Petisi Stop Willow Project Ramai Ditandatangani, Begini Dampaknya Bagi Perubahan Iklim

Willow Project merupakan merupakan sebuah proyek pengeboran minyak secara besar-besaran di Alaska telah menjadi sorotan publik karena dampaknya terhadap isu perubahan iklim.

oleh Adelia Septi Viranti diperbarui 21 Mar 2023, 10:06 WIB
Diterbitkan 21 Mar 2023, 10:06 WIB
Ilustrasi beruang kutub yang terkena dampak perubahan iklim.
Ilustrasi beruang kutub yang terkena dampak perubahan iklim. (Sumber: Layanan Perikanan dan Satwa Liar AS)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Joe Biden telah menyetujui pelaksanaan Willow Project pada Senin, 13 Maret 2023.

The Willow Project merupakan usaha pengeboran minyak besar-besaran yang dilakukan selama puluhan tahun di North Slope Borough (lereng utara Alaska) tepatnya di National Petroleum Reserve Alaska, yang diajukan oleh perusahaan kilang minyak Amerika Conocophillips.

Nilai Willow Project mencapai 8 miliar dollar AS menurut ConocoPhillips. Proyek tersebut akan menghasilkan hingga 180.000 barel minyak per hari atau sekitar 1,5 persen dari total produksi minyak Amerika Serikat.

Selain berpotensi menjadi sumber minyak terbesar di Amerika selama beberapa dekade, anggota parlemen Alaska berpendapat bahwa The Willow Project akan menciptakan lapangan kerja yang besar-besaran dan meningkatkan produksi energi dalam negeri. Diketahui bahwa dampak dari perang Rusia dan Ukraina menyebabkan lonjakan drastis harga minyak bumi sehingga hal tersebut menjadi suatu alasan pendukung proyek ini dibuat.

Sejak disetujui pada tanggal 13 Maret 2023, The Willow Project disambut dengan penolakan keras dari beberapa aktivis lingkungan. The Willow Project juga mendapat reaksi penolakan segara tegas dari masyarakat yang dengan gencar menyatakan penolakannya.

Menurut para aktivis lingkungan, pada 30 tahun ke depan, proyek ini akan menghasilkan lebih dari 278 juta ton gas rumah kaca, di mana hal ini akan berdampak buruk bagi lingkungan, bahkan akan mempercepat perubahan iklim di dunia.

Dampak Willow Project Terhadap Perubahan Iklim

Ilustrasi Perubahan Iklim
Ilustrasi perubahan iklim. (dok. Unsplash.com/Lucas Marcomini/@lucasmarcomini)

Willow Project, yang merupakan sebuah proyek pengeboran minyak secara besar-besaran di Alaska telah menjadi sorotan publik karena dampaknya terhadap isu perubahan iklim.

Dilansir dari laman Well Good, Senin (20/03/2023), proyek ini bertentangan dengan tujuan iklim Presiden Biden untuk menciptakan sektor listrik bebas polusi karbon pada tahun 2035. Joe Biden berjanji pada kampanye kepresidenannya tahun 2020 untuk mengakhiri pengeboman minyak dan gas baru di tanah dan perairan publik.

Proyek ini juga akan berdampak negatif terhadap habitat satwa liar di sekitarnya dan masyarakat asli Alaska. Proyek ini memiliki emisi tidak langsung sebesar 239 juta metrik ton CO2, yang setara dengan total penggunaan listrik tahunan lebih dari 30 juta rumah.

Analisis lingkungan juga menemukan bahwa proyek ini juga akan melepaskan karbon hitam yang menurut penelitian memiliki efek racun terhadap kesehatan anggota masyarakat di dekat sumber polusi.

Dengan adanya pembangunan yang diperlukan untuk proyek ini yang mencakup 199 sumur minyak, 89,6 mil pipa, ratusan mil jalan, jembatan, dermaga kapal, lapangan terbang, fasilitas pemrosesan pusat, dan lokasi tambang kerikil akan membuat hewan stress sehingga berpotensi mengubah pola migrasi dan pergerakan rusa kutub, serigala, dan ribuan spesies burung.

Mengapa Joe Biden Menyetujui Willow Project?

Sebuah kamp pengeboran eksplorasi dari proyek minyak Willow di Lereng Utara Alaska.
Sebuah kamp pengeboran eksplorasi dari proyek minyak Willow di Lereng Utara Alaska. (Sumber: ConocoPhillips/AP)

Dilansir dari laman Washington Post, Senin (20/03/2023), para aktivis lingkungan secara agresif memprotes projek ini karena Biden telah membuat janji-janji besar untuk memprioritaskan perlindungan lingkungan, perubahan iklim, dan penghentian pengeboran di lahan publik. Namun, hal tersebut tidak menghentikan Joe Biden untuk menjalankan Willow Project.

Alasan lainnya juga karena undang-undang yang mengatur NPR-A yang telah dipegang ConocoPhillips sejak jauh sebelum pemerintahan Biden menjabat. Undang-undang tersebut memberikan hak kepada perusahaan yang memiliki hak sewa tersebut untuk melakukan pengembangan, dan posisi hukum yang kuat untuk melawan pemerintah jika mereka mencoba menghalangi pekerjaan tersebut. Jika ditolak, ConocoPhillips bisa saja menggugat, dan berpotensi memenangkan miliaran dolar atas biaya pembayar pajak, dan tetap dapat mengembangkan proyek tersebut, kata para ahli hukum.

Joe Biden juga telah berjanji kepada para pemilihnya bahwa ia akan memerangi harga minyak dan bensin yang tinggi, dan telah mengakui dalam beberapa bulan terakhir bahwa minyak masih berpotensi untuk menjadi sumber energi di masa depan.

Petisi Penolakan Willow Project oleh Aktivisme Online

Pipa Willow Project
Pipa Willow Project (Sumber: NYtimes)

Keputusan pemerintah AS untuk menyetujui proyek yang menimbulkan dampak negatif ini memicu protes dari aktivisme online, termasuk Twitter dan TikTok.

Banyak pengguna Twitter yang membagikan petisi untuk menandatangani penolakan Willow Project dan membagikannya ke beberapa komunitas di Twitter dan hingga hari ini, sudah ada 1.279.904 orang telah menandatangani petisi di situs change.org.  

Selain itu, banyak pengguna TikTok yang mengikuti aksi #StopWillow dengan membuat beberapa protes atau membagikan beberapa video mengenai dampak yang akan terjadi jika Willow Project tetap dijalankan. Sampai saat ini, #StopWillow di TikTok sudah mencapai 338.1 M Penayangan.

Hal ini menimbulkan beberapa respons yang sama dari warganet, mereka dengan tegas menolak Willow Project dengan alasan akan mempercepat perubahan iklim di dunia dan menyebabkan hewan-hewan yang berhabitat di kutub terancam.

“Willow Project bisa bikin es yang udah jutaan tahun membeku jadi mencair, dan kita gak tau virus jaman purba apa aja yang ikut membeku di dalamnya,” ujar pemilik akun Tiktok @reyt2827.

“Bukan cuma satwa disekitarnya aja yang bakal kena, manusia seluruh dunia bakal merasakan dampaknya,” timpal akun TikTok @scrolleracc.

“Apa mereka gak pernah nonton film the day after tomorrow? Belum lagi ekosistem di sana yang bakal runtuh kalo project ini beneran dijalankan. Manusia bener-bener cuma mikirin diri mereka sendiri tanpa peduli sama makhluk hidup yang lain,” ujar pemilik akun Twitter @mewlancholia.

Infografis Ketimpangan Ekonomi Global
Hampir 99 persen kekayaan dunia dimiliki, hanya oleh 1 persen kelompok tertentu (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya