Memaksimalkan Pertumbuhan Bisnis dengan Model Crowd-Sourcing yang Efektif

PT Global Digital Prima atau dikenal dengan nama GDP Venture menyelenggarakan seminar yang bertajuk “Maximizing Business Growth with an Effective Crowd-Sourcing Model”, untuk menjelaskan bagaimana suatu perusahaan dapat berbisnis dengan melakukan model crowd-sourcing.

oleh Fahmi Zaenal Mutakin diperbarui 13 Jun 2024, 08:04 WIB
Diterbitkan 13 Jun 2024, 08:04 WIB
Ilustrasi riset pasar
Lakukan riset pasar yang mendalam agar bisnis yang hendak dijalankan dapat menyasar target yang tepat. (Foto: Pexels/fauxels)

Liputan6.com, Jakarta Pada tanggal 6 Juni 2024, PT Global Digital Prima atau dikenal dengan nama GDP Venture menyelenggarakan seminar yang bertajuk “Maximizing Business Growth with an Effective Crowd-Sourcing Model”, bersama tiga narasumber yang merupakan CEO dari perusahaan SweetEscape bernama David Soong, CEO dari perusahaan Dekoruma bernama Dimas Harry Priawan, dan CEO dari perusahaan Garasi.id yang bernama Ardyanto Alam.

Dalam seminar ini mereka memfokuskan bagaimana perusahaan mereka telah menggunakan bisnis bermodelkan crowd-sourcing tersebut.

Bisnis dengan menggunakan metode crowd-sourcing ini biasanya mengandalkan kontribusi dari banyak orang yang sesuai dengan apa yang dibutuhkan perusahaan. Model ini tentunya berbeda dari metode tradisional di mana tugas-tugas yang biasanya diselesaikan oleh karyawan internal atau kontraktor.

Dengan crowd-sourcing, perusahaan dapat mengakses berbagai bakat, ide, dan sumber daya dari masyarakat luas, yang sering kali membawa perspektif dan solusi yang lebih inovatif.

Keuntungan utama dari model crowd-sourcing adalah efisiensi biaya. Dengan memanfaatkan tenaga kerja eksternal, perusahaan dapat mengurangi biaya yang biasanya terkait dengan mempekerjakan karyawan tetap atau kontraktor.

Selain itu, crowd-sourcing memungkinkan akses ke talenta global, yang berarti perusahaan dapat menemukan solusi dari individu dengan berbagai latar belakang dan keahlian yang mungkin tidak tersedia di dalam perusahaan mereka.

Ardyanto Alam juga menjelaskan bahwa untuk keberlanjutan perusahaan dalam model crowd-sourcing adalah dengan melatih tenaga kerja eksternal tersebut untuk memastikan kontribusi yang dihasilkan berkualitas tinggi dan sesuai dengan standar perusahaan.

Dimas Harry Priawan menambahkan bahwa model crowd-sourcing juga dapat meningkatkan keterlibatan dan loyalitas pelanggan, ia memberikan contoh dimana perusahaan Dekoruma yang memiliki jasa desain interior, mereka telah  melibatkan pelanggan dalam proses desain dan juga solusi yang sesuai dengan para pelanggan inginkan, sehingga perusahaan tidak hanya mendapatkan ide-ide segar tetapi juga membangun hubungan yang lebih kuat dengan basis pelanggan mereka.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Bagaimana cara menerapkan model crowd-sourcing dengan efektif?

Seminar GDP Venture
Jajaran para narasumber dalam seminar yang diselenggarakan oleh GDP Venture bertajuk "Maximizing Business Growth with an Effective Crowd-Sourcing Model" (Foto:Liputan6.com/Fahmi Zaenal Mutakin)

Untuk menerapkan crowd-sourcing dengan efektif, perusahaan harus memiliki tujuan yang jelas dan spesifik, memilih platform yang sesuai untuk menjangkau dan berinteraksi dengan target partisipan, serta menerapkan aturan yang jelas mengenai penggunaan kontribusi dan hak kepemilikan intelektual.

Keamanan dan privasi data harus dijamin untuk melindungi informasi para partisipan.

Komunikasi hasil kepada para partisipan sangat penting untuk membangun kepercayaan dan meningkatkan keterlibatan mereka.

Evaluasi dan pengoptimalan berkelanjutan dari proses crowd-sourcing juga diperlukan untuk memastikan adaptasi dan peningkatan strategi berdasarkan umpan balik dan hasil yang diperoleh.


Tidak semua jenis perusahaan bisa menggunakan crowd-sourcing, mengapa demikian?

Seminar GDP Venture
Tampak para narasumber sedang menjelaskan bagaimana perusahaan bisa dilakukan dengan bisnis yang bermodelkan crowd-sourcing. (Foto:Liputan6.com/Fahmi Zaenal Mutakin)

Dikarenakan beberapa industri atau jenis produk memerlukan keahlian khusus, pemahaman mendalam, atau standar keamanan yang tinggi yang sulit dicapai melalui crowd-sourcing.

Misalnya, industri seperti farmasi, kedirgantaraan, atau manufaktur perangkat medis memerlukan kepatuhan ketat terhadap regulasi dan standar keamanan yang mungkin tidak bisa dipenuhi oleh tenaga kerja eksternal yang tersebar.

Dimas juga menambahkan bahwa projek yang memerlukan koordinasi tinggi, integrasi yang ketat antarbagian, atau pemahaman mendalam tentang visi dan tujuan perusahaan mungkin lebih efektif dikerjakan oleh tim internal yang sudah memiliki konteks dan pengalaman yang relevan.

Projek-projek yang lebih cocok untuk crowd-sourcing biasanya adalah yang bisa dibagi menjadi tugas-tugas kecil yang mandiri.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya