Jangan Sepelekan Pelecehan, Sekecil Apa pun Bentuknya

Pembiasaan pelecehan ringan menjadi penyebab maraknya budaya pemerkosaan.

oleh Alexander Lumbantobing diperbarui 07 Jun 2018, 11:30 WIB
Diterbitkan 07 Jun 2018, 11:30 WIB
[Bintang] Via Vallen
Via Vallen

Liputan6.com, Jakarta - Di tengah langkah-langkah maju menuju kesadaran akan kesetaraan gender, pelecehan menurut gender masih terus saja berlangsung. Misalnya baru-baru ini di Indonesia, pedangdut Via Vallen mendapatkan kata-kata tidak menyenangkan lewat sebuah pesan yang dikirimkan terduga pesepak bola nasional kepadanya.

Apa yang terjadi pada Via Vallen tersebut bisa termasuk pelecehan verbal. Sayangnya, menurut Anindya Restuviani Co-Director Hollaback! Jakarta, pelecehan verbal ini masih sering disepelekan.

Padahal dalam tingkatan atau piramida kekerasan, pembiaran pelecehan minor seperti cat calling dapat memicu pelecehan ke tingkat yang lebih tinggi.

"Apa dilakukan pelaku terhadap Via Vallen ini adalah pelecehan, bentuknya verbal yang dia ucapkan melalui pesan teks. Karena dia lakukan di dunia maya, ini disebut digital atau cyber harassment."

"Sebetulnya bully-an dari pada para netizen itu juga termasuk pelecehan dalam dunia digital karena sifatnya menyerang dan memojokkan," ujarnya saat dihubungi redaksi Vemale.com, Rabu (6/6/2018).

Anindya menjelaskan, dari situlah peran relasi kuasa bermain. Sebab, pelecehan terjadi karena adanya relasi kuasa yang timpang. Relasi kuasa di sini diidentifikasikan dengan "hak".

"Yang merasa lebih berkuasa merasa memiliki hak untuk melakukan hal tersebut. Di kasus Via Vallen, si laki-laki ini, karena terbiasa memandang perempuan hanya sebatas objek, jadi merasa punya hak untuk berucap seperti itu terhadap Via Vallen. Padahal kan siapa pun, tidak punya hak untuk bicara seperti itu terhadap siapa saja," ia menambahkan.

 

Jangan Sepelekan Pelecehan Ringan

[Bintang] Via Vallen
Via Vallen

Mengapa pelecehan ringan tidak boleh dibiarkan? Anindya mengatakan, pembiasan pelecehan ringan seperti ini yang menyebabkan maraknya budaya pemerkosaan atau rape culture.

Sebab yang terjadi adalah perempuan sering dilihat hanya sebatas obyek saja yang memang pantas untuk dilecehkan. Dan berujung pada melampiaskan kesalahan bukan pada pelaku, malah pada korban.

"Persis seperti apa yang dialami oleh Via Vallen. Padahal sebetulnya yang harus di basmi adalah perilaku tidak sopan melecehkan yang dilakukan oleh pelaku," ucapnya.

Di saat banyak masyarakat yang malah menyalahkan korban semakin banyak korban-korban lain yang akan enggan untuk bercerita tentang apa yang mereka alami. Akhirnya pelaku bisa bergerak bebas tanpa merasakan konsekuensinya dan menimbulkan trauma berkepanjangan kepada si korban.

Nah, kita sebagai perempuan jangan pernah takut untuk speak up jika terjadi mengalami pelecehan. Jangan pernah menyepelekan pelecehan ringan sekali pun, semisal cat calling.

 

Reporter:

Anisha Saktian Putri

Sumber: Vemale.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya