Liputan6.com, Jakarta Di bagian selatan Provinsi Yunnan, Tiongkok, suatu penemuan menarik telah mengejutkan kalangan ilmuwan ketika ular baru muncul di atas pohon setinggi 2 kaki. Spesies yang ditemukan baru ini dinamai Pareas guanyinshanensis atau lebih dikenal sebagai ular pemakan siput Guanyinshan, dan segera menjadi pusat perhatian dalam penelitian intensif.
Dikutip dari situs berita Newsweek, ular tersebut memiliki tubuh yang memanjang, moncong lebar dan tumpul, serta menampilkan warna yang unik seperti 'merah kekuningan atau coklat kekuningan' di bagian kepala. Tak hanya itu, perut dan ekornya juga menunjukkan warna mencolok seperti kuning merah muda. Temuan ini terperinci dalam suatu penelitian yang diterbitkan di jurnal Animals yang dapat diakses secara terbuka pada akhir pekan.
1. Memiliki Kebiasaan Khusus
Kelompok ular ini termasuk dalam spesies yang sangat khusus dalam hal pilihan makanan, yaitu hanya memakan siput atau siput,' demikian disebutkan dalam penelitian tersebut. 'Kebiasaan khusus ini memberikan mereka keunggulan yang signifikan di dalam niche tersebut, menyebabkan penyebaran mereka mencakup wilayah yang luas, mulai dari Sundalandia hingga ke India timur laut dan selatan Tiongkok. Seiring berjalannya waktu, kelompok ini berevolusi menjadi berbagai spesies yang berbeda.
Advertisement
2. Penelitian Awal
Newsweek menghubungi penulis penelitian melalui email untuk mendapatkan komentar terkait penemuan spesies ular terbaru. Para ilmuwan, yang telah melakukan penelitian lapangan selama empat tahun sejak 2019, awalnya berusaha mengumpulkan sampel yang serupa dengan Pareas hamptons, jenis ular pemakan siput.
Namun, mereka menemukan bahwa ular yang berhasil mereka kumpulkan merupakan spesies yang baru. Penangkapan ular-ular tersebut dilakukan secara manual pada malam hari.
"Semua spesimen spesies baru ini ditemukan di dahan kecil atau di tanah di sekitar sungai pada malam hari, berdekatan dengan hutan dan lahan pertanian," ungkap penelitian tersebut.
Dalam gambar-gambar penelitian, warna ular tersebut terlihat berwarna coklat dengan garis-garis hitam. Penulis penelitian menjelaskan bahwa nama spesies ular yang baru ditemukan ini diambil dari Cagar Alam Provinsi Guanyinshan, lokasi penemuan ular tersebut, yang juga menjadi satu-satunya habitat yang teridentifikasi bagi spesies ini. Penemuan ini memberikan wawasan baru mengenai keanekaragaman hayati di wilayah tersebut dan menekankan pentingnya melindungi habitat alam untuk spesies yang masih belum dijelajahi.
3. Ratusan Spesies Baru Ditemukan Setiap Tahun
Newsweek melaporkan penemuan ular baru yang tersembunyi di hutan awan Ekuador. Ular ini dikenal sebagai Ular Kopi Tudor atau Ninia guytudori, dinamai sebagai penghormatan kepada ilustrator naturalis Guy Tudor.
Pada bulan Desember, ilmuwan menemukan enam spesies laba-laba baru, termasuk yang satu ditemukan di pembangkit listrik Brasil. Keenam spesies tersebut, yang disebut sebagai 'laba-laba hantu' dalam genus Otoniela, menjadi penemuan yang signifikan karena sebelumnya hanya ada dua spesies dalam genus tersebut. Temuan ini memperlihatkan keberagaman hayati yang belum terungkap di hutan awan Ekuador dan wilayah lain di Amerika Selatan.
Advertisement
Question and Answer
1. Apakah Ular siput berbisa?
Ular siput tidak memiliki bisa dan tidak menimbulkan bahaya bagi manusia. Ular ini berkembangbiak dengan cara bertelur (ovipar) dengan jumlah telur yang dihasilkan berkisar antara 3 hingga 8 butir.
2. Apa saja makanan ular siput?
Makanan utama ular siput adalah siput sesuai dengan namanya. Meskipun beraktivitas di tanah, ular ini juga mampu memanjat tanaman atau vegetasi lainnya.
Advertisement
3. Apakah ular siput menggigit?
Ular siput tidak memiliki bisa dan tidak mampu menggigit manusia. Walaupun demikian, ketika merasa terancam, perilakunya mirip dengan ular berbisa dengan membentuk tubuh membentuk huruf "S" untuk mengintimidasi pengganggu.
4. Ular apa yang paling berbisa?
Ular beludak Russell (Daboia russelii) menyebabkan sebagian besar kematian akibat gigitannya. Spesies ini dianggap sebagai salah satu ular beludak paling mematikan, seperti yang dijelaskan dalam laporan jurnal Toxins 2021.
Advertisement