Citizen6, Bandung: Intesitas hujan yang tinggi di wilayah Lembang, Bandung, Jawa Barat dikeluhkan oleh petani sayur.
Sudah 3 bulan terakhir, hujan yang turun dengan derasnya menyebabkan tanaman yang ditanam petani mengalami pembusukan, akibat hama dan penyakit yang menyerang tanaman pada musim hujan.
Hal ini juga dirasakan oleh petani sayur di wilayah Kecamatan Sumowono yang juga memikul kerugian hingga ratusan rupiah akibat gagal panen yang melanda mereka. Dalam keadaan normal, petani dapat menghasilkan 10 ton per hektar untuk komoditas cabai rawit. Namun, dalam kondisi intensitas hujan yang tinggi, petani hanya menghasilnya 3 ton per hektar.
Tanaman yang rusak karena diguyur hujan yang deras adalah sawi, tomat, cabai, kol, dan daun bawang. Tanaman tersebut rentan dengan intensitas hujan yang tinggi sehingga petani perlu memutar otak untuk menutupi kerugian yang mereka alami.
Petani menyiasati musim yang sedang terjadi saat ini, dengan menanam jenis tanaman yang berbeda secara bergantian, dari terong, cabai dan berikutnya daun bawang. Namun, upaya ini belum dapat menghasilkan keuntungan yang maksimal.
Petani yang mengalami kerugian, kini memerlukan bantuan modal untuk menanam lagi. Selain itu, mereka memerlukan bimbingan serta pengarahan dalam menentukan tindakan yang sebaiknya mereka ambil guna menyesuaikan keadaan dengan musim yang kini sudah tidak dapat diperkirakan lagi, sehingga dapat meringankan beban petani.
Karena itu, petani mengharapkan pemerintah dapat memerhatikan dan membantu keadaan mereka yang sering mereka rasakan jika datangnya intensitas hujan yang tinggi.
Jika pemerintah tidak segera memberikan jalan keluar masalah yang dirasakan oleh petani, maka panen juga berdampak kepada pasokan komoditas sayur di pasaran yang akan mengalami kelangkaan.
Kelangkaan pasokan sayuran akan mempengaruhi tingginya harga komoditas sayuran di pasaran. Seperti pada komoditas cabe rawit yang mengalami peningkatan harga sebesar dari Rp 30 ribu hingga Rp 35 ribu per kilogram, kini sudah mencapai Rp 40 ribu hingga Rp 50 ribu per kilogram. Peningkatan harga ini juga akan merugikan masyarakat sebagai konsumen. (mar)
Penulis
Faiza Libby Shabira Lubis
Jakarta
Baca juga:
LCGC, Pertumbuhan Ekonomi atau Menambah Kemacetan?
Gelombang Nasionalisme Pemuda Indonesia
Otonomi Daerah dan Pemekaran Wilayah yang Kebablasan
Disclaimer:
Citizen6 adalah media publik untuk warga. Artikel di Citizen6 merupakan opini pribadi dan tidak boleh menyinggung SARA. Isi artikel menjadi tanggung jawab si penulisnya.
Anda juga bisa mengirimkan link postingan terbaru blog Anda atau artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas, kesehatan, keuangan, wisata, kuliner, gaya hidup, sosial media, dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com.
Mulai 7 Januari sampai 7 Februari 2014 Citizen6 mengadakan program menulis bertopik dengan tema "Warga Mengadu". Ada hadiah dari Liputan6.com dan Dyslexis Cloth bagi 6 artikel terpilih. Caranya bisa disimak di sini.
Sudah 3 bulan terakhir, hujan yang turun dengan derasnya menyebabkan tanaman yang ditanam petani mengalami pembusukan, akibat hama dan penyakit yang menyerang tanaman pada musim hujan.
Hal ini juga dirasakan oleh petani sayur di wilayah Kecamatan Sumowono yang juga memikul kerugian hingga ratusan rupiah akibat gagal panen yang melanda mereka. Dalam keadaan normal, petani dapat menghasilkan 10 ton per hektar untuk komoditas cabai rawit. Namun, dalam kondisi intensitas hujan yang tinggi, petani hanya menghasilnya 3 ton per hektar.
Tanaman yang rusak karena diguyur hujan yang deras adalah sawi, tomat, cabai, kol, dan daun bawang. Tanaman tersebut rentan dengan intensitas hujan yang tinggi sehingga petani perlu memutar otak untuk menutupi kerugian yang mereka alami.
Petani menyiasati musim yang sedang terjadi saat ini, dengan menanam jenis tanaman yang berbeda secara bergantian, dari terong, cabai dan berikutnya daun bawang. Namun, upaya ini belum dapat menghasilkan keuntungan yang maksimal.
Petani yang mengalami kerugian, kini memerlukan bantuan modal untuk menanam lagi. Selain itu, mereka memerlukan bimbingan serta pengarahan dalam menentukan tindakan yang sebaiknya mereka ambil guna menyesuaikan keadaan dengan musim yang kini sudah tidak dapat diperkirakan lagi, sehingga dapat meringankan beban petani.
Karena itu, petani mengharapkan pemerintah dapat memerhatikan dan membantu keadaan mereka yang sering mereka rasakan jika datangnya intensitas hujan yang tinggi.
Jika pemerintah tidak segera memberikan jalan keluar masalah yang dirasakan oleh petani, maka panen juga berdampak kepada pasokan komoditas sayur di pasaran yang akan mengalami kelangkaan.
Kelangkaan pasokan sayuran akan mempengaruhi tingginya harga komoditas sayuran di pasaran. Seperti pada komoditas cabe rawit yang mengalami peningkatan harga sebesar dari Rp 30 ribu hingga Rp 35 ribu per kilogram, kini sudah mencapai Rp 40 ribu hingga Rp 50 ribu per kilogram. Peningkatan harga ini juga akan merugikan masyarakat sebagai konsumen. (mar)
Penulis
Faiza Libby Shabira Lubis
Jakarta
Baca juga:
LCGC, Pertumbuhan Ekonomi atau Menambah Kemacetan?
Gelombang Nasionalisme Pemuda Indonesia
Otonomi Daerah dan Pemekaran Wilayah yang Kebablasan
Disclaimer:
Citizen6 adalah media publik untuk warga. Artikel di Citizen6 merupakan opini pribadi dan tidak boleh menyinggung SARA. Isi artikel menjadi tanggung jawab si penulisnya.
Anda juga bisa mengirimkan link postingan terbaru blog Anda atau artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas, kesehatan, keuangan, wisata, kuliner, gaya hidup, sosial media, dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com.
Mulai 7 Januari sampai 7 Februari 2014 Citizen6 mengadakan program menulis bertopik dengan tema "Warga Mengadu". Ada hadiah dari Liputan6.com dan Dyslexis Cloth bagi 6 artikel terpilih. Caranya bisa disimak di sini.