Warungkiara, Wilayah Paling Krisis Kesehatan di Sukabumi

Untuk menuju Warungkiara harus melewati jalan setapak sempit penuh gelombang bebatuan bercampur lumpur.

oleh Liputan6 diperbarui 08 Mar 2017, 15:00 WIB
Diterbitkan 08 Mar 2017, 15:00 WIB
Warungkiara, Wilayah Paling Krisis Kesehatan di Sukabumi
Warungkiara, Wilayah Paling Krisis Kesehatan di Sukabumi

Liputan6.com, Jakarta Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi menetapkan status krisis kesehatan di seluruh kecamatan di Kabupaten Sukabumi. Dari 47 kecamatan, yang paling rawan terjadi gangguan kesehatan ada di Kecamatan Warungkiara.

Rumah Yatim hadir di Warungkiara.

Rumah Yatim dengan program pemberdayaan berupaya membantu pemerintah menyelesaika kasus tersebut. Dalam beberapa bulan ini Rumah Yatim menyambangi wilayah Warungkiara untuk menggelar kegiatan santunan biaya hidup, santunan kesehatan dan pelayanan kesehatan. Di awal bulan ini, Rumah Yatim menggelar kegiatan pelayanan kesehatan.

Untuk menuju ke wilayah ini tim Rumah Yatim melewati jalan setapak sempit penuh gelombang bebatuan bercampur lumpur. Selain itu, mereka harus menempuh perjalanan selama 6 jam lamanya.

“Dari Bandung kami berangkat pukul 22:00 dan sampai Warungkiara pukul 04:00 pagi WIB.” Kata Sinu, Ketua Tim selasa (07/03)

Warungkiara, Wilayah Paling Krisis Kesehatan di Sukabumi

Pukul 08:00 WIB, dibantu mitra dan pemerintah sekitar, mereka menggelar kegiatan penyuluhan, pemeriksaan dan pengobatan cuma-cuma untuk masyarakat Warungkiara.

“Alhamdulillah mereka menyambut kami dengan antusias, mereka sudah menunggu kami dari pukul tujuh, mereka antusias ingin diperiksa.” Ungkap Sinu.

Sebanyak 143 warga dari berbagai usia telah mendapat pelayanan kesehatan yang digelar di SDN 3 Ubrug kampung Girijaya, Warungkiara. Berbagai keluhan dilontarkan warga mulai dari ISPA, gatal-gatal, diare, asam urat bahkan gizi buruk yang dominan menimpa anak-anak. Tidak hanya itu, ada sebagian kecil anak yang menderita polio dan hidrosefalus.

Faktor utama yang menyebabkan kasus ini terjadi adalah faktor ekonomi, rata-rata warga bekerja sebagai buruh tani dan serabutan yang membuat mereka harus hidup di bawah garis kemiskinan.

Selain itu, akses menuju puskesmas yang jauh membuat mereka enggan memeriksakan keluhannya. “Tidak hanya itu, kesehatan warga pun tidak ditunjang dengan kondisi air, sebanyak 90% warga mengonsumsi air kotor.” kata Febriansyah salah satu warga Warungkiara

Febriansyah mengungkapkan bahwa sebulan yang lalu ada satu orang anak yang masih berusia 13 tahun meningal dunia akibat gizi buruk. Pihak keluarga belum bisa membawa anak tersebut ke Rumah Sakit.

“Saya sangat mengapresiasi aksi Rumah Yatim yang sudah jauh-jauh datang kesini. Semoga Rumah Yatim bisa rutin digelar supaya warga Warungkaya dapat merasakan manfaat dari kegiatan ini.” Papar Febriansyah

Untuk kedepannya selain menggelar kembali kegiatan serupa, Rumah Yatim berencana menyalurkan bantuan air bersih dan membangun beberapa toilet umum untuk warga Warungkiara. “Mohon doanya supaya rencana kami dapat terealisasi dengan sukses dan lancar.”

Pengirim:

S Guslia

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di  sini

**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya