gudang ke toko-tokonya. Budihardjo mencatat, besaran gudang penyimpanan pun ikut mengecil seiring arus keluar barang yang dijualnya.
"Ya berarti kan penjualan kita jadi lebih dikit. Cuma secara akumulasi sebulan sama. Cuma dulu banyak bayar langaung sekali. Jadi metode stoknya kita juga ngikutin, nyetok ke suplier dikit-dikit kalau dulu banyak, jadi gudangnya kita kecilin," jelasnya.
Kelas Menengah Dapat Bansos
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan banyak kas negara yang digunakan untuk menopang masyarakat kelas menengah. Bahkan, asuransi kesehatan yang diberikan disebut lebih banyak dari negara lain.
Dia mencatat, jumlah masyarakat kelas menengah di Indonesia mencapai 164 juta orang. Seluruhnya, turut dibantu negara seperti melalui program penerima bantuan iuran (PBI) BPJS Kesehatan.
"Memang middle class banyak program yang pemerintah dukung antara lain di sektor kesehatan melalui PBI untuk BPJS Kesehatan," kata Menko Airlangga dalam Indonesia Retail Summit 2024, di Pantai Indah Kapuk (PIK), Jakarta, Rabu (28/8/2024).
Dia mencatat, cakupan asuransi yang diberikan BPJS Kesehatan, yang juga diterima kelas menengah RI lebih banyak dibandingkan negara lain. Misalnya, jaminan kesehatan antara Indonesia dan Amerika Serikat (AS).
"Coverage BPJS kesehatan kita ini salah satu yang terlengkap dan terdalam di seluruh berbagai negara, banyak fitur atau lingkup kesehatan yang oleh insurance negara lain termasuk di Amerika tidak diberikan, di Indonesia berikan," katanya.
Advertisement
