Liputan6.com, Jakarta - Stres akibat pekerjaan sehari-hari merupakan hal umum yang sering terjadi di kalangan banyak orang. Namun, masalah akan timbul ketika stres tersebut menjadi berlebihan sehingga menimbulkan dampak negatif pada kesehatan fisik dan mental. Jika tidak segera diatasi, hal ini akan berkembang menjadi burnout.
Menurut survey tahun 2022 dari McKinsey Health Institute, lebih dari seperempat karyawan di Amerika Serikat mengatakan bahwa mereka sering mengalami gejala burnout atau kelelahan akibat pekerjaan. Hal serupa terjadi sepanjang tahun 2023, menurut laporan Gallop.
Baca Juga
Dilansir dari Woman Health pada Rabu (20/12/2023), burnout merupakan keadaan di mana seseorang yang mengalami kelelahan fisik dan emosional, terutama terkait dengan pekerjaan atau tuntutan hidup yang terus-menerus, kata Sarah Sarkis, PsyD, direktur senior psikologi kinerja di Exos.
Advertisement
Jika stres yang berhubungan dengan pekerjaan tidak dikelola secara teratur, hal ini dapat menimbulkan konsekuensi fisik, mental, dan kognitif yang buruk sehingga dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan seseorang seperti pekerjaan dan hubungan interpersonal dengan orang lain.
“Ketika tingkat aktivitas yang Anda lakukan melampaui energi, Anda akan mengalami stres yang tinggi. Ketika stres yang tinggi terjadi terus-menerus dalam hidup Anda, ada efek akumulasi gejala yang dapat menyebabkan kelelahan karena Anda mendahulukan kebutuhan orang lain daripada diri Anda sendiri,” kata Monica Vermani, PhD, seorang psikolog berlisensi, penulis, dan anggota College of Psychologist of Ontario.
5 Gejala Burnout yang Harus di Waspadai
Penting untuk mengetahui gejala burnout untuk mencegah dan mengatasi masalah tersebut dengan lebih efektif. Berikut 5 gejala burnout yang harus Anda waspadai:
1. Insomnia. Burnout dapat menyebabkan insomnia yang mencakup gangguan tidur dan kesulitan untuk tertidur, sehingga hal ini dapat menyebabkan seseorang mengalami kelelahan fisik.
2. Sakit dan Nyeri. Burnout akan menimbulkan beberapa tanda seperti sakit kepala atau migrain, ketegangan otot, atau ketidaknyamanan fisik lainnya.
3. Masalah Pencernaan. Tahap awal gejala burnout ditandai dengan mual, sembelit, dan diare. Monica Vermani, seorang psikolog klinis juga menambahkan bahwa sakit perut dan gejala terkait gangguan pencernaan juga umum terjadi.
4. Kabut Otak. Kabut otak merupakan gejala yang paling umum muncul. Kabut otak merupakan keadaan di mana seseorang mengalami kesulitan dalam memfokuskan sesuatu, melemahnya kinerja kognitif, atau bahkan sulit untuk mengingat sehingga mengalami kebingungan pikiran.
5. Berkurangnya Rasa Pencapaian. Anda mungkin akan mulai merasa bahwa upaya Anda tidak membuahkan hasil, yang dapat menyebabkan rasa tidak berdaya atau kurangnya motivasi. Akibatnya, Anda mungkin menarik diri dari tanggung jawab dan mengisolasikan diri dari lingkungan.
Advertisement
Cara Mencegah Burnout
Ada banyak cara yang dapat Anda lakukan untuk mencegah burnout. Dalam ruang lingkup pekerjaan, Anda dapat mencoba untuk mengambil tindakan aktif untuk menciptakan lingkungan kerja yang mendorong diri Anda dan orang lain untuk memprioritaskan kesejahteraaan mereka.
Sarah Sarkis, PsyD, seorang direktur senior psikologi kinerja di Exos menyarankan untuk berlatih menetapkan batasan sejak dini dan berani untuk mengatakan “tidak” pada sesuatu yang tidak perlu dilakukan. Tentu, hal ini lebih mudah diucapkan daripada dilakukan. Langkah pertama yang dapat Anda lakukan adalah memperjelas batasan apa yang ingin Anda mulai tetapkan, dan bersiaplah untuk menjelaskan secara spesifik kebutuhan Anda.
Selain itu, berolahraga secara teratur setelah bekerja juga dapat menghilangkan stres. Anda juga perlu kembali untuk membiasakan makan teratur dan istirahat malam yang cukup. Jika Anda membutuhkan dukungan tambahan, jangan takut untuk menghubungi teman, keluarga, kolega, atau bahkan terapis.
Apa yang Terjadi Jika Burnout Tidak Ditangani?
Jika Anda tidak mengambil tindakan untuk mengatasi burnout yang Anda alami, gejala tersebut mungkin akan semakin parah. Mengabaikannya dapat menyebabkan beberapa hal seperti serangan panik, penurunan kinerja pekerjaan, penambahan atau penurunan berat badan, ketegangan jangka panjang, dan menyebakan imunitas rendah. Ada juga kemungkinan yang menyebabkan komplikasi mental lainnya.
“Jika burnout tidak diobati dalam jangka waktu yang lama, hal ini dapat bermutasi menjadi gangguan kejiwaan dan penyakit lain seperti depresi klinis, yang membuat orang berisiko lebih tinggi untuk bunuh diri.” jelas Sarkis, seorang direktur senior psikologi kinerja di Exos.
Advertisement