Liputan6.com, Jakarta Pemerintah Kota Padangpanjang melalui Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Padangpanjang bersama Forum Pegiat Literasi (FPL) Padangpanjang kembali menyalurkan buku wakaf dalam program "Padangpanjang Banjir Buku" untuk keluarga kurang mampu, Selasa (20/6/2017).
Tim mengunjungi rumah Maryento Sutan Marajo (40) dan Ernita (45), warga RT 6, Guguk Keliling, Kelurahan Ekorlubuk, Kecamatan Padangpanjang Timur, Kota Padangpanjang, silaturahmi sekaligus berbuka puasa bersama.
Baca Juga
Suami istri yang sehari-hari bekerja sebagai petani yang mengelola tanah orang dengan sistem bagi hasil itu, mendiami sebuah rumah yang tidak lagi ditinggali pemiliknya karena merantau ke Jakarta.
Advertisement
Kondisi rumah itu telah tua, sebagian atapnya runtuh dimakan usia. Dinding-dinding kayu di dalam rumah juga terlihat sudah dimakan rayap. Tak jarang tempias hujan masuk ke dalam rumah di saat angin kencang datang.
Lokasi rumah itu berada di tengah areal persawahan yang tersisih dari rumah-rumah warga lainnya. Di pinggir rumah itu mengalir anak sungai dengan jurang sedalam 4 meter. Berada di lokasi demikian, tak jarang rumah mereka didatangi tamu tak diundang, seperti ular, musang, dan harimau buluh.
“Pernah masuk ke kamar kami ular piton sepanjang 6 meter dengan lingkar tubuh lumayan besar,” kata Maryento yang mengaku berasal dari Payakumbuh, sementara istrinya berasal dari Paninjauan Tanahdatar.
Sebagai warga kurang mampu, keluarga Maryento hanya mengandalkan pendapatan dari mengolah ladang. Ia menanam padi dan sayur mayur. Sebagian hasil ladangnya itu ia jual untuk menafkahi keluarga dan menyekolahkan dua anaknya yang masih duduk di bangku SD dan SMP.
Citra, 14 tahun, putri tertuanya sangat menyukai pelajaran Matematika dan bahasa Inggris. Citra juga suka membaca buku, khususnya novel.
“Saya sering datang ke perpustakaan sekolah dan ke perpustakaan kota,” kata Citra yang bercita-cita menjadi dokter.
Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Padangpanjang Datuk Alvisena, ST, MT, pada kesempatan itu menyerahkan buku wakaf dan sejumlah uang. Turut hadir Lurah Ekorlubuk Emrianis Datuk Gamuak, Penggiat FPL Padangpanjang Muhammad Subhan dan Kasbi.
“Kami memprioritaskan penyaluran buku ke rumah-rumah warga kurang mampu. Kami meyakini bahwa hidup dapat menjadi lebih baik dengan banyak baca buku,” kata Alvisena.
Lurah Ekorlubuk Emrianis Datuk Gamuak mengatakan, kelurahan yang dipimpinnya memiliki 2.700-an Kepala Keluarga dengan ragam profesi. Dari jumlah itu sebanyak 180 KK dikategorikan sebagai keluarga kurang mampu (prasejahtera).
“Untuk membantu meringankan beban KK kurang mampu pemerintah setiap bulannya menyalurkan bantuan beras sejahtera (rastra) sebanyak 15 kg per KK,” katanya.
Saat ini, tambah Emrianis, Ekorlubuk sedang mengembangkan sektor pariwisata, salah satunya menghidupkan cerita rakyat di daerah itu. Konon menurut legenda, di Ekorlubuk populer cerita ‘Payo Si Anto Pulang’ yang kisahnya mirip Si Malinkundang. Di sana terdapat sebuah payo (paya) yang diyakini sebagai tempat tenggelamnya Si Anto—tokoh dalam legenda itu—karena durhaka kepada orangtuanya.
“Saya sangat mendukung jika cerita-cerita rakyat itu dihidupkan. Jika perlu Pemda mengumpulkan cerita-cerita lainnya yang beredar di masyarakat lalu menerbitkannya menjadi buku. Buku itu dapat menjadi media promosi pariwisata yang ampuh menarik minat wisatawan datang,” timpal Muhammad Subhan yang juga pegiat Forum Aktif Menulis (FAM) Indonesia.
**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini
**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6