Liputan6.com, Jakarta - Kondisi perekonomian global tahun 2023 diprediksi tidak baik-baik saja, sejumlah pihak menyebutkan akan ada resesi global yang membuat negara seperti Indonesia perlu waspada juga.
Sejumlah industri pun harus melakukan mitigasi, termasuk industri telekomunikasi yang selama pandemi menjadi tulang punggung untuk mendukung aktivitas masyarakat di dalam rumah.
Founder IndoTelko Forum, Doni Ismanto Darwin, menjelaskan tentang tantangan krisis ekonomi global masih akan ada di 2023.
Advertisement
Hal ini dipicu perang antara Rusia-Ukraina yang tidak berkesudahan, konflik negara adikuasi, hingga persoalan supply dan demand yang menimbulkan tekanan bagi ekonomi dunia.
"Perekonomian Indonesia 50 persen ditopang oleh konsumsi rumah tangga, ini menjadikan sektor telekomunikasi masih diuntungkan tahun depan, karena konektivitas dan layanan digital jadi kebutuhan pokok selama pandemi sampai saat ini," kata Doni, dalam diskusi, beberapa waktu lalu.
Namun, ada tantangan yang dihadapi operator telekomunikasi. Mulai dari kebutuhan belanja modal yang tinggi karena harus investasi di jaringan, terutama 5G.
Meski begitu, pertumbuhan yang dirasakan sektor telekomunikasi akan berdampak positif ke industri pendukung, seperti ke pemain aplikasi.
Doni memandang, digitalisasi pun jadi penopang bagi tiap usaha dalam adaptasinya menghadapi pandemi. Tanpa layanan telekomunikasi, tidak ada konektivitas yang merupakan kunci digitalisasi.
Ia pun memprediksi, pada 2023, akan lebih banyak digitalisasi yang dilakukan di berbagai sektor.
Industri Digital Jadi Kunci
Industri digital dianggap bisa menjadi solusi menghadapi resesi global yang diramalkan terjadi pada 2023. Industri digital dinilai akan mampu jadi tumpuan harapan bagi sektor-sektor lainnya.
Dikatakan oleh Dirjen Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika Kominfo Ismail, saat ini aktivitas ekonomi masyarakat begitu tergantung pada ekonomi digital.
Pasalnya, ruang digital bisa menjadi alternatif dan efektivitas efisiensi dalam berbagi macam aktivitas ekonomi. Mulai dari produksi, marketing, pembiayaan, hingga distribusi.
Menurut Ismail, dulu industri digital hanya menjadi nilai tambah bagi industi telekomunikasi. Namun kini justru menjadi pelaku utama.
Oleh karena itu, menurutnya, operator perlu berpindah ke layar platform, aplikasi, hingga konten. Tidak cukup hanya dengan mengandalkan jualan layanan data.
Advertisement
Operator Masuki Industri Digital
Hal ini sejalan dengan upaya industri telekomunikasi menyikapi kondisi ekonomi di masa mendatang, yakni dengan berinovasi menghadirkan layanan yang memenuhi kebutuhan masyarakat.
Direktur Utama Telkomsel Hendri Mulya Syam mengatakan, Telkomsel memastikan seluruh roadmap perusahaan menyediakan layanan yang dibutuhkan pelanggan.
Selain memperkuat layanan konektivitas, Telkomsel menghadirkan paket internet sesuai kebutuhan, hingga menghadirkan sejumlah aplikasi yang menjadi solusi bagi masyarakat.
Salah satunya aplikasi Kuncie, platform berbasis edukasi. Telkomsel juga fokus mengembangkan layanan health tech, hingga layanan digital sektor pangan TelkomselDFE untuk smartfarming.
Fokus Tingkatkan Jaringan untuk Dukung Digitalisasi
Sementara, CEO dan Presdir XL Axiata Dian Siswarini menyebut, perusahaan fokus ke tiga pilar utama.
"Pertama pada penawaran layanan konvergen untuk keluarga dan UMKM, mengembangkan infrastruktur jaringan di luar pulau Jawa, dan meningkatkan layanan digital dan personal sesuai kebutuhan pelanggan," tutur Dian.
Begitu juga dengan Presdir dan CEO Indosat Ooredoo Hutchison Vikram Sinha yang menyebut perusahaan akan mengembangkan layanan 5G di sejumlah kota untuk mendukung percepatan digitalisasi.
Vikram juga menyebut pentingnya literasi digital, terutama bagi kaum muda, agar bisa menggunakan teknologi secara positif.
Dalam hal ini, Indosat Ooredoo Hutchison punya ID Camp yang bertujuan mempersiapkan talenta digital yang nantinya diharapkan bisa berkiprah secara global, termasuk mendorong kiprah perempuan dalam pembangunan ekonomi nasional.
Â
Advertisement