Seperti Manusia, 6 Hewan Ini Bisa Alami Gangguan Serupa Down Syndrome

Berikut 6 hewan yang ternyata memiliki gangguan serupa seperti Down syndrome yang terjadi pada manusia. Simak artikelnya!

oleh Sefan Angeline Reba diperbarui 11 Nov 2022, 19:30 WIB
Diterbitkan 11 Nov 2022, 19:30 WIB
Ilustrasi Jerapah (sumber: unsplash)
Ilustrasi Jerapah (sumber: unsplash)

Liputan6.com, Jakarta Down syndrome adalah salah satu kelainan genetik yang paling umum terjadi di antara seluruh manusia di dunia.

Namun, kalian mungkin bertanya-tanya apakah ada hewan yang mengalami Down syndrome? Secara teknis memang tidak ada, namun mereka dapat hadir dengan gangguan yang sangat mirip.

Dilansir melalui Wildlife Former, manusia memiliki 23 pasang kromosom di dalam selnya. Down syndrome terjadi ketika ada salinan ekstra (penuh atau sebagian) dari kromosom 21.

Hal ini menghasilkan trisomi, yaitu suatu kondisi di mana salinan ekstra kromosom yang hadir di dalam sel. Down syndrome juga disebut trisomi 21 karena penyebabnya adalah salinan ketiga ekstra dari kromosom 21.

Sementara itu, hewan dapat memiliki kelainan fisik atau perkembangan yang sangat mirip dengan Down syndrome, namun secara teknis tidak dapat memiliki kelainan genetik yang sama persis dengan manusia.

Diketahui, hanya karena hewan memiliki kromosom 21, bukan berarti fungsinya sama persis dengan manusia. Oleh karena itu, kelainan pada kromosom 21 pada hewan belum tentu menghasilkan gejala yang sama dengan Down syndrome pada manusia.

Berikut, enam hewan yang menderita gangguan serupa dengan Down syndrome.

1. Kera

Ilustrasi Kera atau Simpanse (sumber: unsplash)
Ilustrasi Kera atau Simpanse (sumber: unsplash)

Kera adalah hewan yang diketahui mengembangkan kondisi yang paling dekat dengan Down syndrome. Kera memiliki 24 pasang kromosom, dan diketahui kromosom 22 mereka sangat mirip dengan kromosom 21 pada manusia.

Para ilmuwan mempelajari satu simpanse yang telah mengembangkan kromosom ekstra 22, yang menghasilkan gejala yang mirip dengan Down syndrome.

Simpanse memiliki masalah jantung, cacat pertumbuhan, dan menjadi buta pada usia 7 tahun. Namun, para ilmuwan masih menyatakan kondisi itu "analog" dengan Down syndrome. Artinya memiliki fungsi yang sama namun tetap berbeda dalam struktur, seperti membandingkan sayap pesawat terbang dengan sayap burung.

2. Harimau Putih

Kenny, Si Harimau Putih Down Syndrome (sumber: twitter.com/ScienceAllDay)
Kenny, Si Harimau Putih Down Syndrome (sumber: twitter.com/ScienceAllDay)

Sempat ramai di berbagai media, kebanyakan orang mungkin pernah mendengar tentang Kenny si harimau yang diselamatkan pada tahun 2002 dan tinggal di Suaka Margasatwa Terpentin Creek Arkansas sampai dia meninggal pada tahun 2008.

Wajahnya sangat berbeda, dengan mata lebar, mulut yang tidak menutup sepenuhnya dan moncong yang sangat pendek. Dia sering dicap sebagai "harimau dengan Down syndrome”.

Kenyataannya, Kenny memiliki kelainan bentuk wajah genetik akibat perkawinan sedarah, bukan mutasi kromosom.

Harimau putih sebenarnya sangat langka di alam liar. Namun mereka sangat menawan sehingga beberapa penangkaran ingin mempertahankannya untuk popularitas mereka.

Sayangnya, American Zoological Association melarang praktik ini pada tahun 2011, karena kondisi medis yang tidak menguntungkan akibat perkawinan sedarah yang dapat berbahaya bagi hewan.

3. Tikus

Ilustrasi Tikus Putih di Laboratorium (sumber: unsplash)
Ilustrasi Tikus Putih di Laboratorium (sumber: unsplash)

Para peneliti telah menemukan bahwa tikus dapat mengalami cacat kromosom. Mereka dapat mengembangkan kromosom 16 tambahan yang menciptakan gejala yang mirip dengan Down syndrome.

Namun, hampir tidak pernah terlihat pada populasi tikus liar karena bayi dengan cacat ini biasanya mati sebelum mereka lahir.

Para peneliti hanya mengetahui kemungkinan hal tersebut terjadi karena mereka secara genetik menciptakan kondisi pada tikus laboratorium untuk mempelajarinya.

4. Kucing

Ilustrasi Kucing Down Syndrome (sumber: twitter.com/senpainugget2)
Ilustrasi Kucing Down Syndrome (sumber: twitter.com/senpainugget2)

Mungkin spesies yang paling populer di media sosial dalam hal “hewan peliharaan Down syndrome” adalah kucing. Namun, ternyata kucing tidak memiliki kromosom 21.

Biasanya, kebanyakan dari kita melihat kucing yang memiliki gangguan serupa dengan Down syndrome, dengan menderita kelainan kromosom yang menyebabkan jembatan hidung cekung.

Namun, ada beberapa kucing yang sempat mengegerkan media sosial, salah satunya bernama Otto yang dilaporkan mengalami kematian dini karena Down syndrome, tetapi fitur wajahnya yang tidak normal kemungkinan besar karena kekurangan hormon atau mutasi genetik.

Selain itu, ada juga kucing yang hidup dengan banyak mutasi genetik, termasuk memiliki jari kaki ekstra dan dwarfisme (tubuh pendek) kucing yang menyebabkan dia tidak bisa menahan lidahnya di mulutnya.

5. Jerapah

Jerapah Down Syndrome (sumber: twitter.com/RonSexsmith)
Jerapah Down Syndrome (sumber: twitter.com/RonSexsmith)

Meskipun umumnya dikenal sebagai hewan dengan kaki terpanjang , namun tak disangka ada istilah “jerapah kerdil”, namun, hewan-hewan ini tidak memiliki Down syndrome.

Mereka memiliki kelainan genetik yang disebut dysplasia, yakni kerangka yang menyebabkan tulang berbentuk tidak normal di tulang belakang, lengan, kaki, dan kepala mereka.

Kondisi lain yang dapat terjadi pada jerapah, yakni asfiksia saat lahir, di mana oksigen bayi terputus dan tidak berkembang sepenuhnya. Contohnya, jerapah yang lahir di Kebun Binatang Maryland, memiliki kepala yang condong ke kanan karena otaknya yang rusak dan mengalami kerusakan saraf yang menyebabkan lidahnya lumpuh.

6. Anjing

Ilustrasi Anjing Down Syndrome, tangkapan layar (sumber: youtube.com/OurFitPets)
Ilustrasi Anjing Down Syndrome, tangkapan layar (sumber: youtube.com/OurFitPets)

Memiliki lidah yang besar adalah gejala umum Down syndrome dan juga gejala umum makroglosia yang dapat terjadi pada anjing.

Makroglosia merupakan hasil dari sel yang membesar atau ketegangan otot yang menyebabkan anjing memiliki lidah besar yang tidak normal yang terus-menerus keluar dari mulutnya. Lidah mereka dapat menyebabkan kesulitan bernapas dan mengurangi rentang gerak.

Meskipun mudah untuk berasumsi bahwa anjing dengan makroglosia memiliki Down syndrome, kondisi ini biasanya terjadi karena alasan lain, contohnya, reaksi alergi atau paparan penyakit seperti hipotiroidisme.

Infografis Ragam Tanggapan Pengendalian PMK dan Vaksinasi Hewan Ternak. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Ragam Tanggapan Pengendalian PMK dan Vaksinasi Hewan Ternak. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya