Raafi Jaya dan Suprihatin, Penemu Muda dari Pati yang Mendunia

Keduanya mendapat medali emas di ajang International Young Inventor Project Olympiad

oleh Sulung Lahitani diperbarui 15 Mei 2017, 11:05 WIB
Diterbitkan 15 Mei 2017, 11:05 WIB
Raafi Jaya dan Suprihatin, Penemu Muda dari Pati yang Mendunia
Keduanya mendapat medali emas di ajang nternational Young Inventor Project Olympiad

Liputan6.com, Jakarta - Selama ini, daerah Pati terkenal akan tapiokanya. Hal ini juga tergambar dari banyaknya pabrik tapioka yang berdiri di daerah tersebut.

Sayangnya, limbah kulit singkong yang dihasilkan pabrik-pabrik tersebut terbuang begitu saja. Di Kecamatan Margoyoso, Kabupaten Pati saja, tiap bulannya limbah kulit singkong dapat mencapai 10 ton.

Melihat fenomena tersebut, Raafi dan Suprihatin mencari cara pemanfaatan limbah tersebut agar bisa lebih berguna bagi masyarakat.

"Kami melakukan penelitian, baca-baca jurnal di internet. Ternyata serat kulit singkong baik untuk pembuatan komposit," ujar Raafi.

Selain limbah kulit singkong, keduanya juga mencoba limbah batang pisang. Gabungan kedua limbah tersebut menghasilkan komposit yang dapat menjadi bahan baku industri otomotif, kapal, dan pesawat terbang.

Penelitian mereka berdua kemudian diikutkan pada Indonesian Sains Project Olympiad 2016 di Semarang dan tak disangka, meraih medali emas di bidang fisika.

Selanjutnya, mereka mengikut sertakan penelitian tersebut dalam lomba ajang riset internasional, International Young Inventor Project Olympiad di Georgia, Amerika Serikat.

Di sana, mereka bersaing dengan 35 negara peserta lainnya termasuk Amerika Serikat dan negara-negara Eropa lainnya. Keduanya kembali mendapat medali emas dalam ajang tersebut untuk kategori fisika.

"Ga nyangka bisa sampai tingkat internasional. Di sana, pesaingnya keren-keren. Pas dengar kemenangan itu, rasanya kaya penantian setahun terbayar sudah," ungkap Suprihatin.

Untuk ke depannya, kedua remaja ini berharap pemanfaatan limbah kulit singkong dan serat batang pisang dapat diaplikasikan di Indonesia. Terlebih, karena selama ini komposit di Indonesia masih diimpor dari luar negeri.

Sementara bagi Suprihatin, ia berhadap dapat melanjutkan kuliah agar bisa mengembangkan penelitiannya. Karena baginya, itu semua masih tahap awal dan butuh penelitian lebih lanjut.

Terlebih, karena Suprihatin tak memiliki biaya untuk melanjutkan pendidikannya. Kini, ia tengah berburu beasiswa meski sampai sekarang belum ada yang menawarinya.

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini

**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya