Investor Ini Ungkap Pemicu Bitcoin Sempat Menguat di Tengah Geopolitik Rusia-Ukraina

Sejak invasi dimulai Kamis pekan lalu, transaksi pada pertukaran Bitcoin terpusat di rubel Rusia dan hryvnia Ukraina melonjak.

oleh Gagas Yoga Pratomo diperbarui 06 Mar 2022, 08:45 WIB
Diterbitkan 06 Mar 2022, 08:45 WIB
Ilustrasi bitcoin dan ethereum (Foto: Unsplash/Thought Catalog)
Ilustrasi bitcoin dan ethereum (Foto: Unsplash/Thought Catalog)

Liputan6.com, Jakarta - Investor veteran Mark Mobius mengatakan reli Bitcoin yang sempat terjadi dapat dikaitkan dengan orang Rusia yang banyak membeli cryptocurrency.

"Saya tidak akan menjadi pembeli, tetapi jika saya orang Rusia, saya akan menjadi pembeli. Saya akan mengatakan itulah alasan mengapa Bitcoin telah menunjukkan kekuatan sekarang, karena Rusia memiliki cara untuk mendapatkan uang, mengeluarkan kekayaan mereka,” ujar Mobius, dikutip dari CNBC, ditulis Minggu (6/3/2022).

Harga Bitcoin sempat melonjak 10 persen pada Selasa karena sanksi dijatuhkan pada institusi Rusia, termasuk bank, sebagai tanggapan atas invasi negara tersebut ke Ukraina.

Sejak invasi dimulai Kamis pekan lalu, transaksi pada pertukaran Bitcoin terpusat di rubel Rusia dan hryvnia Ukraina melonjak ke level tertinggi dalam beberapa bulan, menurut perusahaan data kripto Kaiko.

Amerika Serikat telah menanggapi serangan tak beralasan Moskow di Ukraina dengan beberapa putaran sanksi terhadap bank-bank Rusia, bank sentralnya, utang negara, Vladimir Putin dan Menteri Luar Negeri Sergey Lavrov.

Selama akhir pekan, AS, sekutu Eropa dan Kanada sepakat untuk memutuskan bank-bank utama Rusia dari sistem pesan antar bank, SWIFT, yang menghubungkan lebih dari 11.000 bank dan lembaga keuangan di lebih dari 200 negara dan wilayah.

Gedung Putih juga mengejar kekayaan pribadi miliarder Rusia, baru-baru ini mengumumkan pembentukan gugus tugas yang akan menargetkan aset menguntungkan mereka, termasuk kapal pesiar dan rumah mewah.

“Jika bukan karena bitcoin, Rusia akan benar-benar bermasalah dengan semua penutupan jalan yang berbeda bagi mereka untuk mentransfer uang,” kata Mobius. 

Ari Redbord dari perusahaan intelijen blockchain TRM Labs, juga mengatakan kepada CNBC pada Selasa, bahwa Rusia akan beralih ke cryptocurrency dalam upaya untuk menghindari sanksi.

Namun, kripto tidak dapat digunakan dalam skala yang mendekati untuk memecahkan masalah sanksi, kata Redbord, yang merupakan kepala urusan hukum dan pemerintahan di perusahaan tersebut.

"Tidak ada likuiditas di sana untuk benar-benar mengurangi apa yang dihadapi Rusia saat ini," ujar dia.

 

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Diversifikasi Portofolio

Ilustrasi Mata Uang Kripto, Mata Uang Digital. Kredit: WorldSpectrum from Pixabay
Ilustrasi Mata Uang Kripto, Mata Uang Digital. Kredit: WorldSpectrum from Pixabay

Redbord juga mengatakan sebagian besar likuiditas ada di bursa kripto besar yang memiliki kontrol kepatuhan yang kuat untuk memantau transaksi yang akan mengajukan laporan aktivitas yang mencurigakan.

Di sisi lain, Mobius mendesak investor untuk mendiversifikasi portofolio mereka dan membeli emas karena ketegangan geopolitik meluas ke pasar.

"Emas adalah tempat yang tepat, seperti yang telah saya sebutkan untuk waktu yang sangat lama, sangat penting untuk memiliki emas fisik,” pungkasnya. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya