Keistimewaan Hari Selasa Menurut Mbah Moen, Hingga Wafat di Hari yang Sama

Selain tiga hari tersebut, umat Islam juga banyak yang mengistimewakan hari lainnya. Salah satunya ulama kharismatik KH Maimoen Zubair atau Mbah Moen yang selalu mengistimewakan hari Selasa.

oleh Silvia Estefina Subitmele Diperbarui 25 Mar 2025, 14:26 WIB
Diterbitkan 25 Mar 2025, 13:53 WIB
mba moen
Ketua Majelis Syariah Partai Persatuan Pembangunan (PPP) KH Maimun Zubair atau Mbah Moen.... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Dalam ajaran Islam, setiap hari memiliki makna dan keistimewaan tersendiri. Namun, tidak semua umat Muslim menyadari keutamaan hari-hari tersebut. Di antara hari yang sering dianggap istimewa adalah Senin, Kamis dan Jumat. Hari Senin dikenal sebagai hari lahir dan wafatnya Nabi Muhammad SAW. Selain itu, hari ini juga memiliki keutamaan lain, seperti dianjurkannya puasa sunnah, diturunkannya Al-Qur’an, serta dibukakannya pintu surga. Oleh karena itu, banyak umat Islam yang mengkhususkan hari Senin dengan menjalankan ibadah puasa.

Sementara itu, hari Kamis juga memiliki keistimewaan tersendiri. Pada hari ini, pintu surga kembali dibuka, amal perbuatan manusia diangkat, dan Rasulullah SAW kerap melakukan perjalanan. Banyak Muslim yang menghidupkan hari Kamis dengan berpuasa sebagai bentuk ibadah tambahan. Adapun Jumat dikenal sebagai sayyidul ayyam atau rajanya hari. Pada hari ini, Allah SWT menciptakan Nabi Adam, mengeluarkannya dari surga ke bumi, serta menetapkan waktu mustajab untuk berdoa. Oleh sebab itu, umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak ibadah dan amalan baik pada hari Jumat.

Selain ketiga hari tersebut, beberapa umat Islam juga memiliki pandangan khusus terhadap hari-hari lainnya. Salah satu contohnya adalah ulama besar KH Maimoen Zubair atau Mbah Moen, yang sangat mengistimewakan hari Selasa. Bahkan, beliau memiliki harapan untuk wafat pada hari tersebut. Keinginannya pun terkabul, Mbah Moen berpulang di Tanah Suci pada hari Selasa, 6 Agustus 2019 saat menjalankan ibadah haji.

Lantas, mengapa Mbah Moen mengistimewakan hari Selasa? Simak informasi lebih lengkap yang dirangkum pada Selasa (25/3/2025).

Misteri Hari Selasa Menurut Mbah Moen

Syaikhona KH Maimoen Zubair atau Mbah Moen. (Foto: PP Al Anwar Sarang)
Syaikhona KH Maimoen Zubair atau Mbah Moen. (Foto: PP Al Anwar Sarang)... Selengkapnya

Almaghfurlah Mbah Moen pernah mengatakan, Selasa adalah hari didirikannya Pondok Pesantren Sarang Karangmangu, Rembang. Menurut riwayat, pesantren tersebut pertama kali berdiri pada tahun 1800-an.

Di pesantren tersebut, setiap hari Selasa ngajinya libur. Ini bukan karena pesantren itu berdiri pada hari Selasa, melainkan karena keistimewaan di baliknya.

“Sebab hari Selasa ini, hari yang menurut nenek saya mulai dari nenek yang keempat sampai ayah saya, ibu saya, itu kalau meninggal itu kok hari Selasa,” kata Mbah Moen dikutip dari YouTube NU Online.

“Ini saya cerita yang apa sudah mengerti atau belum, sampai kakek saya Kiai Ahmad. Tidak hanya di Sarang saja. Zaman saya di Makkah juga, kiai-kiai kalau wafatnya hari Selasa,” lanjut Mbah Moen.

Terkait keistimewaan hari Selasa, Mbah Moen mengutip potongan ayat 10 dari surah Fussilat. 

فِيْٓ اَرْبَعَةِ اَيَّامٍۗ سَوَاۤءً لِّلسَّاۤىِٕلِيْنَ…

Menurut Mbah Moen, yang dimaksud empat hari dalam ayat tersebut adalah Ahad, Senin, Selasa, dan Rabu. Hari Selasa, lanjut Mbah Moen, Allah menciptakan segala ilmu apa saja yang ada di dunia ini. Itu sesudah tahapan pertama pada hari Ahad dan Senin. 

“Kemudian Allah sebelum melanjutkan itu, sebelumnya Allah menerangkan ilmu-ilmu dan apa yang ada di dunia ini pada hari Selasa. Jadi sampai di Sarang ini diwajibkan harus libur kalau ngaji. Kalau sekolah nggak usah libur. Jadi saya juga libur Selasa itu," kata Mbah Moen.

Perjalanan Hidup Mbah Moen

Maemoen Zubair
Maemoen Zubair atau dikenal Mbah Moen wafat di Makkah (Foto: nu.or.id).... Selengkapnya

Maimun Zubair yang lebih dikenal sebagai Mbah Moen, lahir pada 28 Oktober 1928 di Karang Mangu, Kecamatan Sarang, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Sejak kecil, ia telah mendapatkan pendidikan agama langsung dari sang ayah, mencakup berbagai disiplin ilmu Islam seperti Shorof, Nahwu, Fiqih, Mantiq, dan Balaghah.

Pada tahun 1945, Mbah Moen melanjutkan pendidikannya di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur. Di sana, ia menimba ilmu di bawah bimbingan KH Abdul Karim (Mbah Manaf) serta mendapat pelajaran dari KH Mahrus Ali dan KH Marzuqi.

Lima tahun kemudian, pada 1950 ia berkesempatan menuntut ilmu di Mekah bersama kakeknya, Ahmad bin Shuaib. Selama dua tahun di Tanah Suci, ia berguru kepada ulama besar, seperti Sayyid Alawi al-Maliki dan Syekh al-Imam Hasan al-Masysyath.

Sekitar tahun 1965, Mbah Moen kembali ke kampung halamannya di Sarang dan mendirikan Pondok Pesantren Al-Anwar. Keberadaan pesantren ini mendapat sambutan baik dari masyarakat setempat, menjadikannya salah satu pusat pendidikan Islam yang berpengaruh.

Pada 6 Agustus 2019, Mbah Moen wafat saat menunaikan ibadah haji di Mekah. Menurut kesaksian seorang jemaah haji asal Tegalrejo bernama Sodikun, sebelum berpulang, Mbah Moen telah merasakan bahwa ajalnya semakin dekat. Ia sempat menyampaikan niatnya untuk tetap tinggal di Mekah hingga tanggal 5, seolah telah mempersiapkan perjalanannya menuju kehidupan akhirat.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya