Mbah Moen Ungkap Kunci Surga di Akhir Zaman, Inilah yang Harus Dilakukan

Ulama kharismatik Nahdlatul Ulama, KH Maimoen Zubair atau Mbah Moen semasa hidupnya pernah membahas kunci seseorang bisa masuk surga di akhir zaman.

oleh Silvia Estefina Subitmele Diperbarui 27 Mar 2025, 09:14 WIB
Diterbitkan 27 Mar 2025, 09:14 WIB
Mbah Moen Ungkap Kunci Masuk Surga di Akhir Zaman
Mbah Moen mengungkapkan salah satu kunci masuk surga di akhir zaman. (Foto: istimewa, ilustrasi: Liputan6.com/MHT)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Ulama kharismatik Nahdlatul Ulama, KH Maimoen Zubair atau Mbah Moen semasa hidupnya pernah membahas kunci seseorang bisa masuk surga di akhir zaman. Namun sebelum itu, Mbah Moen mengutip hadis tentang masuk surga hanya sekadar melihat wajah Rasulullah SAW

“Melihat wajah Rasulullah itu bisa menjadikan sebab masuk surga. (Dalam hadis) barang siapa yang melihatku maka akan masuk surga,” kata Mbah Moen dikutip dari YouTube ppalanwarsarang.

“Itu Allah yang menciptakan seperti itu. Barang siapa yang melihatku (nabi) pasti masuk surga. Sampai hari kiamat masuk surga,” Mbah Moen menegaskan.

Oleh karena itu, jalan orang masuk surga di zaman Nabi Muhammad SAW adalah yang melihat wajahnya. Tentunya mereka yang beriman kepada Allah SWT dan rasul-Nya.

“Setelah nabi wafat melihat sahabatnya. Tapi setelah zaman nabi tidak cukup melihat saja, tapi harus ngaji. Jadi, walaupun kamu melihatku wajahku tapi tidak mengaji denganku ya tidak bisa. Itu bedanya. Kalau melihat nabi tidak usah ada syarat ngaji,” kata Mbah Moen.

Simak informasi lebih lengkap yang dirangkum pada Kamis (27/3/2025).

Promosi 1

Penjelasan Menurut Mbah Moen

Maemoen Zubair
Maemoen Zubair atau dikenal Mbah Moen wafat di Makkah (Foto: nu.or.id).... Selengkapnya

Mbah Moen menuturkan, jika seseorang ngaji berarti masih ada jalan menuju surga. Katanya, sekolah tinggi-tinggi tapi tidak ngaji sulit masuk surga.

“Jadi jalannya surga itu ngaji,” imbuhnya.

Mbah Moen menekankan muslim yang hidup di akhir zaman harus mengaji dengan guru yang sanadnya sampai ke sahabat dan Rasulullah SAW. Jika banyak orang yang tidak ngaji, maka kiamat sudah dekat.

“Semua orang harus ngaji secara berurutan sampai sanadnya ke sahabat dan juga sambil melihat wajah kiainya. Kalau gak mau lihat hati hati,” tuturnya.

“Karena itu hampir datang kiamat kalau tidak ada orang ngaji. Karena sudah tidak ada urut-urutan bisa melihat wajah nabi,” sambung Mbah Moen.

Mbah Moen mengungkap ia belajar agama yang sanad ilmunya sampai ke Rasulullah SAW. Ia ngaji langsung melihat wajah guru-gurunya.

“Saya melihat wajah guru saya Sayyid Muhammad Alawy Al Maliki Al Hasani. Sayyid muhammad melihat wajah gurunya yaitu ayahnya Sayyid Alawy. Sayyid Alawy melihat wajah gurunya Sayyid Abbas. Sayyid Abbas melihat gurunya yaitu Syaikh Zaini Dahlan, seterusnya sampai ke Nabi Muhammad SAW,” bebernya. 

“Saya punya riwayat (sanad) melihat guru ini banyak. Saya juga melihat ayah saya. Ayah saya melihat gurunya sampai ke Kanjeng Nabi. Saya juga melihat guru saya Sayyid Alawy sampai ke Kanjeng Nabi. Saya melihat Syekh Yasin sampai ke Kanjeng Nabi,” sebutnya.

Jadi, guru-guru yang menjaga sanadnya itu menjadi penyambung murid-muridnya sampai ke Rasulullah SAW.

Mbah Moen mengatakan, akhir zaman nanti akan sama seperti yang terjadi di awal zaman nabi. Dulu, orang-orang kafir tidak mau melihat wajah Nabi Muhammad SAW dan menjauhi peringatan. Mereka selalu lari. Ini sebagaimana termaktub dalam Al-Qur’an surah Al-Muddatstsir ayat 50-52.

“Sekarang juga seperti itu, disuruh ngaji pada tidak mau. Semua orang lari dari kiai,” katanya.

“Di hadis dijelaskan bahwa nanti akan ada zaman di mana umatku pada lari dari ulama, disuruh ngaji tidak mau,” lanjutnya mengutip hadis nabi.

Menurut Mbah Moen, jika ingin ‘alim maka ngajinya harus membawa kitab dan menulis. Kata Imam Syafi’i, “Ilmu bagai buruan, menulis bagaikan tali. Ikatlah buruanmu dengan tali yang kuat.”

“Jadi ngaji bisa 'alim itu kalau bawa kitab. Kalau tidak bawa kitab nanamna ngajinya jin. Disuruh bawa kitab tidak mau. Maunya hanya mendengarkan saja, ngaji seperti itu ngajinya jin,” pungkas Mbah Moen.

3 Kunci Utama Pintu Surga

Berdasarkan beberapa matan hadits terdapat tiga kunci utama untuk membuka pintu-pintu surga sebagai barikut:

1. Pertama, bersaksi tiada Tuhan selain Allah.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مِفْتَاحُ اْلجَنَّةِ شَهَادَةٌ أَنْ لَا إِلهَ إلَّا الله

Artinya, “Kunci surga adalah bersaksi Tiada Tuhan Selain Allah” (HR. Ahmad).

Dr. Muhammad Taqiyuddin al-Hilali as-Subki dalam kitabnya berjudul Hukmu Tarikis Shalati ‘Amadan Hatta Yakhruja Waktuha (1982:15) memberikan penjelasan terkait dengan hadits di atas sebagai berikut:

فَاِنَّ الشَّهَادَةَ أَصْلُ اْلمِفْتَاحِ

Artiya: “Sesungguhnya bersaksi (bahwa tiada Tuhan selain Allah) merupakan fondasi kunci.”

Bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah menjadi dasar pertama apakah seseorang akan dapat masuk surga atau tidak. Tanpa amal batiniah yang disebut tauhid ini semua amal kebaikan manusia tidak ada artinya dalam kaitannya dengan keselamatan di akhirat. Ia tidak akan masuk surga karena surga hanya diperuntukkan bagi orang-orang yang bersaksi dengan sepenuh keyakinan bahwa Allah adalah Tuhan satu-satunya.

2. Kedua, menegakkan shalat.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مِفْتَاحُ اْلجَنَّةِ اَلصّلَاةُ

Artinya: “Kunci surga adalah menegakkan shalat”

(Dari Jabir bin Abdillah RA). Shalat adalah kunci utama kedua setelah syahadat. Ia merupakan amal lahiriah sekaligus merupakan perwujudan iman kepada Allah subahanu wa ta’ala. Dr. Muhammad Taqiyuddin al-Hilali as-Subki selanjutnya memberikan penjelasan tentang hubungan shalat dengan syahadat sebagai berikut:

وَالصَّلَاةُ وَبَقِيَّةُ اْلاَرْكَانِ اَسْنَانُهُ الَّتِيْ لاَ يَحْصُلُ اْلفَتْحُ اِلَّا بِهَا

Artinya: “Shalat dan masing-masing rukunnya merupakan gigi-gigi kunci yang memungkinkan terbukanya (pintu surga).”

Rasulullah shallahu alaihi wa sallam juga menjelaskan dalam sebuah haditsnya tentang pentingnya shalat dalam hubungannya dengan keselamatan seseorang di hari Kiamat karena shalat adalah amal jasmaniah pertama yang akan dihisab sebagai berikut:

أَوَّلُ مَا يُحَاسَبُ عَلَيْهِ اْلعَبْدُ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ اَلصَّلَاةُ، فَإِنْ صَلَحَتْ صَلَحَ سَائِرُ عَمَلِهِ وَإنْ فَسَدَتْ فَسَدَ سَائِرُ عَمَلِهِ

Artinya: “Amal pertama kali seorang hamba akan dihisab di hari Kiamat adalah shalat. Apabila shalatnya baik, maka baiklah seluruh amalnya. Dan jika shalatnya buruk, rusaklah semua amalnya.” (HR. at-Thabrani). Shalat memiliki pengaruh kuat terhadap amal-amal seseorang di luar shalat. Jika shalatnya baik, maka baiklah seluruh amal lainnya. Artinya jika shalat dikerjakan dengan baik sesuai dengan ketentuan-ketentuan hukum dan adab yang berlaku, tentulah shalatnya akan diterima oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Hal ini berpengaruh positif terhadap amal-amal seseorang di luar shalat. Jika shalatya buruk, maka seluruh amal lainnya juga buruk.

3. Ketiga, mencintai fakir miskin.

Rasulullah shallallahu ‘alaih wa sallam bersabda:

وَمِفْتَاحُ اْلجَنَّةِ حُبُّ اْلمَسَاكِيْنِ وَاْلفُقَرَاءِ

Artinya, “Dan kunci surga adalah mencinta fakir-miskin.”

(Dari Ibnu Umar R.A) Mencintai fakir miskin merupakan kunci surga yang mewakili ibadah sosial dalam ranah akhlak. Al-Qur’an menyebut orang-orang yang tidak peduli terhadaap anak yatim dan fakir- miskin sebagai para pendusta agama.

رَأَيْتَ الَّذِي يُكَذِّبُ بِالدِّينِ (١) فَذَلِكَ الَّذِي يَدُعُّ الْيَتِيمَ (٢) وَلَا يَحُضُّ عَلَى طَعَامِ الْمِسْكِينِ

Artinya: “Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.” (QS. Al-Ma’un: 1-3)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya