Gus Baha Merasa Mbah Moen Masih Hidup, Begini Kisahnya

Gus Baha menjelaskan bahwa selain kepada Mbah Moen perasaan itu juga ia rasakan terhadap ayahnya sendiri. Bagi Gus Baha, kecintaan kepada orang-orang alim tidak berhenti hanya karena mereka telah wafat.

oleh Liputan6.com Diperbarui 20 Mar 2025, 03:30 WIB
Diterbitkan 20 Mar 2025, 03:30 WIB
Gus Baha dan Mbah Moen
Kolase Gus Baha dan Mbah Moen. (Istimewa dan NU Online)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Ulama alim alamah asal Rembang KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau yang akrab disapa Gus Baha mengungkapkan bahwa dirinya masih merasa Mbah Moen atau KH Maimoen Zubair belum meninggal dunia.

Hal ini bukan tanpa alasan, melainkan didasarkan pada perasaan cinta yang begitu mendalam terhadap sosok ulama besar yang juga merupakan gurunya tersebut.

Dalam sebuah ceramah, Gus Baha menjelaskan bahwa perasaan itu juga ia rasakan terhadap ayahnya sendiri. Bagi Gus Baha, kecintaan kepada orang-orang alim tidak berhenti hanya karena mereka telah wafat.

"Saya sampai sekarang merasa Mbah Moen tidak meninggal. Saya juga merasa bapak saya tidak meninggal," ujar Gus Baha dalam ceramahnya.

Menurut ulama ahli tafsir ini, ketika seseorang sangat mencintai seorang alim, maka perasaan kehilangan itu tidak benar-benar ada. Hal ini karena hubungan batin antara murid dan guru tetap terjaga meskipun secara fisik sudah tiada.

Lebih lanjut, Gus Baha menghubungkan hal ini dengan bagaimana Rasulullah menghadapi ajalnya. Menurutnya, Rasulullah sangat rileks dan tidak merasa cemas sedikit pun menjelang wafat.

Kisah ini dikutip dari sebuah tayangan video pendek di kanal YouTube @masnawir. Dalam video tersebut, Gus Baha mengutip bagaimana Rasulullah menenangkan para sahabatnya sebelum wafat.

Rasulullah bersabda bahwa kehidupannya adalah sesuatu yang baik, dan wafatnya pun tetap dalam keadaan baik. Jika masih hidup, maka bisa terus mengajarkan sunnah dan tradisi yang benar.

 

Promosi 1

Simak Video Pilihan Ini:

Sosok Mbah Moen

Syaikhona KH Maimoen Zubair atau Mbah Moen. (Foto: PP Al Anwar Sarang)
Syaikhona KH Maimoen Zubair atau Mbah Moen. (Foto: PP Al Anwar Sarang)... Selengkapnya

Namun, jika sudah wafat, maka Rasulullah berada dekat dengan Allah. Bahkan, amal perbuatan umatnya diperlihatkan kepadanya setiap saat.

"Kalau amal kamu baik, saya akan memuji Allah. Tapi kalau amal kamu buruk, saya langsung mintakan ampun kepada Allah," kata Gus Baha mengutip sabda Rasulullah.

Dari penjelasan ini, Gus Baha menekankan bahwa Rasulullah begitu rileks menghadapi wafat karena sudah mengetahui posisinya di sisi Allah.

Begitu pula dengan para ulama besar seperti Mbah Moen. Kehidupan mereka di dunia adalah penuh manfaat, dan setelah wafat pun, keberkahan mereka tetap dirasakan oleh umat.

KH Maimun Zubair atau Mbah Moen adalah guru dari Gus Baha. Sosoknya dikenal sebagai ulama kharismatik yang dihormati banyak kalangan, baik di dalam maupun luar negeri.

Gus Baha merupakan salah satu murid kesayangan Mbah Moen. Dalam banyak kesempatan, ia sering mengutip wejangan dan pelajaran yang ia dapatkan selama berguru kepada ulama besar tersebut.

Mbah Moen mendirikan Pesantren Al-Anwar pada tahun 1965. Pesantren ini menjadi rujukan utama bagi para orang tua yang ingin anaknya mendalami kitab kuning dan turats.

Keilmuan dan kebijaksanaan Mbah Moen membuatnya disegani oleh banyak ulama. Bahkan, keberkahannya masih terus dirasakan hingga kini, meskipun ia telah wafat.

Salah satu bukti keberkahan Mbah Moen adalah saat makamnya di Arab Saudi dibongkar, jasadnya masih dalam keadaan utuh. Hal ini semakin memperkuat keyakinan banyak orang tentang kemuliaan beliau di sisi Allah.

Menurut Gus Baha, kecintaan terhadap ulama tidak boleh berhenti hanya karena mereka sudah wafat. Justru, semakin kuat cinta itu, maka semakin terasa keberadaannya dalam kehidupan sehari-hari.

Begini Jika Mencintai Orang Alim

Gus Baha
Gus Baha (TikTok)... Selengkapnya

"Ketika kita cinta dengan orang alim, maka perasaan kita akan terus merasakan mereka ada. Sebab, mereka juga mencintai kita, baik ketika hidup maupun setelah wafat," ucapnya.

Hal ini juga menjadi pengingat bahwa hubungan antara guru dan murid tidak terputus hanya karena kematian. Doa dan amal baik tetap bisa menjadi penghubung antara yang hidup dan yang telah tiada.

Gus Baha juga menjelaskan bahwa umat Islam harus belajar dari ketenangan Rasulullah saat menghadapi kematian. Sebab, kematian bukanlah akhir, melainkan awal dari kehidupan yang sebenarnya di sisi Allah.

Oleh karena itu, rasa kehilangan yang berlebihan seharusnya tidak mendominasi. Sebaliknya, justru harus semakin memperkuat keyakinan bahwa orang-orang alim tetap ada dalam doa dan hati umatnya.

Gus Baha mengajak umat Islam untuk terus mendoakan para ulama yang telah wafat. Sebab, dengan begitu, hubungan batin akan tetap terjaga.

Selain itu, umat Islam juga diminta untuk meneladani ajaran para ulama agar keberkahan mereka tetap hidup dalam kehidupan sehari-hari.

Melalui ceramahnya, Gus Baha ingin menyampaikan bahwa orang-orang yang dicintai karena ilmu dan amalnya tidak benar-benar pergi. Mereka tetap hadir melalui warisan ilmu, doa, dan keberkahan yang terus mengalir.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya