Harga Bitcoin Sentuh Rp 1,56 Miliar di Tengah Aksi Borong Institusi

Lonjakan harga Bitcoin bukanlah sesuatu yang terjadi begitu saja, melainkan buah dari adopsi jangka panjang dan kepercayaan publik terhadap aset digital yang semakin besar.

oleh Arthur Gideon Diperbarui 25 Apr 2025, 10:00 WIB
Diterbitkan 25 Apr 2025, 10:00 WIB
Bitcoin
Ilustrasi Bitcoin (iStockPhoto)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Harga Bitcoin kembali menunjukkan kekuatannya dengan menembus angka sekitar USD 93.000 atau sekitar Rp1,56 miliar di pekan ini. Kenaikan harga Bitcoini ini karena aksi borong sejumlah institusi. Kenaikan harga Bitcoin ini menjadi salah satu yang paling ditunggu sejak bulan lalu.

Seperti diketahui, MicroStrategy (Strategy) baru saja memborong 6.556 BTC senilai USD 555,8 juta. Transaksi ini menambah total kepemilikan Bitcoin perusahaan menjadi 538.200 BTC, menjadikannya perusahaan publik dengan kepemilikan Bitcoin terbesar di dunia.

Kembalinya investor institusi menandakan bahwa pasar mulai mengalami rotasi dari aset tradisional menuju aset digital. Sentimen ini diperkuat dengan melemahnya pasar saham akibat ketegangan geopolitik, terutama ketegangan antara Presiden AS Donald Trump dan Ketua The Fed, Jerome Powell.

CEO Indodax Oscar Darmawan menjelaskan, lonjakan harga Bitcoin bukanlah sesuatu yang terjadi begitu saja, melainkan buah dari adopsi jangka panjang dan kepercayaan publik terhadap aset digital yang semakin besar.

“Bitcoin sedang mengalami validasi ulang sebagai aset safe haven. Ketika dunia dihantui inflasi, gejolak geopolitik, dan ketidakpastian suku bunga, justru BTC memperlihatkan ketahanannya. Ini bukan hanya tren, ini pergeseran paradigma,” ujar Oscar dalam keterangan tertulis, Jumat (24/4/2025).

Oscar juga menyoroti bahwa lonjakan harga Bitcoin kali ini tidak didominasi oleh spekulasi ritel semata. Data menunjukkan bahwa investor besar dan institusi menjadi pendorong utama kenaikan harga, yang berarti adopsi Bitcoin sudah memasuki fase kedewasaan baru.

 

Gerak Altcoin

Ilustrasi Kripto. (Foto By AI)
Ilustrasi Kripto. (Foto By AI)... Selengkapnya

Selain itu, ia menambahkan bahwa pergerakan altcoin juga memperlihatkan tren positif meski tidak setinggi Bitcoin. Ethereum naik 13% dalam sepekan terakhir menjadi sekitar USD 1.790, Solana melonjak 4,2% di angka sekitar USD 151, dan Polygon bahkan naik hingga 10% di angka sekitar USD 4,08.

Menurut Oscar, lonjakan harga ini menjadi sinyal kuat bagi investor ritel di Indonesia untuk tidak tergesa-gesa mengambil keuntungan jangka pendek. Ia mengimbau agar masyarakat mulai membangun strategi investasi jangka panjang yang berlandaskan kesabaran dan kepercayaan terhadap fundamental Bitcoin.

“Jangan tergoda untuk panic selling saat harga naik. Justru sekarang adalah saat untuk mempertahankan aset. Sejarah menunjukkan bahwa mereka yang 'diamond hand'—yang sabar dan tidak mudah tergoda—adalah yang meraih keuntungan terbesar,” tegas Oscar.

Ia juga mengingatkan bahwa proyeksi jangka panjang Bitcoin sangat menjanjikan. Standard Chartered masih mempertahankan prediksi bahwa harga Bitcoin bisa mencapai USD 200.000 atau sekitar Rp 3,37 miliar) pada akhir 2025. Bahkan, tokoh finansial global Robert Kiyosaki memprediksi BTC bisa melampaui USD 350.000 atau Rp5,9 miliar pada tahun yang sama.

 

Transaksi di Indodax

Ilustrasi harga kripto. (Foto by AI)
Ilustrasi harga kripto. (Foto by AI)... Selengkapnya

Kondisi ini membuat Oscar optimistis terhadap masa depan aset kripto di Indonesia. Ia menyebutkan bahwa volume transaksi di Indodax naik 1,5% senilai Rp 9,8 triliun dari awal bulan April. Hal ini menandakan bahwa minat masyarakat terhadap Bitcoin dan aset digital lainnya terus tumbuh.

“Angka ini menunjukkan bahwa masyarakat kita semakin memahami pentingnya aset digital dalam portofolio investasi mereka. Adopsi bukan hanya tren luar negeri, tapi juga berkembang sangat cepat di dalam negeri,” jelasnya.

Oscar juga menegaskan bahwa investor pemula tidak perlu menunggu “harga koreksi” untuk mulai masuk pasar. Strategi seperti Dollar Cost Averaging (DCA) dapat digunakan untuk mulai berinvestasi secara konsisten tanpa harus menebak puncak atau dasar harga.

 

Mengubah Pola Pikir

Ia mengajak masyarakat untuk mulai mengubah pola pikir terhadap Bitcoin dari spekulatif menjadi strategis. Bitcoin bukan lagi instrumen yang diperdagangkan untuk cuan cepat, melainkan instrumen keuangan modern yang patut diperhitungkan dalam rencana keuangan jangka panjang.

“Saya percaya Bitcoin adalah bentuk revolusi teknologi dan keuangan. Nilainya akan terus naik seiring meningkatnya adopsi dan terbatasnya suplai. Yang sabar pasti panen. Yang setia menunggu adalah yang akan menikmati hasil besar,” tambah Oscar.

Dengan semua data dan sentimen positif yang mengalir ke pasar, momentum saat ini bukan saat untuk menjual, melainkan saat untuk melihat lebih jauh ke depan—ke masa depan sistem keuangan global yang lebih terbuka, transparan, dan terdesentralisasi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Produksi Liputan6.com

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya