Liputan6.com, Jakarta - Saat ini ada begitu banyak platform media sosial yang diminati banyak individu, salah satunya TikTok. Pengguna TikTok pun beragam mulai dari orang dewasa hingga anak-anak. Sayangnya tak semua konten di TikTok baik untuk anak-anak.Â
Misalnya saja seperti video animasi Skibidi Toilet yang sempat viral. Skibidi Toilet merupakan serial YouTube yang telah tersedia sejak Februari. Video Skibidi Toilet sendiri berupa animasi yang menampilkan sebuah kepala dengan mata melotot yang muncul dari dalam lubang toilet.Â
Baca Juga
Namun, Skibidi Toilet telah berkembang menjadi karakter dengan narasi tersendiri dan sepertinya kurang cocok untuk anak-anak. Tapi sayangnya, banyak anak-anak yang lantas menirukan gerakan "Skibidi Toilet" dengan berjongkok, menggerakkan kepala, mata, dan mulut mereka sambil menyanyikan lagu aneh dari video animasi tersebut.
Advertisement
Bagaimana Skibidi Toilet dapat mengganggu tumbuh kembang anak?
Di era digital saat ini, anak-anak tenggelam dalam media yang berlimpah, mulai dari acara televisi dan film hingga video game dan konten online. Meskipun media dapat memberikan manfaat pendidikan dan hiburan, pengaruhnya terhadap perkembangan anak bisa sangat kompleks, dengan potensi dampak positif dan negatif.Â
Dilansir dari Medium, Kamis (16/11/2023), untuk lebih memahami dampak media terhadap perkembangan kognitif, sosial, dan emosional anak-anak, penting untuk mengeksplorasi teori-teori relevan yang menjelaskan hubungan dinamis ini.
Hal ini dihubungkan ke dalam dua teori utama yaitu Teori Pembelajaran Sosial dan Teori Budidaya, untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang bagaimana media dapat memengaruhi perkembangan anak.
Teori Pembelajaran Sosial yang dikembangkan oleh Albert Bandura pada tahun 1960-an menyatakan bahwa anak-anak belajar dengan mengamati dan meniru orang lain di lingkungannya, termasuk anggota keluarga, teman sebaya, dan tokoh media. Konsekuensinya, media dapat membentuk perilaku, sikap, dan keyakinan anak melalui pembelajaran observasional.
Sisi positifnya, program pendidikan dalam bentuk acara TV dan konten online dapat meningkatkan perkembangan kognitif anak dengan meningkatkan keterampilan bahasa, kemampuan memecahkan masalah, dan pengetahuan umum.Â
Selain itu, konten media yang menampilkan interaksi sosial yang positif, empati, dan kerja sama dapat mendorong anak-anak untuk menunjukkan perilaku prososial dalam interaksi di kehidupan nyata.
Dapat meningkatkan perilaku agresif pada anak
Namun, Teori Pembelajaran Sosial juga menyoroti potensi dampak negatif. Paparan konten media yang mengandung kekerasan dapat meningkatkan perilaku agresif dan membuat anak-anak tidak peka terhadap kekerasan.Â
Selain itu, tokoh-tokoh media, baik nyata maupun fiksi, dapat menjadi panutan bagi anak-anak, memengaruhi keyakinan dan perilaku mereka, yang mungkin tidak selalu sejalan dengan norma-norma masyarakat atau nilai-nilai positif.
Lanjut ke Teori Budidaya yang dikembangkan oleh George Gerbner pada tahun 1970an, teori ini berfokus pada efek jangka panjang dari paparan media, khususnya televisi. Menurut teori ini, paparan terus-menerus terhadap pesan media tertentu dapat membentuk persepsi individu terhadap realitas dan memengaruhi sikap serta keyakinan mereka terhadap dunia.
Sisi positifnya, media dapat memaparkan anak-anak pada beragam budaya, perspektif, dan pengalaman, sehingga menumbuhkan toleransi dan kesadaran budaya. Selain itu, paparan konten media secara teratur dapat meningkatkan keterampilan literasi media anak-anak, memungkinkan mereka menganalisis dan menafsirkan pesan-pesan media secara kritis.
Advertisement
Media memainkan peran penting dalam membentuk perkembangan anak
Namun, Teori Budidaya juga menyoroti potensi dampak negatifnya. Penggambaran stereotip yang berulang-ulang di media dapat melanggengkan bias dan memengaruhi persepsi anak-anak terhadap kelompok sosial yang berbeda. Selain itu, iklan komersial dapat mendorong sikap dan nilai-nilai materialistis pada anak-anak, sehingga anak-anak lebih fokus pada harta benda daripada pengalaman bermakna.
Kesimpulannya, media memainkan peran penting dalam membentuk perkembangan anak dan memahami teori yang mendasari pengaruh ini sangatlah penting, terutama bagi orangtua itu sendiri.
Meskipun media dapat menawarkan konten pendidikan yang berharga dan menumbuhkan perilaku sosial yang positif, media juga dapat memaparkan anak-anak pada kekerasan, stereotip, dan materialisme, yang berpotensi berdampak negatif pada perkembangan kognitif, sosial, dan emosional mereka.
Untuk memastikan pengalaman media yang sehat bagi anak-anak, orang dewasa harus terlibat secara aktif dengan mereka, ikut melihat konten media, dan mendorong pemikiran kritis.
Dengan menjaga keseimbangan antara paparan media yang diawasi dan bentuk permainan, pembelajaran, dan interaksi sosial lainnya, pengasuh dapat membantu anak-anak memaksimalkan manfaat media sekaligus meminimalkan potensi dampak negatif terhadap perkembangan mereka.
Viral Skidibi Toilet di YouTube dan TikTok, Apa Itu dan Kenapa Dianggap Bahaya Buat Anak-Anak
Beberapa waktu lalu, perusahaan keamanan siber Kaspersky mengungkap bahwa serial kartun Skibidi Toilet di YouTube jadi tren paling diminati anak-anak di tahun 2023, pada periode Juni hingga Agustus.
Kini banyak yang bertanya-tanya tentang tren Skibidi Toilet di internet. Pasalnya konten ini jadi konten paling banyak disaksikan anak-anak.
Ini merupakan serial kartun yang awalnya diunggah di YouTube Shorts dan dibuat oleh influencer Georgia, DaFuq!?Boom!. Video tersebut dimulai dengan cuplikan video pendek yang merupakan kumpulan sketsa-sketsa abstrak.
Kisahnya berpusat pada karakter utama berwujud kepala yang merangkak keluar dari toilet dan menyanyikan potongan lagu Dom Dom Yes Yesoleh Biser King dan Give it to Me milik Timbaland.
Saat ini Skibidi Toilet jadi serial video viral dengan gaya, plot, dan karakter serta punya fandom sendiri. Masih dari Kaspersky, Skibidi Toilet menghasilkan hampir 9 persen dalam TOP-1000 permintaan pencarian di YouTube.
Advertisement