Liputan6.com, Jakarta - Trauma menjadi kondisi psikologis yang terjadi sebagai akibat dari peristiwa atau kejadian buruk yang dialami seseorang. Dari kejadian yang tidak menyenangkan ini, kemudian membuat orang tersebut merasa tidak aman dan nyaman menghadapi sesuatu.
Seorang dokter spesialis kesehatan jiwa psikosomatik medis yang bekerja di rumah sakit Omni Hospital Alam Sutera, melalui akun YouTube pribadinya, Andri psikosomatik, membagikan cara yang dapat dilakukan untuk melupakan trauma masa lalu.
Baca Juga
Â
Advertisement
Andri mengatakan bahwa trauma masa lalu apalagi jika dikaitkan dengan kecemasan, itu berkaitan dengan sistem otak.
"Ketika kondisi cemasnya datang, dia merasa kok mengingat hal-hal yang dahulu kala, bahkan hal-hal yang menyakitkan yang sebenarnya dia sudah berupaya melewatinya," ucapnya seperti mengutip dari video yang diunggahnya, Jumat (18/11/2022).
Ia menambahkan bahwa di otak kita itu ada yang namanya amigdala, sesuatu pusat memori seperti layaknya hardisk di komputer untuk menyimpan memori-memori yang berkaitan dengan kehidupan kita, berupa hal baik dan buruk yang bisa datang di dalam kehidupan kita.
"Nah, amigdala ini akan menyimpan semuanya, terutama sesuatu yang dirasakan bermakna," tuturnya.
Gangguan kecemasan menjadi kondisi yang diakibatkan karena hiperaktif dari amigdala itu. Sehingga saat seseorang mengalami kecemasan dari suatu proses, maka traumatik itu akan datang kembali karena ingatan kita akan memproses kondisi itu, lalu bagaimana untuk mengatasinya?Â
1. Menerima apa yang terjadi pada diri kita
Andri mengatakan bahwa memang kenyataannya ingatan itu tidak bisa hilang. "Ingatan tentu tidak akan bisa hilang tetapi kebermaknaannya, persepsi kita terhadap kondisi tersebut bisa kita modifikasi, artinya kalau terlalu tinggi atau terlalu besar bisa kita rendahkan atau kita bisa turunkan," ucapnya.
Di mana ketika seseorang mengalami suatu peristiwa bermakna terhadap kehidupannya, maka sebisa mungkin untuk melakukan penerimaan.
"Saat ini kita dengan segala daya upaya dengan suatu caranya menerima segala sesuatu seperti apa adanya kita. Bisa mengurangi persepsi negatif atau persepsi yang kurang baik untuk peristiwa tersebut,"Â lanjutnya.
Advertisement
2. Menambah hal-hal positif yang ada pada diri kita
Andri juga menuturkan bahwa salah satu caranya yakni dengan membuang hal negatif dan memperbanyak yang positif.
"Bagaimana pun kita tentunya di dalam kehidupan harus banyak meng-input positif di dalam otak kita karena kalau tidak, sebaliknya yang negatif akan lebih banyak muncul,"Â kata dia.
Namun, terkadang individu sulit untuk berpikir positif. Untuk itu, penting bagi kita untuk mencoba menginput hal-hal positif di dalam pikiran kita.
"Karena kalau kita tidak ada positifnya atau bahan yang positif bagaimana kita menghasilkan pikiran positif, dan itu juga berkaitan dengan trauma masa lalu yang tersimpan dalam amigdala kita. Hal itu mungkin yang dipersepsikan sebagai negatif, tetapi kalau kita mempunyai kenangan-kenangan yang lebih memberikan makna positif pada kehidupan kita, maka kita akan balancing dan akhirnya positif yang lebih keliatan yang akan lebih muncul kepermukaan atau ke alam sadar kita," ucapnya.
Â
Latihan adalah kunci utama agar berhasil berpikir positif
Tentu tidak mudah untuk melakukan semua itu. Sehingga harus selalu konsisten dalam berupaya setiap hari memberikan input positif kepada pikiran kita agar lebih baik lagi dalam berinteraksi ataupun berperilaku dengan orang lain.
"Baca buku yang banyak, tentunya yang positif, kemudian bisa juga mendengarkan audio, ceramah, membaca kitab suci di mana kita mendapatkan persepsi-persepsi yang positif setelah kita membaca itu. Kemudian kita juga bergaul dengan orang-orang yang positif, supaya kita mendapatkan suatu manfaat tentunya dari hal-hal yang kita lakukan itu," saran Andri.
Itu menjadi salah satu cara dari untuk membuat kita bisa mempercayai diri untuk mengatasi trauma masa lalu.
"Sebab bagaimana pun kita yang paling mempunyai tanggung jawab terhada kondisi itu," tutupnya.
Â
Advertisement