Liputan6.com, Jakarta - Love bombing merupakan pola perilaku seseorang di mana orang tersebut memberikan perhatian, pujian, dan pernyataan cinta yang berlebihan kepada pasangannya dalam waktu singkat dan intens.
Perhatian dan kasih sayang yang berlebihan tersebut dilakukan untuk memanipulasi Anda. Para psikolog memperingatkan bahwa hal ini mungkin merupakan taktik yang digunakan oleh seorang narsisis atau sosiopat untuk mengendalikan Anda.
Tujuan seseorang yang melakukan love bombing adalah untuk memengaruhi dan mengendalikan pasangan mereka. Orang yang melakukan love bombing menggunakan beberapa strategi untuk membuat pasangannya bergantung pada mereka secara emosional, membuat seseorang menjadi tidak percaya diri, atau bahkan membuat seseorang ketergantungan.
Advertisement
Biasanya, strategi yang digunakan oleh seorang love bombing adalah memberikan hadiah-hadiah mahal, memberikan perhatian yang berlebihan, dan dengan sengaja memberikan kesetiaan pada awal menjalin hubungan.
Seiring dengan berjalannya sebuah hubungan, perilaku seperti ini bisa menjadi manipulatif dan merugikan. Setelah mendapatkan perhatian dari pasangan, pelaku love bombing biasanya akan mengubah perilaku mereka seperti mengontrol atau bahkan menyakiti pasangan mereka.
Dilansir dari Very Well Mind, Selasa (13/6/2023), perilaku love bombing menjadi salah satu bentuk pelecehan emosional secara umum terjadi pada kasus kekerasan dalam rumah tangga. Pelaku kekerasan akan melakukan kekerasan pada pasangan, setelah itu meminta maaf dan berkata bahwa mereka mencintai pasangan mereka.
Pelaku love bombing juga menggunakan taktik dramatis untuk mendapat kembali kepercayaan pasangan agar tetap dalam hubungan tersebut.
Hal ini berbahaya karena pelaku love bombing membutuhkan kontrol dan siklus yang sama dan berulang. Mereka tidak akan mengubah perilaku kasar mereka dan hal ini membuat Anda mungkin dalam bahaya.
Tahapan Love Bombing yang Harus Diketahui dan Dihindari
Idealisasi
Perilaku love bombing memang terasa begitu menyenangkan yang membuat Anda terlena. Rasanya menyenangkan. Rasanya menyenangkan jika otak mendapat hormon dopamine, sebuah zat kimia yang dapat meningkatkan sensasi yang menyenangkan yang dilepaskan oleh otak Anda.
Namun dalam fase pertama, adanya idealisasi. Pelaku love bombing akan menempatkan Anda dalam posisi yang tidak menyenangkan. Dalam fase ini, mereka terkadang berhenti melakukan love bombing, dan melakukannya kembali.
Hal ini akan membuat Anda bingung dan tidak paham, Anda ingin mendapat kejelasan namun untuk meminta kepastian pun terlalu cepat.
Devaluasi
Salah satu tanda yang menunjukkan bahwa Anda sedang mengalami love bombing terjadi selama fase kedua, yaitu tahap devaluasi. Pasangan Anda akan berganti sikap dalam kurun waktu yang dekat. Terkadang, di depan umum mereka akan bersikap seperti seorang penyayang dan penuh kasih, namun berubah menjadi kasar secara pribadi.
Pelaku love bombing sangat mahir dalam menemukan orang-orang yang mudah untuk dimanipulasi, seperti seseorang yang baru saja bercerai, putus cinta, atau bahkan seseorang yang dirasa memiliki harga diri yang rendah.
Advertisement
Menjadi Korban Love Bombing, Apa yang Harus Dilakukan?
Para peneliti menemukan adanya dampak buruk dari perilaku love bombing. Tidak hanya keangkuhan yang merugikan pasangan dan kerabat, tetapi aspek rentan dari narsisme patologis yang meliputi ketidakstabilan, rasa tidak aman, dan kemarahan yang memengaruhi pasangan mereka dengan cara yang berbahaya.
Jika Anda merasa tidak nyaman dan tidak dapat membuat batasan dari perilaku love bombing yang dilakukan seseorang, hubungilah teman atau kerabat dekat Anda. Jika hal tersebut sulit dilakukan, Anda dapat menghubungi konselor kesehatan mental untuk mengatasi hal ini.
Dr. Amy E. Keller, PsyD, MFT, seorang konselor mengatakan, cara mengatasi perilaku love bombing dengan mengetahui harga diri, mencintai diri sendiri, dan tetap membuka mata dalam menjalin sebuah hubungan sehingga Anda tidak terlalu dibutakan dan dapat belajar lebih banyak tentang pasangan Anda.
Pentingnya Menjalin Hubungan Penuh Kasih
Setiap hubungan memiliki caranya sendiri dalam mengekspresikan pengalaman dan kasih sayang terhadap pasangan. Namun, penting untuk memberi penghargaan, dukungan, dan kasih sayang yang tulis antara pasangan.
"Dalam menjalin hubungan, seseorang diperbolehkan untuk berdiskusi tentang perubahan pikiran mereka, meminta waktu, dan menceritakan ketakutan dan kekhawatiran mereka kepada pasangannya. Dengan demikian, diharapkan mereka dapat menemukan solusi bersama," ucap Dr Keller.
Advertisement